Acer Switch 7 Black Edition mirip mobil sport convertible
Untuk sebuah laptop convertible, Acer Switch 7 Black Edition memiliki karakter layaknya mobil sport.
Istilah convertible lebih dulu populer pada bidang otomotif. Istilah ini melekat pada mobil yang memiliki kemampuan untuk berubah. Namun, pengertian berubah di sini hanyalah sebatas pada atapnya saja, seperti desain roadster yang semula tanpa atap, dapat terpasang atap dengan mekanisme gulung atau terlipat ke bagasi.
Istilah convertible kini juga merambah pada industri notebook. Alih-alih sekadar berganti atap, convertible pada laptop malah bisa berganti fungsi. Mekanisme ini bisa mengubah dari notebook lipat menjadi sebuah tablet. Seperti Switch 7 Black Edition milik Acer. Apakah laptop convertible Switch 7 cukup menarik? Mari kita ulas.
Seperti martabak tipis kering, manis…
Selalu menyenangkan untuk berkenalan dengan produk baru, tidak terkecuali pada laptop convertible milik Acer Switch 7 Black Edition. Hal pertama yang saya suka dari laptop convertible ini adalah perawakannya.
Sesuai dengan namanya, Switch 7 Black Edition dikelir hitam hampir di keseluruhan bodi. Hampir, loh ya! Tidak semua. Sebab, Acer mengaplikasikan aksen chrome pada dudukan kaki (kickstand). Ditambah lagi ada kombinasi warna abu-abu tua pada cover keyboard yang berbahan kain. Sungguh, perpaduan warna yang kece sekali.
Switch 7 Black Edition mengusung layar berukuran 13.5 inci. Panjang rilnya berkisar 13 inci dengan lebar 9 inci dan tebal 0.4 inci. Cukup tipis untuk sebuah perangkat mobile, namun bobotnya yang mencapai 1.6 kg masih terbilang berat.
Untuk layarnya, didesain dengan pinggiran serta tepian yang membulat. Selain tampak manis, desain ini nyaman ketika dipegang dalam mode tablet. Layar berteknologi IPS LCD ini memiliki kecerahan serta kontras warna yang baik. Namun, kami mendapati adanya kebocoran cahaya pada tepian layar dengan bezel, hal ini bisa kita lihat ketika sedang menonton film dalam adegan malam atau cahaya gelap.
Acer merancang keyboardnya sangat tipis dan bisa dilepas pasang. Meski tipis, keyboard-nya berdesain optimal dan premium. Acer melapisi keyboard-nya dengan lapisan premium serta berbekal backlit. Tiap tombolnya empuk saat ditekan dan memiliki jarak yang cukup lebar satu sama lain. Saya suka mengetik menggunakan keyboard-nya.
Seperti yang sudah kami sebutkan sebelumnya, tablet ini memiliki kickstand untuk mendukung mode tent. Lagi-lagi Acer merancang desain kickstand yang menarik. Jika diperhatikan ada dua buah tombol di sisi kanan dan kiri bagian bawah tablet. Ketika laptop ini dibuka atau tombol tersebut tertekan, maka kickstand akan terbuka secara otomatis. Kickstand ini mendukung beberapa bukaan derajat untuk menawarkan beberapa mode penggunaan.
Urusan konektivitas, laptop convertible ini tergolong lengkap, namun kurang banyak. Setidaknya, tablet ini sudah dibekali stylus, 1 port USB 3.0, 1 port USB type-C, slot microSD, dan port jack 3,5 mm.
Convertible ini layaknya mobil sport
Meski hanya sebuah tablet, Acer menyematkan hardware yang tidak sembarangan. Acer membekali tablet ini dengan prosesor Intel Core i7-8550U, juga dukungan grafis diskrit Nvidia GeForce MX150. Besaran RAM-nya 16 GB, itu juga sudah menggunakan SSD dengan kapasitas 512 GB.
Bagaimana performanya? Jawaban singkatnya, convertible ini cukup cepat! Coba tengok grafis benchmark sintetis di bawah ini:
Dukungan SSD dan RAM sebesar 16 GB membuat proses booting up dan membuka aplikasi cukup cepat.
Untuk sekadar bekerja harian, seperti membuka beberapa aplikasi secara bersamaan, meliputi dokumen Word, Excel, dan PowerPoint, convertible milik Acer ini masih sangat digdaya. Semua aplikasi yang dibuka bersamaan masih bisa tertangani dengan sangat baik.
Selain itu, pengalaman menikmati konten multimedia, seperti menonton film atau mendengarkan video musik, rasanya sudah cukup oke. Layarnya yang beresolusi 1080p mampu menampilkan visual yang cukup tajam dengan dukungan dua speaker stereo berlabel Dolby Audio di sisi kanan kiri layar.
Ada hal yang cukup menarik yang saya temukan pada saat melakukan pengujian. Teryata convertible milik Acer ini memiliki karakter seperti mobil sport. Kencang namun cepat panas, meski Acer sudah menggunakan teknologi pendingin LiquidLoop. Belum selesai, laptop ini juga kedodoran pada sektor daya tahan baterai.
Hal ini saya temukan baik pada pengujian sintetis maupun ketika diajak memutar konten multimedia beresolusi 1080p. Baterainya bertahan hanya kurang lebih 3 jam 30 menit.
Bukan gim station!
Meski Switch 7 Black Edition berbekal grafis diskrit milik Nvidia, bukan berarti convertible milik Acer ini bisa dijadikan gim station. Perlu diperhatikan, laptop ini dibekali Nvidia GeForce MX150 yang lebih cocok menjalankan gim-gim kasual.
Saat kami jajal memainkan gim DOTA 2, kami hanya mendapatkan rata-rata 30 FPS dengan menggunakan konfigurasi mentok kiri. Sedangkan, saat kami ajak bermain PUBG, convertible milik Acer ini juga tampak kedodoran. Rata-rata frame yang kami dapat ada di kisaran 22 FPS.
Setelah mencoba bermain gim di Steam, kami juga mencoba mencari gim yang tersedia di Windows Store. Pilihan kami jatuh pada Asphalt 8: Airborne. Kali ini kami tidak mencatat FPS-nya, namun lebih memerhatikan panas yang dihasilkan.
Anehnya, meski Acer menawarkan teknologi berpendingin cair pada seri ini, fungsinya nyaris tidak terasa. Ketika digunakan bermain gim Asphalt 8: Airborne ataupun PUBG PC, suhu tablet ini hampir menyentuh 40 derajat celcius. Padahal, saya baru bermain kurang lebih selama 30 menit.
Hal yang semakin membuat kondisi tidak menyenangkan adalah panasnya menjalar hingga ke area sudut kanan bawah bagian belakang layar. Tempat di mana tangan kanan menggenggam ketika Switch 7 dijadikan tablet.
Laptop ini lebih cocok untuk eksekutif muda
Seperti yang pernah kami sebutkan sebelumnya, convertible milik Acer ini memiliki karakter layaknya mobil sport. Pertama, laptop ini hadir dengan kombinasi desain yang apik, ringkas dan elegan. Kedua laptop ini memiliki performa yang cukup kencang untuk dijadikan daily driver meski agak terbatas pada lubang konektivitas.
Meski begitu, ada satu hal yang sedikit mengganggu kami. Adalah bobotnya yang berkisar 1.6 kg. Untuk sebuah perangkat convertible, bobot yang dimiliki Switch 7 Black Edition ini tergolong kurang bersahabat. Terlebih Switch 7 memiliki ukuran layar yang cukup lebar, akan terasa kurang nyaman ketika harus dipegang berlama-lama.