Laptop gaming pakai AMD? Cek ROG STRIX GL702ZC
ASUS ROG STRIX GL702ZC beda dengan yang lain karena menggunakan prosesor AMD Ryzen
Jika melirik ke belakang, AMD memang hampir tidak pernah menyentuh pasar laptop gaming. Saya masih ingat betul ketika tahun 2007, ASUS merilis laptop ROG G1 dan G2. Keduanya merupakan laptop gaming pertama di dunia yang hadir dengan pilihan GPU Nvidia atau Radeon. Namun keduanya masih menggunakan prosesor yang sama, yaitu dari Intel.
AMD memang bermain di pasar laptop dan sudah memiliki berbagai jajaran produk. Namun belum ada satu pun laptop dari brand gaming seperti ASUS ROG dan lain-lain yang menggunakan prosesor AMD. Mungkin prosesor AMD terdahulu memang kurang cocok dihadirkan dalam form-factor sebuah laptop. Akan tetapi, munculnya prosesor Ryzen di tahun 2017 mengubah segalanya.
Itulah yang ASUS dan AMD hadirkan di ROG STRIX GL702ZC. Ia merupakan laptop gaming ROG pertama yang menggunakan prosesor AMD.
Saya masih ingat betul ketika ASUS ROG Strategic Division Director, Derek Yu naik ke atas panggung di konferensi pers AMD saat Computex 2017. Saat itu Yu memperkenalkan GL702ZC untuk pertama kalinya ke publik. Ia bahkan mengatakan ROG sebenarnya dibangun dengan fondasi platform AMD, karena produk pertamanya merupakan sebuah motherboard AMD.
"Jika ada satu kesempatan, kami sangat ingin membuat laptop gaming berbasis AMD. Saat ini kesempatan tersebut telah hadir," kata Yu.
GL702ZC menggunakan prosesor Ryzen 7 1700 yang merupakan salah satu produk top of the line AMD. Tidak hanya menarik dari sisi performa, GL702ZC juga sangat menarik jika dilihat dari posisinya di pasar.
Desain jadul
Ini memang mengecewakan namun saya harus mengatakannya. Desain ROG STRIX GL702ZC termasuk jadul.
Sejujurnya memang desainnya tidak terlalu jadul, namun melihat laptop generasi baru ROG seperti GL503 Scar dan Hero atau bahkan Zephyrus, GL702ZC terkesan kuno. Desainnya masih menggunakan formula laptop ROG terdahulu yang bongsor dan tebal. Tapi mungkin saja karena laptop ini terlambat datang ke Indonesia, jadi saya merasa desainnya jadul.
Saya tidak mempermasalahkan layar atau kelengkapan konektivitasnya. GL702ZC masih menggunakan standar laptop ROG yang kaya dengan konektivitas dan memiliki layar yang oke untuk bermain gim. Bahkan ASUS menyematkan sistem pendingin dengan kipas ganda di laptop ini.
Sistem pendingin tersebut ditambah dengan bodinya yang bongsor memang menghasilkan performa pendinginan yang baik. Namun suara kipas GL702ZC sangat bising dalam kondisi full load. Meski demikian, beberapa orang sepertinya bakal menyukai suara bising tersebut. Analoginya mirip dengan mobil sport seperti Lamborghini yang kencang, bertenaga, dan berisik.
Hal lain yang kurang saya suka dari laptop gaming ini adalah adapter-nya yang sangat bongsor. Besar dan bobotnya hampir mirip seperti batu bata. Ini cukup mengherankan karena biasanya adapter jenis tersebut hanya digunakan di laptop gaming kelas dewa yang biasanya menggunakan dua chip grafis seperti ASUS ROG GX800.
Soal keyboard, saya tidak ada protes sebab feel dan feedback-nya masih sama dengan laptop ROG lainnya. Karena masih menggunakan desain lama, tombol pintasan untuk aplikasi ROG Gaming Center cukup mengganggu ketika saya sedang bekerja. Hal tersebut dikarenakan posisinya yang dekat dengan tombol delete, sehingga saya suka salah tekan. Tapi ini masih bisa diatasi dengan menonaktifkan tombol tersebut.
Sama halnya dengan touchpad. ROG STRIX GL702ZC memiliki touchpad yang cukup nyaman digunakan untuk kegiatan standar, tapi sama sekali tidak nyaman digunakan untuk bermain gim. Mungkin ASUS sudah memperkirakan kalau sebagian besar pengguna laptop ini bakal lebih sering menggunakan mouse. Namun alasan itu seharusnya tetap tidak bisa dibenarkan.
Tapi performanya juara
Beralih ke performa, ROG STRIX GL702ZC juga berbeda dengan laptop gaming sekelasnya. Ia tampil dengan performa CPU yang jauh di atas kompetitornya. Bisa dibilang, laptop ini merupakan laptop gaming dengan skor multithreading paling tinggi ketika diuji menggunakan Cinebench R15.
Saat diuji, laptop ini berhasil menorehkan skor 1398 poin di mode multithreading dan 139 poin di mode singlethreading. Skor singlethreading-nya memang tidak jauh berbeda dengan laptop gaming di kelasnya. Namun yang mengejutkan adalah skor multithreding di laptop ini yang lebih dari dua kali lipat pesaingnya.
Semua itu berkat kehadiran CPU Ryzen 7 1700 yang memiliki konfigurasi 8 core 16 thread. Ya, Anda memang tidak salah baca. Laptop ini memiliki 16 thread yang siap menopang kebutuhan komputasi Anda. Dengan kehadiran CPU tersebut, laptop ini semakin cocok digunakan oleh mereka yang gemar melakukan multitasking kelas berat seperti live streaming sambil bermain gim, atau bahkan para pekerja profesional di bidang grafis dan video yang memang membutuhkan CPU dengan performa multithreading tinggi.
Tidak hanya itu, saya juga mendapatkan kalau prosesor yang digunakan merupakan Ryzen 7 1700 versi desktop tanpa modifikasi sama sekali. Bahkan Anda bisa mencabut prosesornya seperti halnya di PC desktop karena ia dipasang di socket AM4.
Ini sangat menarik karena AMD mengonfirmasi akan mendukung socket AM4 hingga 2020 dan semua motherboard AM4 bsia dipakai dengan CPU terbaru. Artinya jika ASUS memberikan update BIOS pada laptop ini, secara teori Anda bakal bisa mengganti CPU-nya dengan Ryzen 2nd Gen yang sebentar lagi bakal dirilis.
Meski demikian, saya sangat tidak menyarankan menggunakan laptop ini tanpa adapter. Selain baterainya hanya bisa bertahan kurang dari dua jam saja, performa secara keseluruhan terpantau turun secara drastis
Overclockable
Seperti yang telah diungkap sebelumnya, ROG STRIX GL702ZC menggunakan CPU kelas desktop Ryzen 7 1700 yang tentu saja bisa di-overclock. ASUS memang tidak menyediakan sarana overclocking melalui BIOS namun Anda masih bisa menggunakan aplikasi Ryzen Master yang disediakan AMD.
Menggunakan software tersebut, saya berhasil menaikkan clock CPU laptop ini dari 3,0 GHz ke 3,6 GHz. Peningkatan tersebut membuat skor pengujian juga berubah cukup drastis seperti yang bisa dilihat dari grafis di bawah ini.
Selain bisa melakukan overclocking, aplikasi Ryzen Master juga memungkinkan Anda untuk mematikan beberapa core di CPU. Hal tersebut dikarenakan adanya beberapa aplikasi yang tidak bisa berjalan dengan CPU yang memiliki jumlah core dan thread sangat banyak seperti Ryzen 7 1700 ini.
Gaming lancar
ASUS ROG STRIX GL702ZC tidak hanya menggunakan CPU kelas desktop. GPU yang digunakan di laptop gaming ini adalah Radeon RX 580 yang juga merupakan kelas desktop. Jika dibandingkan, GPU ini sejajar dengan GTX 1060 dan tentu saja ia bisa menghadirkan pengalaman gaming yang sangat baik.
Anda jangan tanya Dota 2 atau gim MOBA lainnya, karena laptop ini bakal melibas semuanya dengan mudah. Gim AAA seperti Ghost Recon Wildlands, The Witcher 3, dan The Division merupakan gim yang seharusnya dimainkan di laptop ini. Meski grafisnya tergolong berat, namun ROG STRIX GL702ZC masih bisa menjalankan semuanya di rata-rata 50 hingga 60fps.
Yang perlu diperhatikan adalah konfigurasi CPU menggunakan Ryzen Master. Ketika ingin memainkan gim, ada baiknya jika Anda menggunakan game mode. Pastikan juga opsi Legacy Software dicentang. Meski jumlah core yang digunakan hanya empat, namun gim bisa berjalan lebih lancar.
Saya menemukan adanya beberapa glitch ketika menjalankan beberapa gim tanpa menggunakan game mode dan hal tersebut bisa hilang ketika saya menggunakan game mode.
Awal yang baik
Perlu diakui, ASUS ROG STRIX GL702ZC bukan laptop gaming yang sempurna. Bahkan bisa dikatakan masih agak di belakang produk lainnya. Namun keberadaan laptop gaming ini merupakan awal yang baik bagi AMD. Mengapa? Karena akhirnya ada vendor yang melirik potensi prosesor AMD untuk penggunaan di laptop gaming.
Siapa tahu ini adalah awal bagi AMD untuk menggeser dominasi Intel di laptop gaming. Selain itu, AMD juga masih berencana untuk mengembangkan teknologi CPU dan GPU-nya yang saat ini semakin bisa berkompetisi di pasar
Jika ditanya siapa yang cocok untuk menggunakan laptop gaming ini, saya bakal menjawab bukan gamer mainstream. ROG STRIX GL702ZC lebih cocok digunakan oleh para profesional desain grafis dan video, serta para pembuat konten dan streamer.