Mencari juara antara Samsung Galaxy S10 Plus vs Huawei P30 Pro
Dua pabrikan smartphone, Huawei dan Samsung, bersaing di kancah global. Huawei dan Samsung bersaing ketat. Apakah keduanya mampu menarik konsumen dengan smartphone terbaiknya?
Smartphone flagship atau jajaran kelas premium, memang bisa kita katakan ajang pamernya para vendor smartphone. Ceruk pasar smartphone ini kecil dibandingkan dengan kelas menengah ke bawah. Beberapa kali saya bertemu dengan manager pemasaran maupun manager komunikasi vendor smartphone di Jakarta, mengakui tentang hal itu.
Lantas, mengapa perlu berpayah-payah mengeluarkan produk itu kalau memang penikmatnya terbatas?
Smartphone flagship atau produk tertinggi, bagi sebuah brand smartphone merupakan pertaruhan. Di dalam produk ini, mereka habis-habisan dalam menawarkan teknologi termutakhir. Hingga dengan begitu, nilai brand tersebut bisa bertambah di mata konsumen.
Apple awalnya bahkan habis-habisan bertaruh pada satu produk smartphone flagship mereka, iPhone. Gilanya, produk dan brand iPhone laku keras sekaligus menjadi symbol gaya hidup banyak orang.
Samsung dan Huawei yang kini bersaing menjadi nomor 1 di pasar smartphone global, juga perlu menunjukkan flagship mereka. Supaya semua tahu siapa di antara keduanya, mampu menghadirkan teknologi terbaik.
Bahkan kini sampai pada titik, di mana harganya sudah hampir tidak masuk akal. Samsung Galaxy S10 Plus punya varian tertinggi, RAM 12 GB dan ROM 128 TB. Di Indonesia, harga jualnya sampai menyentuh Rp23.999.000.
Sayang memang, yang saya ulas kali ini kebetulan S10 Plus varian terendah, RAM 8 GB dan ROM 128 GB. Varian ini memiliki harga jual Rp13.999.000 di Indonesia.
Di lain sisi, Huawei memboyong P30 Pro terkuat mereka, versi RAM 8 GB dan ROM 256 GB ke Indonesia dengan harga jual Rp12.999.000. Sepadan bagi keduanya untuk saya bandingkan bukan?
Desain
Membicarakan tampilan smartphone flagship itu agaknya wajib. Tentu karena material bodinya haruslah pilihan. Lekukannya enak dalam genggaman. Layarnya lega dan akurat dalam menampilkan warna. Kalau perlu, sampai harus memiliki sertifikasi tahan debu dan air, agar awet.
Uniknya, dari tampangnya saja keduanya hampir sama. Kalau kita matikan layar Huawei P30 Pro dan Samsung Glaxy S10 Plus. Perlu waktu untuk meneliti perbedaan keduanya. Terutama saat seseorang melihatnya dari depan.
Di bagian belakang, baru bisa ketahuan, mana Samsung Galaxy S10 Plus mana Huawei P30 Pro. Samsung memilih untuk menjajarkan tiga kamera utamanya secara mendatar. Sementara itu, Huawei P30 Pro memilih untuk menyusun empat kameranya secara menurun.
Informasi yang saya dapat dari situs Samsung sendiri menyebutkan bahan bodi belakangnya terbuat dari keramik. Cepat dingin memang di ruangan berpendingin udara.
Sementara itu, Huawei P30 Pro menawarkan aluminium alloy sebagai rangka belakangnya.
Ada satu tombol tambahan di tubuh Samsung Galaxy S10 Plus, tombol Bixby di sisi kiri. Pada awalnya, saya kerap lupa kalau ini adalah tombol khusus asisten virtual buatan Samsung itu. Saya pikir ini tombol power pada awalnya, padahal tombol power terpisah sendiri di sisi kanan perangkat.
Kemudian, pada Huawei P30 Pro, tidak ada tombol tambahan apa pun. Bahkan di Huawei P30 Pro tidak tersedia jack audio 3,5mm. Di Samsung Galaxy S10 Plus, port ini tersedia.
Layar dan UI
Layar Samsung Galaxy S10 Plus dan Huawei P30 Pro memiliki bentang yang sama. Resolusinya pun sama, 2340x1080 pixel (FHD+). Hanya jenisnya yang berbeda, Samsung menggunakan AMOLED dan Huawei percaya pada OLED. Soal konsumsi daya, AMOLED pada Samsung lebih efisien ketimbang OLED pada Huawei. Ini memengaruhi ketahanan baterainya, karena keduanya menggunakan system layar always on. Nanti kita bicara soal ketahanan baterai kedua ponsel pintar ini.
Di sector UI, keduanya nyaris berbeda pendekatan, meski menggunakan basis operasi sama, Android Pie. Pada Samsung Galaxy S10 Plus, rasanya semua aplikasi lebih mudah saya temukan dan susun. App drawer pada S10 Plus juga masih ada. Sementara Huawei P30 Pro menumpuk semua aplikasi yang saya unduh pada home screen. Meski bisa melakukan foldering, tapi ini cukup menyulitkan, apalagi bagi orang yang suka sembarangan seperti saya.
Di sini juga saya ingin membahas kamera depan. Pasalnya, Samsung Galaxy S10 Plus menggunakan pinch hole pada kamera depan. Ini merupakan system kamera tanam di bawah layar. Artinya, aplikasi harus menyesuaikan dengan dua kamera depan model pinch hole ini. Jadinya, tidak semua aplikasi bisa beradaptasi. Game seperti PUBG misalnya, belum beradaptasi dengan pinch hole pada Samsung Galaxy S10 Plus. Otomatis ada frame hitam cukup lebar yang memberi jarak pada konten dengan kamera depan.
Sementara Huawei P30 Pro menggunakan kamera depan model notch. Memang jadi ada cekungan di layarmya. Kendati begitu, frame saat bermain game bisa lebih menyesuaikan daripada layar Galaxy S10 Plus.
Kritik juga saya layangkan ke layar lengkung Galaxy S10 Plus. Di sini terletak Apps Edge, yang mana maksudnya untuk memudahkan pengguna mencari aplikasi atau alat yang sering mereka pakai. Apps Edge nyaris tidak berfungsi di tangan saya, karena saya lebih suka mengetik sesuatu di kolom pencarian.
Huawei P30 Pro pun seolah ikut-ikutan, namun malah tidak menawarkan fungsi apa-apa selain menjadi estetika dan desain yang lebih ergonomis di tangan. Padahal, konten aplikasi pada posisi full screen jadi meleber di sudut-sudut layar lengkung ini.
Kemudian, bicara soal sensor sidik jari. Keduanya menggunakan sensor sidik jari di dalam layar (In display fingerprint sensor). Dua sensor tersebut juga masih bisa mengenali sidik jari dalam kondisi berkeringat. Namun saat saya mengujinya secara bersamaan, seringkali sensor pada Huawei P30 Pro yang lebih responsif.