Review Asus Zenbook 13, serumit menentukan pasangan
Laptop ini memiliki segudang hal yang patut untuk diperhatikan. Ibarat model, laptop ini juga didesain cantik.
Sebagai pribadi yang pemilih, saya sering kali menghadapi situasi di mana menentukan pilihan menjadi kesulitan tersendiri. Ini terjadi hampir di banyak hal, termasuk saat saya ingin menentukan pasangan yang tepat untuk bekerja.
Sejauh ini saya sudah mengamati beberapa model yang tersedia di pasar. Namun, pada akhirnya saya terhenti pada sebuah sosok yang cukup menarik, Asus Zenbook 13. Ada alasan mengapa akhirnya saya memilihnya. Begini ulasannya.
Kata orang tua Bobot, Bibit, Bebet itu penting
Ukuran selalu menjadi hal pertama yang selalu saya pertimbangkan. Karena saya selalu menyukai ukuran yang mungil atau imut-imut, selain mudah dibawa kemana-mana, imut-imut itu relatif menggemaskan.
Dimensinya jauh lebih kecil dari laptop harian saya yang berukuran 14 inci, apalagi desian laptop saya hanya kotak membosankan saja dan sangat tebal. Sementara Asus Zenbook 13 hadir dengan dimensi 30,2 sentimeter dengan ketebalan hanya 1,69 sentimeter. Beratnya juga hanya 1,19 kilogram saja.
Saat meraba cover-nya, terasa dingin. Asus memilih material logam yang dihias dengan pola khas Asus yakni, pola Zen yang menyerupai riak air. Selain lebih kokoh, material logam juga tampak lebih premium.
Hal baru yang ditawarkan Asus dari desain Zenbook 13 UX333FA ini adalah mekanisme desain yang unik. Ketika membuka cover monitor, posisi keyboard secara otomatis akan terangkat pada ketinggian tertentu. Hal ini mengingatkan pada desain Zephyrus yang menggunakan ide desain serupa.
Desain engsel ErgoLift ini tetap mengangkat bagian bawah laptop untuk memberikan sudut kemiringan tertentu. Dengan menggunakan cover yang dirancang menjadi pengungkit ketika cover dibuka.
Layar terasa lega dan keyboard-nya merespon balik
Hadir dengan ukuran yang ringkas, Zenbook 13 mampu menyematkan layar berukuran 13.3 inci. Hal ini berkat desain NanoEdge display yang menggunakan frame monitor yang sangat tipis di 4 sisi. Alhasil, meski Zenbook 13 berukuran ringkas, pengguna bisa menikmati tampilan monitor yang cukup lega.
Layarnya berteknologi LED dengan resolusi FHD 1920 x 1080 piksel. Entah mengapa menatap layar pada laptop ini terasa istimewa. Tampilannya tajam dan jernih, meski dilihat dari berbagai sudut pandang pengguna. Melihat layarnya lama-lama, serasa menatap matanya dalam-dalam, nyaman dan menenangkan.
Sebagai informasi, saya memiliki ukuran tangan dengan jari-jari cukup panjang. Meski begitu, mengetik dan mengoperasikan keyboard juga touchpad pada Zenbook 13 terasa sangat nyaman.
Ukuran keycap-nya tergolong besar dan memiliki jarak yang cukup ideal untuk jari-jari berukuran besar. Begitu juga ukuran touchpad-nya yang menurut saya didesain dengan ukuran yang pas, meski letaknya agak ke bawah.
Selain itu, keycap-nya sudah dibekali dengan LED backlit. So, ga ada alasan untuk salah raba ketika digunakan mengetik pada ruangan dengan kondisi cahaya yang temaram. Backlit-nya memiliki tiga tingkat kecerahan yang bisa dikonfigurasi langsung melalui tombol F5. Jika tidak suka melihatnya menyala, matikan saja.
Untuk dukungan konektivitas, Zenbook 13 UX333FA sudah dibekali beberapa dukungan port dan koneksi nirkabel paling anyar. Seperti kehadiran USB 3.1 type-C, USB 3.1 type-A, port microSD, Wi-Fi Dual-band 802.11ac dan Bluetooth 5.0 yang menawarkan kecepatan tinggi saat mentransfer data.
Yang montok belum tentu kencang
Hal berikutnya yang cukup saya perhatikan adalah meski berwujud ringkas laptop ini haruslah cukup bertenaga. Karena tujuannya kan untuk menunjang aktivitas harian. Ya, itu juga yang ditawarkan laptop tipis milik Asus ini.
Zenbook 13 UX333FA dibekali prosesor i5 8265U 1.6GHz, RAM 8GB, serta storage sebesar 256G PCIe. Gambaran singkatnya, laptop ini sangat cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk booting hingga masuk ke Home Screen hanya kisaran 13 sampai 14 detik saja. Itu sudah termasuk memindai wajah saya, sebagai pilihan keamanan yang saya gunakan.
Untuk mendukung pekerjaan kantoran seperti halnya membuka beberapa dokumen, membuat materi presentasi sampai membuka perhitungan pembukuan sembari membuka beberapa tab di peramban bisa dilakukan dengan lancar.
Di luar itu, laptop ini juga bisa menangani tugas yang memerlukan dukungan grafis. Seperti misalnya ketika saya ingin memberikan sentuhan pada foto beresolusi tinggi menggunakan software pengolah grafis seperti Adobe Photoshop. Laptop ini masih bisa menjalankan software milik Adobe tersebut tanpa kendala.
Untuk mendapatkan gambaran kemampuan laptop milik Asus ini, saya cantumkan beberapa hasil pengujian benchmark yang bisa dilihat di bawah ini:
Multimedia is a Yes, game maybe later
Di balik wujudnya yang ringkas dan tipis, siapa sangka laptop ini cukup oke untuk urusan memutar konten multimedia. Laptop yang dibekali layar 13,3 inci dengan resolusi Full HD, mampu menampilkan visual yang tajam dan jernih serta warna yang akurat.
Di luar itu , Asus juga menyertakan fitur ekslusif yakni teknologi ASUS Splendid dan ASUS Tru2Live Video yang mengoptimalkan layar untuk memastikan kenyamanan mata pengguna dan memberikan performa warna yang baik untuk konten apapun. Alhasil menonton film atau melihat foto beresolusi tinggi terasa sangat menyenangkan.
Selain layar yang nyaman dipandang, Asus juga cukup memperhatikan sektor audionya. Pada seri ini, Asus tak menggunakan teknologi SonicMaster melainkan menggunakan dukungan audio berlabel harman/kardon.
Menariknya, meski tipis, Zenbook UX333 ini mampu menghasilkan suara yang cukup bertenaga, separasi yang baik serta suara pada bagian vokal yang jernih, baik ketika memutar musik atau menonton film.
Sayangnya, laptop ini kurang cocok untuk pengguna yang ingin mendapatkan pengalaman bermain gim yang asyik. Karena laptop ini hanya berbekal grafis milik UHD 620 milik Intel. Dari pengujian benchmark 3DMark Sky Diver, laptop ini menorehkan skor 4577.
Untuk sekadar memainkan gim-gim kasual seperti Dota 2 masih bisa dijalankan dengan baik. Namun, untuk memainkan PUBG saja rasanya laptop ini jauh dari kata nyaman.
Kesimpulan
Laptop ini memiliki segudang hal yang patut untuk diperhatikan. Ibarat model, laptop ini juga didesain cantik.
Selain itu poin lain yang ditawarkan Zenbook seri baru ini seperti layar FHD yang nyaman dipandang, portabilitas yang cukup memadai, kinerja yang cukup kencang, suara yang lantang, dan daya tahan yang lama, adalah beberapa hal yang saya suka.
Dibanderol 15 jutaan, laptop ini bisa menjadi opsi bagi pengguna kantoran yang banyak berkutat dengan berbagai kebutuhan software. Termasuk pengguna di bangku kuliah yang membutuhkan perangkat komputasi andal untuk mengerjakan tugas-tugas.
Akan tetapi, laptop ini tentu kurang cocok untuk pengguna yang mengutamakan pengalaman bermain gim yang menyenangkan. Karena memang laptop ini bukan dirancang untuk itu.