Review Black Shark 2 Pro, auto chicken dinner?
Pengalaman saya dalam bermain PUBG di Black Shark 2 Pro sangat menyenangkan, lebih dari smartphone high-end lainnya.
Banyak yang bilang jika kita ingin selalu menang dalam sebuah permainan, kita harus memiliki perangkat yang mumpuni, selain memiliki kemampuan yang baik. Hal ini berlaku di semua platform, baik PC, konsol, maupun smartphone.
Nah, pada kesempatan kali ini , tim tek.id akan membahas salah satu smartphone gaming yang resmi masuk ke Indonesia, yakni Black Shark 2 Pro. Kami akan membahas apakah benar bermain gim di smartphone khusus gaming ini membuat saya jadi auto chicken dinner?
Sebelum membahas lebih dalam, saya akan membahas bagaimana pengalaman saya menggunakan smartphone ini sebagai smartphone utama selama dua minggu. Jujur, menggunakan Black Shark 2 Pro selama dua minggu ini membuat saya lelah.
Pertama, smartphone ini memiliki bobot yang cukup berat. Desainnya juga tebal, lebih tebal dari beberapa flagship lainnya. Meski berat dan besar, namun baterai yang ada di dalam perangkat ini hanya 4000mAh saja.
Bentuknya sih memang terlihat futuristik. Banyak lekukan di sana-sini, kece untuk dilihat. Ditambah dengan adanya LED Ambient yang bisa dikostumisasi pengguna, seakan membuat smartphone ini seperti berteriak ‘Smartphone Gaming!’.
Sayang, meski memiliki banyak desain yang futuristik, untuk penggunaan sehari-hari, Black Shark 2 Pro kurang nyaman untuk digenggam.
Selama 15 menit pertama saya menggunakannya, baik untuk mengetik berita atau sekedar melihat IG dan media sosial lainnya, smartphone ini masih nyaman digenggam. Namun, setelah menggenggamnya secara potrait selama setengah jam, jari-jari saya terasa pegal.
Tapi, saat saya menggunakannya untuk menonton video dalam mode landskap, tangan saya tidak terlalu merasa pegal. Malah, saya sangat nyaman untuk menggunakan smartphone ini untuk menonton YouTube selama dua jam dalam perjalanan.
Oh iya berbicara mengenai multimedia, pengalaman multimedia di smartphone ini pun sangat menyenangkan. Panel OLED yang ada di Black Shark 2 Pro ini sangat membuat mata nyaman dengan tampilan warna yang fibrant.
Namun, bagi kalian yang doyan untuk menonton Netflix, kalian tidak akan mendapatkan mode HDR di smartphone ini. Pasalnya Black Shark 2 Pro belum mendukung mode tersebut. Selain itu, refresh rate layar Black Shark 2 Pro masih belum mendukung 90Hz.
Anehnya, di dalam pengaturan layar, ada sebuah menu slider yang menunjukkan bahwa kita dapat mengaktifkan HDR. Tapi, setelah saya mengetesnya baik di keadaan on atau off, tidak terlihat adanya perubahan yang berarti.
Selain itu, di dalam menu pengaturan layar, ada juga sebuah fitur bernama Super cinema mode. Saat saya aktifkan mode ini, tampaknya perangkat ini dipaksa untuk selalu berjalan di 60Hz. Hal ini dapat dibuktikan saat menyaksikan konten full HD 30fps di YouTube atau di tempat lain, kalian akan merasakan motion blur yang sangat terasa.
Berlanjut ke bagian yang sangat saya suka, yakni bagian suara. Speaker dari Black Shark 2 pro terdapat di bagian depan layar, yang menyemburkan suara langsung ke hadapan saya. Tidak seperti smartphone lain yang meletakkannya di bagian bawah perangkat.
Saya pun suka dengan penempatan notch yang lebih besar di bagian atas dan bawah layar untuk mendapatkan speaker selantang dan sejernih ini. Dua jempol untuk Black Shark!
Kualitas audio dari perangkat ini juga sangat menyenangkan. Sayangnya, absennya jack audio 3,5mm menjadi satu komplain saya. Artinya, saya harus menggunakan headset bluetooth atau adapter untuk menikmati film atau musik tanpa harus mengganggu orang.
Hal lain yang menjadi komplain saya dari smartphone ini adalah daya tahan baterai. Rata-rata penggunaan dari Black Shark 2 Pro ini hanya bertahan paling lama enam hingga tujuh jam (digunakan untuk menonton video, bermain gim 30 menit, serta internetan).
Sedangkan saat digunakan hanya untuk melakukan streaming video, menggunakan paket data dan jaringan WiFi, perangkat ini dapat bertahan selama kurang lebih 4 jam 30 menit.
Untungnya, Black Shark 2 Pro memberikan kemampuan smartphone ini pengisian daya cepat 27 watt. Saya pun hanya memerlukan mengisi daya sekitar 51 persen setelah 30 menit mengisi daya dari keadaan kosong. Sedangkan untuk mengisinya penuh, hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam 20 menit saja.
Pengalaman terakhir yang ingin saya bagikan sebelum membahas performa adalah bagian kamera. Saya pun harus kembali mengacungkan dua jempol untuk kamera dari Black Shark 2 Pro.
Kualitas gambar yang dihasilkan oleh kamera utama Black Shark 2 Pro cukup menyenangkan. Terlebih lagi, kamera ini sudah dibekali dengan kamera utama 48MP. Sedangkan kamera kedua menggunakan kamera 12MP telephoto dengan kemampuan 2x optical zoom.
Sedangkan di bagian depan, kamera yang disematkan adalah kamera sebesar 20 MP. Tapi, menurut kalian apakah smartphone gaming wajib memiliki kamera depan beresolusi tinggi?
Nah sedangkan untuk mode kamera sendiri, kalian dapat memilih foto standar, bokeh, mode 48MP, HDR, dan mode pro. Sedangkan untuk video, Black Shark 2 Pro menawarkan rekaman video up-to 4K 60fps, timelapse, hingga slow motion hingga 1920 fps.
Performa
Oke, setelah membahas pengalaman penggunaan seharian, kini kita membahas performa dari Black Shark 2 Pro. Dilengkapi dengan Snapdragon 855+ dan RAM sebesar 8GB, seharusnya smartphone ini tidak ada masalah saat melibas gim-gim berat.
Saya akan memulainya dari pengalaman benchmark. Ada dua benchmark yang saya gunakan, yakni 3DMark dan PCMark. Agar mendapatkan skor optimal, saya melakukan pengujian setiap tes selama lima kali berturut-turut tanpa henti.
Berikut ini hasil benchmark kami :
Dari data tersebut, kita dapat melihat bahwa selama lima kali pengetesan, terdapat penurunan performa setelah beberapa kali pengujian, baik di 3DMark dan PCMark. Namun pada pengetesan ke tiga, angkanya stabil dan cenderung naik.
Bagaimana dengan suhu selama pengujian? Berikut ini grafik selama pengetesan :
Seperti dapat dilihat dari grafik diatas, di pengujian pertama dari 3DMark, bagian casing belakang Black Shark 2 Pro mencapai 39 derajat celcius. Sedangkan saat melakukan pengetesan kedua, suhunya mencapai 45 derajat celcius dan stabil di angka tersebut.
Di sisi lain, PCMark yang menunjukkan data benchmark penggunaan normal, casing dari Black Shark 2 Pro memiliki suhu di angka 33 hingga 36 derajat celcius.
Sekarang kita beralih ke pengalaman bermain gim. Kami mencoba mengukur rata-rata fps dari gim tersebut menggunakan aplikasi Game Bench. Gim yang kami coba adalah PUBG mobile di pengaturan grafis tertinggi dan smooth HD. Berikut ini hasil pengujian FPS ketiga pengaturan tersebut.
Dapat kalian lihat, di ketiga pengaturan grafis tersebut, hasil fps yang didapatkan oleh Black Shark 2 Pro mentok di FPS tertinggi, yakni di 60 fps. Yang membedakan adalah kualitas gambar dari gim tersebut.
Jujur, saya lebih nyaman bermain di pengaturan tertinggi. Saya dapat menikmati pemandangan yang sangat indah, sambil mempertahankan 60 fps. Sebenarnya jika kita memiliki smartphone semahal dan sekencang ini, tapi main gim di pengaturan terendah rasanya memang sayang sekali.
Tapi, ada beberapa hal yang harus saya soroti saat menggunakan mode HDR. Yang pertama adalah membuat casing panas. Suhu tertinggi yang tercatat oleh thermal gun tek.id adalah 46 derajat celcius. Selain itu, pengaturan grafis tertinggi ini hanya dapat mampu memainkan PUBG mobile selama 2 jam 30 menit saja.
Di sisi lain, pada saat menggunakan pengaturan smooth extreme, suhu tertinggi yang tercatat hanya ada di angka 42 derajat celcius saja. Saya pun dapat memainkan gim tersebut selama 3 jam non-stop.
Hal ini menunjukkan bahwa sistem pendinginan ‘liquid cooling’ yang disematkan oleh perusahaan asal Tiongkok tersebut berhasil mentransfer panas dari CPU dengan baik. Hal ini terbukti dengan tidak menurunnya performa secara drastis meski smartphone ini terasa panas di bagian luar.
Oh iya, dalam paket penjualan, kalian akan menemukan sebuah bluetooth joypad. Pihak Xiaomi mengatakan, joypad yang ada di dalam paket penjualan tidak akan membuat pengguna dilarang (banned) saat bermain, ataupun dalam kejuaraan PUBG mobile. Lantas, bagaimana pengalaman penggunaan dari gamepad ini? Jujur, dari semua tombol hanya tiga tombol saja yang saya gunakan, yakni LT, LB, dan tombol arah bawah. Sedangkan sisanya cukup sulit untuk digunakan. Pasalnya secara desain memang tidak efektif untuk multitasking di PUBG mobile.
Pengalaman menggunakan joystick ini juga sangat menyenangkan. Pergerakannya sangat mulus tanpa ada lag sama sekali. Baterai joypad ini pun bisa bertahan hingga 3 jam dan membutuhkan pengisian daya selama setengah jam saja dengan menggunakan USB Type-c.
Apabila kalian ingin sesi bermain lebih intim, kalian dapat masuk ke mode ‘Shark Space’ dengan menyentuh tombol di bagian kanan perangkat. Mode ini akan menutup semua gangguan, seperti notifikasi yang masuk ke perangkat dan membersihkan RAM dari aplikasi lain.
Dijual seharga Rp8 juta-an, smartphone ini memang layak dipanggil sebagai smartphone gaming. Pengalaman bermain gim di smartphone ini sangatlah nyaman, tanpa ada lag berarti.
Pengalaman multimedia dari Black Shark 2 Pro juga sangat menyenangkan. Panel OLED plus kehadiran dua speaker yang menyemburkan suara ke bagian depan membuat saya menikmati menonton video seharian.
Begitu juga pengalaman menggunakan kamera dari Black Shark 2 Pro, yang sepadan dengan kualitas smartphone high-end lain.
Tapi, bagi kalian yang ingin menggunakan smartphone ini sebagai smartphone harian, kalian harus berpikir dua kali. Pasalnya bobotnya yang cukup besar dan dimensinya yang tebal akan membuat sebagian orang tak nyaman.