Review Huawei P40 Pro, adaptasi dengan kenormalan baru
Hidup tanpa Google adalah siksaan karena kita belum terbiasa. Demikian juga dengan bekerja dari rumah selama sebulan dan tak bisa kemana-mana.
Gaming stabil
Absennya Google tak mengubah fakta bahwa Huawei P40 Pro memiliki spesifikasi yang patut diacungi jempol. Kami menggunakan beberapa aplikasi benchmark untuk menguji performanya, antara lain: 3DMark, PCMark, hingga AIMark dan AIBenchmark.
Sebagai informasi, aplikasi 3DMark berguna untuk mengukur kemampuan Central Processing Unit (CPU) dan Graphics Processing Unit (GPU), utamanya dalam mengolah gambar dan video. Ini akan sangat berguna untuk menilai, apakah ponsel Anda enak dipakai untuk bermain gim atau lemot. Sementara itu, PCMark kami pakai untuk menilai apakah sebuah perangkat andal digunakan untuk kegiatan sehari-hari atau tidak. PCMark mensimulasikan aktivitas keseharian pengguna ponsel pintar, seperti menjelajahi web, mengedit teks, serta mengedit gambar dan video. PCMark juga menguji seberapa cepat ponsel dapat menulis data ke memori atau sekadar membacanya.
Berikut ini adalah hasil pengujian kami menggunakan 3DMark dan PCMark:
Seiring dengan adopsi kecerdasan buatan (AI) ke dalam ponsel yang kian umum dalam beberapa tahun terakhir, kami pun turut mengetesnya. Aplikasi yang kami gunakan ada tiga, yakni PCMark Computer Vision, AIMark, dan AIBenchmark.
PCMark Computer Vision mengukur performa perangkat dalam mengenali gambar. Pengukuran tersebut berdasarkan model pengenalan gambar open-source, yaitu TensorFlow, ZXing, dan Tesseract. TensorFlow untuk mengenali gambar, ZXing untuk membaca barcodes dan QR codes, sedangkan Tesseract guna mengenali karakter huruf dalam gambar. Dalam tes ini, perangkat dipaksa untuk membaca teks bahasa Inggris dan China.
Aplikasi selanjutnya untuk menguji AI adalah AIMark 3 dan AIBenchmark 3. Keduanya lebih kompleks dibanding PCMark Computer Vision. AIMark 3, misalnya, menjalankan simulasi pengenalan gambar, simulasi bokeh, simulasi pengenalan objek ala algoritma self-driving car, pengayaan foto, dan menguji batas memori ponsel untuk mengolah sebuah file.
AIMark memakai Software Development Kit (SDK) berbagai vendor untuk mengimplementasikan benchmark. Artinya, seperti kami kutip dari Anandtech, hasil akhirnya tak bisa dibandingkan secara apples-to-apples. Walau demikian, pengembang AIMark 3 tetap menyediakan database untuk membandingkan skor satu perangkat dengan perangkat lain dari berbagai vendor.
Adapun AIBenchmark 3 menerapkan standar pengujian yang sama untuk tiap perangkat dari berbagai vendor. Artinya, ia tak memakai SDK yang disediakan vendor. Ini artinya, perbandingan antar perangkat dari beragam vendor lebih akurat, walaupun kita tak bisa membandingkan dengan perangkat berbeda platform, seperti dengan iPhone.
Bermain gim di Huawei P40 Pro secara umum merupakan pengalaman yang menyenangkan. Beberapa aspek yang menurut kami menjadi keunggulannya adalah stabilitas smartphone ini dalam menjalankan gim, manajemen suhu dan manajemen daya yang terbilang baik.
Gim yang kami mainkan adalah PUBG Mobile. Kami kembali menerapkan beberapa kondisi tertentu saat memainkan gim, yakni kecerahan 100% untuk mensimulasikan bermain di luar ruangan, menggunakan koneksi data SIMCard (tidak mengandalkan Wifi) dan menggunakan earphone.
Pengaturan di dalam gim pun kami samakan dengan beberapa review yang sudah ada, yakni grafis Smooth dengan framerate Extreme. Hal ini untuk memastikan bahwa gim dapat dimainkan dengan framerate paling tinggi 60fps. Secara default, Huawei memberikan pengaturan PUBG Mobile dengan grafis HD dan framerate High. Kapasitas baterai saat permainan dimulai adalah 100%.
Kami mencatat performa gim ini setiap 30 menit untuk melihat perubahan apa yang terjadi di smartphone selama gim dijalankan. Total waktu permainan kurang lebih 4 jam dengan istirahat 30 menit setelahh 2,5 jam pertama.
Tidak sperti smartphone kebanyakan yang hadir dengan embel-embel dukungan asisten gaming, Huawei jutsru tak punya. Kendati begitu, kapasitasnya dalam menjalankan gim patut diapresiasi.
Pada 30 menit pertama, PUBG Mobile berjalan dengan lancar. Kami tidak menemui kendala selama permainan. Layarnya responsif. Desain yang ramping pun memudahkan kami untuk menyentuh barisan tombol virtual di layar. Gyroscope-nya juga berfungsi dengan sangat baik. Hanya saja, bobotnya lumayan berat, sehingga bermain dalam waktu lama akan membebani jari penopang smartphone ini.
Di 30 menit pertama ini, kami tidak mendapati adanya frame drop apalagi freezing. Semuanya berjalan dengan mulus. Selama 30 menit permainan itu, kapasitas baterai berkurang 6%, menjadi 94%.
Pada 30 menit kedua, kami mencoba mengubah tampilannya menjadi HD Ultra. Frame rate dalam gim hanya mentok di angka 40 saja. Bagi mereka yang terbiasa memainkan gim dengan frame rate paling kecil 60fps, hal ini akan sangat mengganggu.
Dalam pengaturan ini, kemampuan P40 Pro dalam menjalankan gim masih sangat stabil. Kendati grafisnya dinaikkan, kami tidak mendapatinya adanya lag. Suhu smartphone pun masih terjaga dengan sangat baik. Memang, agak sedikit menghangat, namun dalam porsi yang sangat kecil dan tidak mengganggu permainan. Dengan kondisi ini, kapasitas baterai berkurang menjadi 86%.
Di 30 menit ketiga, suhu Huawei P40 Pro berangsur-angsur kembali menjadi normal. Namun, saya tak mendapati adanya pengurangan performa dalam gim. Semuanya berjalan seperti biasa. Respons layarnya pun masih baik.
Secara umum, total permainan gim selama kurang lebih 4 jam itu dapat berjalan dengan sangat stabil. Kami tak mendapati adanya gejala lag, apalagi crash di dalam gim. Kapasitas akhir baterai yang kami dapati adalah 35%.
Singkatnya, Huawei P40 Pro terbilang mumpuni dalam menjalankan gim untuk waktu yang lama. Harus diakui, smartphone ini mampu mempertahankan stabilitasnya saat dipakai bermain gim dalam waktu lama. Manajemen panasnya juga baik karean tak ada lonjakan suhu secara drastis, sehingga permainan tetap menyenangkan.
HMS, a new normal?
Mungkin, pertanyaan besar setiap orang saat ini adalah apakah kita bisa hidup tanpa layanan Google? mampukah kita move on? Jawabnya bisa dan mampu. Layanan itu sebenarnya tak hilang sepenuhnya. Kita masih bisa mengakses, namun pengalamannya tak seenak seperti pakai aplikasi native.
Fakta bahwa Call of Duty Mobile tak bisa dijalankan di Huawei P40 Pro adalah PR yang harus dituntaskan Huawei. Artinya, mereka harus menambah dana, tenaga, dan upaya untuk menambah koleksi aplikasi di AppGallery. Dengan demikian, orang-orang yang terbiasa memakai aplikasi Facebook, Instagram, dan WhatsApp, tak perlu repot mengunduhnya dari toko aplikasi pihak ketiga.
Saat ini, Huawei AppGallery sudah mendukung sejumlah aplikasi e-commerce dan mobile banking. Semuanya bisa berjalan dengan normal. Sayangnya, ketika aplikasi Ovo dicoba, selalu muncul peringatan masalah pada server. Hal itu selalu terjadi setiap kali kami mencoba melakukan sign in di aplikasi tersebut.
Beberapa aplikasi yang biasa kami gunakan, seperti Twitter, WhatsApp, Facebook, Instagram juga tak terdapat di Huawei AppGallery. Tidak hanya itu, tidak ada satu pun aplikasi benchmark yang biasa kami gunakan di Huawei AppGallery. Namun, aplikasi produktivitas, seperti Office sudah bisa digunakan dengan baik.
Jalan satu-satunya untuk mendapatkan aplikasi yang tidak terdapat di AppGallery adalah mengunduhnya dari aplikasi pihak ketiga. Rupanya, uji coba AppSearch yang sebelumnya sudah dilakukan di Jerman belum tersedia di Huawei P40 Pro versi Indonesia.
Semua aplikasi yang terdapat di AppGallery dapat digunakan dengan baik. Pengalaman penggunanya pun sama dengan ketika menggunakan smartphone dengan layanan Google. Namun beberapa aplikasi akan memunculkan peringatan bahwa aplikasi tidak akan berjalan tanpa adanya Google Play. Toh, nyatanya, aplikasi tetap bisa digunakan dengan normal.
Aplikasi semacam WhatsApp dan media sosial lain, termasuk gim, kami unduh dari APKPure. Semuanya bisa berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Mengirim lokkasi di WhatsApp juga dapat dilakukan tanpa masalah. Demikian juga ketika menggunakan Facebook, Instagram atau Twitter, tak ada pengalaman pengguna yang terpangkas karena tidak adanya layanan Google.
Tampaknya, Huawei berusaha memberikan pengalaman terbaik ketika menggunakan toko aplikasinya. AppGallery ini bisa diubah sesuai dengan wilayah. Artinya, ketika diatur berada di Indonesia, Huawei AppGallery akan merekomendasikan sejumlah aplikasi yang tersedia dan bisa digunakan di Indonesia. Ya walaupun harus diakui, jumlahnya tidak sebanyak di Google Play Store.
Untuk diketahui, Google Play Store saat ini memiliki 2,8 juta aplikasi. Rasanya butuh jalan panjang bagi Huawei untuk bisa menambah koleksi aplikasi sampai sebanyak itu, Google sendiri memulainya sejak lebih dari 10 tahun silam.
Bagi pengguna Android, mungkin sedikit sulit untuk move on dari Google. Bagaimana tidak, semua akses akun hampir semuanya menggunakan Google. Email, misalnya, pasti menggunakan Gmail. Satu email ini bisa terintegrasi ke beberapa layanan lain, seperti YouTube, Maps, Google Docs, Google Photos, Google Drive dan banyak layanan Google lainnya.
Dengan menggunakan file APK dari APKPure, kami bisa menggunakan beberapa aplikasi yang membutuhkan layanan Google. Misalnya, Google Maps. Kendati memberikan peringatan kalau aplikasi tak akan berjalan tanpa Google, nyatanya kami masih bisa mengunakannya. Hanya saja, integrasi dengan aplikasi lain, seperti Gojek dan Grab tidak bisa dilakukan.
Dengan kata lain, layanan ride hailing motor dan mobil tak akan berjalan di Huawei P40 Pro. Layanan lain, seperti pengantaran makanan dan membayar tagihan masih dapat dilakukan.
Tidak hanya itu, Gmail dan YouTube pun masih bisa digunakan, asal dibuka dengan menggunakan browser. Tinggal nyalakan notifikasi dari browser, pengguna akan mendapat pemberitahuan setiap kali ada email masuk.
Segala cara bisa dilakukan untuk menggunakan aplikasi buatan Google di Huawei P40 Pro. Kalau sudah seperti itu, berarti kita masih belum bisa move on dari layanan Google. Ya mau bagaimana lagi, pengguna Android sudah kadung mesra dengan Google. Namun, langkah Huawei untuk menghadirkan aplikasi lokal bagi penggunanya patut diapresiasi. Oh iya, Huawei tampaknya memang mendesain perangkat ini per wilayah. Saat perangkat baru dinyalakan, setelah logo Huawei Indonesia muncul, ada tampilan ikon-ikon budaya Tanah Air untuk menegaskan kesan Indonesia di smartphone ini.
Kesimpulan
Pada dasarnya, Huawei P40 Pro sangat powerful. Semua tugas bisa dilibas tanpa ada masalah, mulai dari performa harian, gaming hingga kebutuhan fotografi. Tak salah kalau sebenarnya kami menyukai smartphone ini. Kehadiran AppGallery belum bisa sepenuhnya menggantikan Google Play Store.
Mungkin, sebagian orang takut untuk membeli Huawei P40 Pro karena merasa mereka harus siap move on dari Google. Jangan salah sangka, layanan Google masih ada. Pengalamannya saja yang berbeda.
Kedua, beberapa aplikasi yang mengandalkan Google Media Services tak bisa berjalan optimal atau tak bisa berjalan sama sekali. Itulah sebabnya, Huawei harus mengejar ketertinggalan mereka.
Saat membeli Huawei P40 Pro, kita harus kembali belajar beradaptasi untuk memulai sebuah kenormalan baru. Pertanyaannya, sanggupkah kita? Bukan perkara mudah untuk membangun ekosistem sebesar Apple dan Google saat ini. Nokia dan BlackBerry, juga Microsoft, sudah mencoba, dan gagal. Huawei dengan segala pengalamannya di dalam negeri bisa jadi berhasil. Kemungkinan lain, Presiden Donald Trump tak terpilih untuk periode kedua, sanksi atas Huawei dicabut, dan seluruh produk Huawei menjadi normal kembali.
Kalau saja Huawei memiliki dukungan layanan yang lebih baik lagi, mungkin kami akan berikan skor terbaik dalam review ini.