Review Lenovo Legion Tower 7i, PC pre-built yang agak kentang
Apakah PC masih menarik saat ini? Kalau menarik, manakah yang harus kita beli: rakitan atau pre-built?
Dalam 6 tahun belakangan, saya selalu memilih merakit PC dibanding membeli yang sudah jadi (pre-built). Alasannya sederhana: fleksibilitas dalam memilih tiap komponen sesuai dengan kebutuhan dan dana.
Merakit PC tentu tak cocok untuk semua orang. Pabrikan komputer pun menyadarinya. Oleh karena itu, mereka merilis PC yang yang tinggal pakai saja. Salah satunya adalah Lenovo yang memperkenalkan Legion Tower 7i untuk pasar Indonesia tahun ini.
Mereka merilis Tower 7i bersamaan dengan laptop gaming, Lenovo 7i yang sudah pernah kami ulas sebelumya. Di artikel ini, saya akan berbagi pengalaman menggunakan Legion Tower 7i selama kurang lebih tiga pekan.
Legion Tower 7i hadir dengan prosesor Intel Core i7 10700K, RAM 16GB dual channel, VGA NVIDIA GeForce RTX 2070 dengan VRAM 8GB, dan penyimpanan 512GB. Kapasitas penyimpanan tersebut relatif kecil untuk PC yang biasanya kita pakai untuk bermain gim, dan atau memproduksi konten.
Selama pengujian, saya menggunakan Legion Tower 7i untuk bermain beberapa gim, merekam gameplay, memotong dan mengekspor video, lalu mengunggah hasilnya ke YouTube. Kendala terbesar saya selama melakukan ini adalah kapasitas penyimpanan yang cepat penuh.
Desain
Legion Tower 7i atau tepatnya Lenovo Legion T7 34IMZ5 yang saya ulas hadir dengan desain casing minimalis berwarna hitam berbobot sekitar 12,5Kg. Jika dilihat dari depan, mata kita kita akan tertuju pada indikator LED logo Lenovo Legion berwarna biru. Selayaknya PC, Legion Tower 7i hadir dengan banyak sekali colokan I/O.
Di bagian atas, misalnya, terdapat 4 konektor USB, serta konektor headset dan microphone yang bedampingan dengan tombol power. Selain itu, Lenovo juga menempatkan pelindung debu di bagian depan.
Jika masih kurang, Lenovo masih menyediakan 4 colokan USB 2.0 di bagian belakang. Terdapat pula colokan USB-C, 2 buah USB 3.2 Gen 1, USB 3.2 Gen 2, 6 konektor audio, dan konektor Ethernet.
Jika pensaran dengan jeroannya, kita bisa mengintipnya melalui penutup samping casing yang transparan. Jika mengintip saja tak cukup, penutup tersebut bisa kita copot dengan membuka 4 baut menggunakan obeng plus.
Kemudahan dalam membuka dan menutup casing ini sangat vital jika suatu saat kita hendak mengganti salah satu atau beberapa komponen. Sebagai informasi, Lenovo menyediakan 4 slot RAM DDR4, 2 slot SSD M.2, dan 2 Storage drive bays.
Legion Tower 7i yang saya uji menggunakan Power Supply berdaya 650 Watt. Sementara untuk konektivitasnya sudah menggunakan WiFi generasi ke-enam.
Untuk menjaga suhu di dalam casing tetap dingin, Lenovo menempatkan 1 kipas di bagian belakang, dan 3 kipas di bagian depan.
Berbeda dengan varian laptop Legion 7i, Legion Tower 7i belum dilengkapi lampu RGB. Meski demikian, Lenovo tetap menyematkan LED yang kecerahannya bisa kita atur melalui UEFI BIOS.
Saya tak mengerti, entah kenapa Lenovo menempatkan pengaturan banyak hal di BIOS, bukan di aplikasi Lenovo Vantage, seperti di varian laptop. Dugaan saya, bisa jadi Lenovo menganggap pengguna PC lebih terbiasa mengutak-atik BIOS ketimbang pengguna laptop. Tentu saja, dugaan tersebut bisa salah.
Managemen suhu melalui pengaturan kecepatan kipas, misalnya, hanya bisa kita akses melalui BIOS. Demikian juga pengaturan performa Legion Tower 7i yang terdiri-dari tiga mode, yakni Performance, Balance, dan Quiet. Secara default, Legion Tower 7i akan berjalan pada mode Balance.
Konsekuensinya, saya menguji performanya juga dalam mode Balance, bukan mode Performance sebagaimana biasa saya terapkan di versi laptop.
Performa
Seperti sudah saya sebut sebelumnya, Lenovo Legion Tower 7i hadir dengan Intel Core i7 10700K berkecepatan 3,8GHz, RAM 16GB dual channel, VGA NVIDIA GeForce RTX 2070 dengan VRAM 8GB, dan penyimpanan 512GB. Sementara itu, sistem operasinya adalah Windows 10 Home Edition.
Berikut performanya dalam beberapa pengujian yang sudah saya lakukan, baik benchmark sintetis maupun untuk bermain gim. Sebagai gambaran untuk Sahabat Tek, saya sengaja mencantumkan skor Legion 7i di beberapa pengujian. Namun, sebagai catatan, sekali lagi saya katakan bahwa saya menguji Legion Tower 7i dalam mode Balance, sedangkan Legion 7i dalam mode Performance.
Pada pengujian menggunakan PCMark 10, skor Legion 7i mengungguli Legion Tower 7i. Pengujian ini memang fokus pada performa perangkat untuk bekerja dan memproduksi konten secara sederha, seperti bisa Anda lihat di atas.
Sementara di pengujian 3DMark, Legion Tower 7i jauh mengungguli versi laptop. Hasil tersebut sangat wajar karena perbedaan VGA yang cukup signifikan.
Hasil pengujian 3DMark terlihat sejalan dengan hasil benchmark gim. Anda bisa melihat detailnya di bawah ini.
Bagaimana jika digunakan untuk memproduksi konten? Seperti biasa, saya menggunakan aplikasi Handbrake dan Blender. Hasilnya, Legin Tower 7i jauh mengunguli Legion 7i, seperti berikut ini.
Bagaimana dengan Cinebench? Berikut hasilnya.
Sebagai gambaran, berikut adalah hasil benchmark Cinebench Legion 7i yang dibekali Intel Core i7-10875H 8 core.
Kesimpulan