Review paling jujur Oppo Reno3
Dibanderol lebih murah dari seri sebelumnya, Reno3 tetap memberikan kemampuan fotografi yang cukup solid di kelasnya.
Di kuartal awal tahun 2020 ini, sedikitnya sudah ada belasan smartphone baru yang diluncurkan di pasaran. Oppo, sebagai salah satu vendor yang cukup populer di Tanah Air, menyumbang lima perangkat baru, meliputi dua varian Find X2 Series, dua tambahan seri A, dan Oppo Reno3. Semua disiapkan untuk mengisi segmennya masing-masing. Mulai dari entry level (A31) sampai flagship (Find X2 series), Oppo Reno3 masuk pada kelas premium.
Melanjutkan jejak seri Reno sebelumnya, Oppo Reno3 kembali menawarkan salah satu fitur yang dibanggakannya, yakni sektor fotografi. Hanya saja, Oppo tak lagi menggunakan mekanisme motor pada kamera depannya. Mereka kembali pada desain waterdrop screen. Sementara kamera belakang tetap menggunakan formasi 4 kamera.
Tahun baru, semangat baru, prosesor baru. Alih-alih tetap bekerja sama dengan Qualcomm, Oppo menggandeng MediaTek dengan menggunakan seri Helio P90, yang menawarkan kinerja 50 persen lebih baik pada situs resminya.
Keputusan Oppo menggandeng MediaTek sedikit banyak menimbulkan komentar dan pertanyaan khalayak ramai. Mulai dari beberapa isu yang melekat pada prosesor MediaTek yang agak ‘mudah panas’, sampai kemampuan dari prosesor besutan perusahaan yang berbasis di Hsinchu, Taiwan, ini tak sedigdaya para kompetitornya.
Nah, sebelum membahas lebih dalam varian baru Oppo Reno3 ini dan membuktikan isu-isu yang masih berkembang seputar prosesornya, ada baiknya kita lihat terlebih dahulu spesifikasi dari perangkat yang kami review kali ini.
Spesifikasi lengkap Oppo Reno3 di Indonesia:
Oppo Reno3 | |
SoC | Octa-core (2x2.2 GHz Cortex-A75 & 6x2.0 GHz Cortex-A55) |
DRAM | 8GB |
Layar |
|
Ukuran | 160.2 x 73.3 x 7.9 mm (6.31 x 2.89 x 0.31 in), Bobot 170 g (6.00 oz) |
Baterai |
Li-Po 4025 mAh, Fast charging 20W |
Kamera Belakang |
|
Kamera Depan | 44MP F2.4 |
Storage | 128GB |
OS | ColorOS7 |
Harga | Rp 5.499.000 |
Desain
Perbedaan pertama dari Reno3 tentu dari desainnya. Di mana Reno3 tak lagi menggunakan mekanisme bermotor untuk mengangkat kamera yang disembunyikan seperti Reno2. Reno3 memilih desain yang umum digunakan saat ini, poni atau waterdrop screen.
Penggunaan desain poni mau tak mau harus memaksa Oppo untuk mengecilkan sedikit ukuran layarnya. Karena dengan kamera tersembunyi, Oppo Reno2 punya bidang pampang yang lebih luas. Sementara Oppo Reno3 harus merelakan beberapa inci untuk modul kamera.
Jadinya, Oppo Reno3 memang membawa ukuran layar sedikit lebih kecil, baca ya hanya sedikit saja. Perbedaannya Oppo Reno3 memiliki layar 6,4 inci, sementara Oppo Reno2 6,5 inci.
Meski lebih kecil, Oppo tidak mengubah tipe panel layarnya. Oppo Reno3 tetap menggunakan panel AMOLED dengan refresh rate 60 Hz. Resolusinya pun sama 1080 x 2400 piksel, namun kerapatan piksel Reno3 sedikit lebih baik di angka 408 dpi dibanding 405 dpi (Reno2).
Kecerahan layarnya pun cukup baik. Ketika smartphone kami ajak jogging pukul 10 pagi, tampilan layarnya masih cukup terang, meski cuaca sedang cerah.
Perangkat yang kami review ini berwarna Midnight Black dengan tampilan yang mengkilap. Ubahan desain tampaknya juga mengubah komposisi tampilan back cover. Reno3 menggeser posisi kamera hingga ke sudut, housing kamera terlihat menonjol. Berbeda sekali dengan desain Reno2, di mana posisi kamera diletakkan tengah, rata dengan back cover serta dibekali dengan tonjolan untuk melindungi lapisan kaca agar tidak mudah tergores ketika diletakkan atau dimasukkan ke saku celana.
Jujur, secara pribadi saya lebih suka dengan desain Reno2. Cantik dan tampak lebih elegan dan proporsional menurut saya. Namun, desain cantik Reno2 ini membuat smartphone tersebut sedikit lebih tebal dan berat.
Reno3 sendiri tampil lebih ramping dan ringan, bodinya bak model yang langsing di genggaman. Sekali pegang, tak ingin lepas rasanya. Nyaman! Hanya saja, housing kamera yang menonjol memang mengurangi keindahan dari tipisnya bodi Reno3. Tapi tenang, saya punya solusinya, pakaikan saja casing, kelar semua masalah. Cerdaskan!
Kalau ngomongin nyaman, ibarat PDKT, tanpa proses dan waktu pendekatan yang intensif, rasanya akan sulit. Seperti itulah proses yang dilalui oleh pabrikan asal Guangdong, Tiongkok ini. Mereka menemukan formula yang pas untuk memastikan rasa nyaman pada saat menggenggam seri Reno ini, dengan mengaplikasikan pinggiran smartphone yang melengkung. Hal ini membuat smartphone nyaman digenggaman, tidak terasa tebal, ergonomis kalau istilah kerennya.
DNA desain Oppo lainnya juga masih cukup kental pada Reno3. Tombol daya masih di sisi kanan, tombol pengaturan volume ada di sisi kiri, bersebelahan dengan SIM tray yang mampu menampung dua buah kartu SIM serta SD Card untuk menambah kapasitas penyimpanan.
Desain tombol daya dan volume terpisah ini mungkin menimbulkan sedikit perdebatan dari pengguna. Ada yang suka, ada pula yang tidak suka. Saya pribadi, desain tombol daya dan volume terpisah di sisi kanan kiri ini ada peruntungannya sendiri. Saya bisa mengoperasikan smartphone ini di satu tangan. Menyalakan atau sekadar mengatur tingkat volume jadi lebih cepat.
Di sisi bawah tak ada yang berubah, port audio jack 3,5mm masih tetap ada, di sampingnya ada mikrofon, port pengisian daya berjenis USB type-C yang didukung teknologi VOOC Flash Charge 3.0, serta speaker eksternal.
Antarmukanya lebih peka ketimbang sok peka-nya gebetanmu
Selain nyaman di genggam, Oppo juga ingin memberikan rasa nyaman ketika digunakan. Untuk itu, mereka juga terus mengembangkan pengalaman penggunaan antarmuka dari perangkat mereka yang dikenal dengan ColorOS. Oppo sampai memiliki tim R&D sendiri untuk terus mengembangkan pengalaman menggunakan antarmukanya. Terbaru adalah ColorOS7.
Tampilan Home Screen dibuat sederhana, tanpa laci aplikasi, mudah dimengerti. Namun, ColorOS7 dirancang untuk memenuhi berbagai rentang usia penggunanya. Untuk itu, ColorOS7 menawarkan tiga jenis tampilan menu antarmuka, Standard Mode untuk yang sudah terbiasa dengan kumpulan aplikasi pada Home Screen, Drawer Mode untuk pengguna yang suka dengan tampilan Home Screen yang bersih dan minimalis, serta Simple Mode yang menampilkan ikon lebih besar untuk memudahkan pengguna berusia senja. Pergeseran antar laman, halus.
Seri terbaru dari antarmuka yang terus mereka kembangkan ini banyak membawa fitur yang menawarkan pengalaman lebih baik. Dark Mode misalnya, fitur ini tak hanya mengubah tampilan antarmuka menjadi lebih gelap, namun juga dapat diaplikasikan hingga ke beberapa aplikasi lain, meski aplikasi tersebut belum mendukung fitur tersebut. Selain tampak lebih keren, baterai diklaim akan lebih irit.
Oppo juga memiliki Smart Sidebar, fitur yang menawarkan akses cepat ke beberapa aplikasi yang paling sering saya buka. Menu ini bisa diaktifkan dengan menggeser bar yang ada di sisi kanan layar ke arah kiri.