Review paling jujur Oppo Reno3
Dibanderol lebih murah dari seri sebelumnya, Reno3 tetap memberikan kemampuan fotografi yang cukup solid di kelasnya.
Di kuartal awal tahun 2020 ini, sedikitnya sudah ada belasan smartphone baru yang diluncurkan di pasaran. Oppo, sebagai salah satu vendor yang cukup populer di Tanah Air, menyumbang lima perangkat baru, meliputi dua varian Find X2 Series, dua tambahan seri A, dan Oppo Reno3. Semua disiapkan untuk mengisi segmennya masing-masing. Mulai dari entry level (A31) sampai flagship (Find X2 series), Oppo Reno3 masuk pada kelas premium.
Melanjutkan jejak seri Reno sebelumnya, Oppo Reno3 kembali menawarkan salah satu fitur yang dibanggakannya, yakni sektor fotografi. Hanya saja, Oppo tak lagi menggunakan mekanisme motor pada kamera depannya. Mereka kembali pada desain waterdrop screen. Sementara kamera belakang tetap menggunakan formasi 4 kamera.
Tahun baru, semangat baru, prosesor baru. Alih-alih tetap bekerja sama dengan Qualcomm, Oppo menggandeng MediaTek dengan menggunakan seri Helio P90, yang menawarkan kinerja 50 persen lebih baik pada situs resminya.
Keputusan Oppo menggandeng MediaTek sedikit banyak menimbulkan komentar dan pertanyaan khalayak ramai. Mulai dari beberapa isu yang melekat pada prosesor MediaTek yang agak ‘mudah panas’, sampai kemampuan dari prosesor besutan perusahaan yang berbasis di Hsinchu, Taiwan, ini tak sedigdaya para kompetitornya.
Nah, sebelum membahas lebih dalam varian baru Oppo Reno3 ini dan membuktikan isu-isu yang masih berkembang seputar prosesornya, ada baiknya kita lihat terlebih dahulu spesifikasi dari perangkat yang kami review kali ini.
Spesifikasi lengkap Oppo Reno3 di Indonesia:
Oppo Reno3 | |
SoC | Octa-core (2x2.2 GHz Cortex-A75 & 6x2.0 GHz Cortex-A55) |
DRAM | 8GB |
Layar |
|
Ukuran | 160.2 x 73.3 x 7.9 mm (6.31 x 2.89 x 0.31 in), Bobot 170 g (6.00 oz) |
Baterai |
Li-Po 4025 mAh, Fast charging 20W |
Kamera Belakang |
|
Kamera Depan | 44MP F2.4 |
Storage | 128GB |
OS | ColorOS7 |
Harga | Rp 5.499.000 |
Desain
Perbedaan pertama dari Reno3 tentu dari desainnya. Di mana Reno3 tak lagi menggunakan mekanisme bermotor untuk mengangkat kamera yang disembunyikan seperti Reno2. Reno3 memilih desain yang umum digunakan saat ini, poni atau waterdrop screen.
Penggunaan desain poni mau tak mau harus memaksa Oppo untuk mengecilkan sedikit ukuran layarnya. Karena dengan kamera tersembunyi, Oppo Reno2 punya bidang pampang yang lebih luas. Sementara Oppo Reno3 harus merelakan beberapa inci untuk modul kamera.
Jadinya, Oppo Reno3 memang membawa ukuran layar sedikit lebih kecil, baca ya hanya sedikit saja. Perbedaannya Oppo Reno3 memiliki layar 6,4 inci, sementara Oppo Reno2 6,5 inci.
Meski lebih kecil, Oppo tidak mengubah tipe panel layarnya. Oppo Reno3 tetap menggunakan panel AMOLED dengan refresh rate 60 Hz. Resolusinya pun sama 1080 x 2400 piksel, namun kerapatan piksel Reno3 sedikit lebih baik di angka 408 dpi dibanding 405 dpi (Reno2).
Kecerahan layarnya pun cukup baik. Ketika smartphone kami ajak jogging pukul 10 pagi, tampilan layarnya masih cukup terang, meski cuaca sedang cerah.
Perangkat yang kami review ini berwarna Midnight Black dengan tampilan yang mengkilap. Ubahan desain tampaknya juga mengubah komposisi tampilan back cover. Reno3 menggeser posisi kamera hingga ke sudut, housing kamera terlihat menonjol. Berbeda sekali dengan desain Reno2, di mana posisi kamera diletakkan tengah, rata dengan back cover serta dibekali dengan tonjolan untuk melindungi lapisan kaca agar tidak mudah tergores ketika diletakkan atau dimasukkan ke saku celana.
Jujur, secara pribadi saya lebih suka dengan desain Reno2. Cantik dan tampak lebih elegan dan proporsional menurut saya. Namun, desain cantik Reno2 ini membuat smartphone tersebut sedikit lebih tebal dan berat.
Reno3 sendiri tampil lebih ramping dan ringan, bodinya bak model yang langsing di genggaman. Sekali pegang, tak ingin lepas rasanya. Nyaman! Hanya saja, housing kamera yang menonjol memang mengurangi keindahan dari tipisnya bodi Reno3. Tapi tenang, saya punya solusinya, pakaikan saja casing, kelar semua masalah. Cerdaskan!
Kalau ngomongin nyaman, ibarat PDKT, tanpa proses dan waktu pendekatan yang intensif, rasanya akan sulit. Seperti itulah proses yang dilalui oleh pabrikan asal Guangdong, Tiongkok ini. Mereka menemukan formula yang pas untuk memastikan rasa nyaman pada saat menggenggam seri Reno ini, dengan mengaplikasikan pinggiran smartphone yang melengkung. Hal ini membuat smartphone nyaman digenggaman, tidak terasa tebal, ergonomis kalau istilah kerennya.
DNA desain Oppo lainnya juga masih cukup kental pada Reno3. Tombol daya masih di sisi kanan, tombol pengaturan volume ada di sisi kiri, bersebelahan dengan SIM tray yang mampu menampung dua buah kartu SIM serta SD Card untuk menambah kapasitas penyimpanan.
Desain tombol daya dan volume terpisah ini mungkin menimbulkan sedikit perdebatan dari pengguna. Ada yang suka, ada pula yang tidak suka. Saya pribadi, desain tombol daya dan volume terpisah di sisi kanan kiri ini ada peruntungannya sendiri. Saya bisa mengoperasikan smartphone ini di satu tangan. Menyalakan atau sekadar mengatur tingkat volume jadi lebih cepat.
Di sisi bawah tak ada yang berubah, port audio jack 3,5mm masih tetap ada, di sampingnya ada mikrofon, port pengisian daya berjenis USB type-C yang didukung teknologi VOOC Flash Charge 3.0, serta speaker eksternal.
Antarmukanya lebih peka ketimbang sok peka-nya gebetanmu
Selain nyaman di genggam, Oppo juga ingin memberikan rasa nyaman ketika digunakan. Untuk itu, mereka juga terus mengembangkan pengalaman penggunaan antarmuka dari perangkat mereka yang dikenal dengan ColorOS. Oppo sampai memiliki tim R&D sendiri untuk terus mengembangkan pengalaman menggunakan antarmukanya. Terbaru adalah ColorOS7.
Tampilan Home Screen dibuat sederhana, tanpa laci aplikasi, mudah dimengerti. Namun, ColorOS7 dirancang untuk memenuhi berbagai rentang usia penggunanya. Untuk itu, ColorOS7 menawarkan tiga jenis tampilan menu antarmuka, Standard Mode untuk yang sudah terbiasa dengan kumpulan aplikasi pada Home Screen, Drawer Mode untuk pengguna yang suka dengan tampilan Home Screen yang bersih dan minimalis, serta Simple Mode yang menampilkan ikon lebih besar untuk memudahkan pengguna berusia senja. Pergeseran antar laman, halus.
Seri terbaru dari antarmuka yang terus mereka kembangkan ini banyak membawa fitur yang menawarkan pengalaman lebih baik. Dark Mode misalnya, fitur ini tak hanya mengubah tampilan antarmuka menjadi lebih gelap, namun juga dapat diaplikasikan hingga ke beberapa aplikasi lain, meski aplikasi tersebut belum mendukung fitur tersebut. Selain tampak lebih keren, baterai diklaim akan lebih irit.
Oppo juga memiliki Smart Sidebar, fitur yang menawarkan akses cepat ke beberapa aplikasi yang paling sering saya buka. Menu ini bisa diaktifkan dengan menggeser bar yang ada di sisi kanan layar ke arah kiri.
Bagaimana dengan performanya?
Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, Oppo Reno3 hadir menggandeng MediaTek Helio P90. Prosesor ini dibangun pada proses fabrikasi 12nm, dengan konfigurasi 6 core Cortex-A55 @2GHz dan 2 core Cortex-A75 @2,2GHz ke dalam satu cluster. Unit pengolahan grafisnya menggunakan IMG PowerVR GM9446. Untuk besaran RAM-nya 8GB.
Bagaimana performanya? Berikut beberapa pengujian menggunakan aplikasi benchmark sintetis:
Jika melihat perolehan skor benchmark dari prosesor MediaTek Helio P90, kinerja prosesor ini terbilang cukup oke pada kelasnya, yakni kelas menengah. Namun, perolehannya memang tak lebih baik dari prosesor di kelas yang sama. Meski begitu, MediaTek mengklaim bahwa salah satu fitur yang diungulkan dari prosesor ini adalah kinerja AI yang hebat untuk menunjang sektor fotografinya. Oleh karena itu, kami kembali menguji kemampuan AI dan fotografinya.
Kemampuan AI, sesuai klaim?
MediaTek Helio P90 dirancang dengan dukungan teknologi AI terbaru yakni APU 2.0. Teknologi terbaru ini menggunakan perpaduan arsitektur AI terdepan, yang diklaim mampu mengerjakan beberapa tugas dan aplikasi yang membutuhkan dukungan AI secara bersamaan.
Menurut informasi dari situs resmi MediaTek, Helio P90 menawarkan peningkatan kinerja 4 kali lipat jika dibandingkan dengan generasi Helio sebelumnya P60 dan P70). Namun, prosesor ini juga diklaim lebih efisien. Apakah dengan dapat bertahan selama 14 jam 57 menit dalam pengujian PCMark Battery Life(kecerahan layar 80 persen dan tingkat volume 50 persen) itu termasuk irit? Menurut kami lumayan.
Untuk mengetahui seberapa cakap AI dari prosesor MediaTek Helio P90 ini, kami juga mengujinya menggunakan beberapa aplikasi benchmark, meliputi PCMark Computer Vision, AI Bencmark dan AImark. Ketiga aplikasi ini menguji seberapa cepat dan akurat AI untuk mengenali objek yang beragam. Berikut hasilnya:
Perolehan skor pengujian kemampuan AI Oppo Reno3 menunjukkan hasil yang cukup baik. Bahkan jika dilihat, kemampuan prosesor ini bisa mengungguli beberapa prosesor flagship, namun itu pun prosesor keluaran dua tahun lalu. Terlepas dari itu semua, prosesor milik MediaTek ini digunakan pada ponsel dengan harga yang cukup terjangkau, kelas menengah, tidak sampai merogoh kocek dalam-dalam jika ingin memilikinya.
Kemampuan kameranya, Oke bingit!
Setelah melewati beberapa tes yang menunjukan skor dari pengujian sintetis, sekarang saatnya saya memberikan pendapat berdasarkan pengalaman yang saya dapat ketika mencoba kemampuan fotografi dengan dukungan AI dari Reno3.
Oppo Reno3 masih tetap mengandalkan formasi empat kamera utama, karena memang seri Reno ini mengedepankan kemampuan kameranya. Empat buah kamera di sini terdiri dari 48MP sebagai kamera utamanya, kemudian ada 13MP lensa Telephoto, 8MP untuk lensa wide-angle, serta 2MP lensa mono.
Soal kemampuan kamera Reno3, sebenarnya saya sudah pernah mencobanya pada acara Oppo Reno3 Experience Tour sebelumnya. Tetapi saya akan kembali membagikan hasil foto yang saya ambil meski harus bekerja dari rumah.
Tampilan utama menu kamera Oppo Reno3 masih tetap sama seperti Reno2. Di sini kalian memiliki lima menu utama diatas tombol shutter yang terdiri dari Night, Video, Photo, Portrait, dan More. Sementara di sisi atas, ada pengaturan flash, HDR, menu Dazzle Color, Filter, dan pengaturan. More sendiri berisi enam menu lain, meliputi Expert, Sticker, Google Lens, Pano, Time-Lapse dan SLO-MO.
Sejatinya, dalam mode Photo AI pada Reno3 sudah aktif. Seraya memenuhi klaim, saya ingin berbagi pengalaman bagaimana gesitnya AI pada Reno3 dalam mengenali objek dan mengolahnya menjadi hasil foto yang baik, tidak lebay secara saturasi warna, dan tetap menampilkan detail dengan sangat baik.
Foto tumpukan jeruk limau yang saya ambil ketika menemani istri dan ibu saya berbelanja tampak cukup baik. Warna pada jeruk tampak natural tanpa adanya penambahan warna yang berlebihan. Hal tersebut dapat dilihat dari gradasi warna hijau menjadi kuning yang tampak halus. Detail kerutan pada kulit jeruk juga dapat tertangkap dengan sangat baik.
Foto kacang panjang yang saya ambil kembali menunjukkan detil yang sangat baik. Perhatikan corak atau lapisan putih yang tidak rata pada permukaan kacang panjang. Dapat ditampilkan dengan baik bukan? Eit, coba perhatikan juga wortel yang ada di pojok kanan gambar, wotel tersebut juga memiliki perbedaan warna pada kulitnya. Meski bukan sebagai objek utama, kamera Reno3 tetap dapat menampilkan detail dari kulit wortel tersebut.
Cabai merah pada foto di bawah tampaknya sudah tidak dalam kondisi terbaiknya. Dugaan saya, mungkin sempat menginap barang sehari atau dua hari, kerena tampak mulai ada gerutan pada pangkal tungkainya. Tapi setidaknya, cabai ini masih cukup segar karena warna hijau pada tungkai sangat hijau dan belum memudar.
Hanya saja hal menarik juga saya dapatkan di sini, ketika kamera saya hadapkan pada dua objek sebelumnya yakni jeruk dan kacang panjang, AI mendeteksi kedua objek tersebut sebagai Green Plants. Benar. Namun, ketika objek cabai, AI salah memprediksi objek tersebut dan mengira bahwa cabai adalah adalah Bouquet atau sekumpulan bunga.
Mode HDR dari Reno3 dapat kalian lihat di bawah. Detailnya tampak apik, tekstur kulit pohon dapat terlihat jelas. Warna langit yang kebiruan juga menunjukkan kemampuan pengolahan warna yang baik. Hanya saja, warna pada daun di sisi kiri tampak kekuningan.
Sejatinya warna yang dihasilkan pada hasil foto Reno3 sudah melalui pengolahan dari kemampuan image precessing dari si prosesor MediaTek. Menurut saya warnanya sudah cukup oke dan natural. Tetapi jika kalian menyukai warna yang lebih nge-pop atau ngejreng, kalian bisa mengaktifkan mode Dazzle Color yang terdapat pada bagian atas menu kamera. Hasilnya bisa dilihat di bawah ini:
Oppo Reno3 juga dibekali lensa makro untuk mengambil objek-objek berukuran kecil. Di sini, kembali kinerja AI mendapatkan perhatian saya. Ketika kamera saya dekatkan ke objek, maka Reno3 akan secara otomatis mengubah dari lensa biasa menjadi lensa makro. Hal paling mudah untuk mengetahuinya adalah dengan melihat notifikasi mode yang akan muncul di atas layar. Untuk makro, mode yang muncul bertuliskan Macro Lens.
Kemampuan AI dalam mengenali objek tergolong gesit. Objek bunga di sela-sela dedaunan hijau terdeteksi cepat. Kemudian kamera memfokuskan diri pada bunga tersebut, sementara dedaunan dibelakangnya terlihat blur.
Sebagai objek, ukuran bunga memang tidak terlalu kecil dan memiliki warna yang berbeda. Mungkin saja itu yang membuatnya mudah dikenali oleh AI dari Reno3. Namun, bagaimana jika objeknya berukuran kecil seperti bunga rumput? Perhatikan detil warna dan pemisahan objek depan dan belakangnya? Menakjubkan bukan?
Sekarang membahas kamera utama dari Reno3 ini. Oppo menggunakan sensor 48MP. Menariknya, smartphone ini dapat menghasilkan foto dengan resolusi 108MP. Bagaimana bisa? Jawabannya dengan mengandalkan kecerdasan buatan. Yup, algoritma pengolahan gambar.
Seperti yang sudah sering saya sebutkan di atas, chipset MediaTek Helio P90 adalah rahasia Oppo dalam menghasilkan foto yang hebat. Hal ini dikarenakan MediaTek P90 memiliki kemampuan AI yang sangat cepat. Chipset milik MediaTek ini memimpin peringkat pada aplikasi AI benchmark ETHZ dengan skor 25.645, di mana Helio P90 adalah yang tercepat dalam pemrosesan AI di smartphone.
Benchmark ETHZ secara komprehensif menguji kinerja AI di berbagai aspek, meliputi Pengenalan Objek/Klasifikasi, Pengenalan Wajah, Pengecilan Gambar, Gambar dengan Resolusi Super, Segmentasi Gambar Semantik, dan Peningkatan Gambar Semantik.
Fitur 108MP Ultra Clear Image pada Reno3 menjanjikan foto yang tajam dan tetap mempertahankan detail. Melalui kamera utama, Reno3 dapat merekam informasi sub-pixel dengan resolusi gambar yang sangat tinggi. Fitur ini akan mengambil foto secara multi-frame, kemudian mengandalkan kecerdasan buatan untuk menggabungkan kumpulan frame tersebut.
Alhasil, Anda dapat menghasilkan foto dengan resolusi yang sangat tinggi, namun tetap memiliki detail yang baik. Bahkan, saking besarnya file foto ini, bisa kalian print untuk dijadikan poster berukuran 4,3 x 3,2 meter. Seperti yang terpampang di gedung Veteran RI.
Berikut foto yang menggunakan 108MP Ultra Clear Image menggunakan lensa standar, lensa ultra-wide, dan telescopin lens. Dibawahnya ada perbandingan foto 48MP denagn 108MP dengan pembesaran maksimal.
Seperti pengalaman kami sebelumnya pada acara Reno3 Experience Tour. Di mana Reno3 dapat mengambil foto dalam kondisi sangat gelap, dicatat sangat gelap, bukan sekadar foto dengan kondisi cahaya remang-remang. Oppo mengandalkan Ultra Night Selfie. Hasilnya, terlihat apik dengan warna wajah yang tampak natural, tajam dan minim noise.
Lantas saya mencoba kembali bagaimana kemampuan AI-nya ketika mode Ultra Dark Mode diaktifkan. Berhubung tidak ada model di kamar saya, karena kalau ada urusannya bisa panjang, jadi saya pakai objek lain. Berikut ini foto ruangan saya yang ditangkap tanpa menggunakan mode Night pada Reno2, lingkaran merah adalah objek yang saya ambil menggunakan mode Ultra Dark Mode pada Reno3.
Lantas seperti apa kemampuan videonya?
Oppo Reno3 mendukung perekaman beresolusi 4K @30fps, 1080P @60fps/@30fps, dan 720P @60fps/30fps. Pada resolusi 1080P @60fps, Reno3 memiliki lensa dengan dukungan zoom hingga 5x. Begitu juga pada resolusi 4K @30fps.
Melalui Reno3, Oppo ingin memberikan era perekaman video yang mendukung stabilisasi gambar. Untuk itu, pada Reno3 saya bisa menggunakan lensa Ultra Wide-angle dengan dukungan stabilisasi gambar untuk menghasilkan video yang minim guncangan. Berikut hasil video yang saya ambil dengan mengaktifkan fitur Ultra Steady:
Untuk foto selfienya saya tak banyak berkomentar, berhubung saya bukan penggemar selfie. Namun, untuk melengkapi review Reno3 ini, rasanya harus membahasnya walau sedikit. Foto yang saya ambil ini tanpa menggunakan efek beauty-beauty, natural saja. Karena dapat dilihat efek kulit terkelupas di bagian hidung saya dan saya bahkan bisa melihat pori-pori kulit wajah saya.
Foto ini juga menampilkan efek bokeh yang cukup halus serta detail yang sangat baik. Jika saya perhatikan, sentuhan AI yang memisahkan diri saya dengan latar belakang tergolong apik. Hal ini bisa dilihat pada rambut sebelah kiri yang tidak menyatu dengan daun pepohonan, dan helai-helai rambut dengan latar belakang langit. Sementara untuk ketajaman detil cukup terjawab dengan pori-pori di area wajah serta jahitan benang di baju saya.
Pengalaman bermain gim dan daya tahan baterainya
Isu cepat panas pada smartphone itu sering kali muncul pada waktu bermain gim, terkadang saat mengisi perangkat. Apalagi main gim sembari mengisi baterai smartphone, sesuatu yang jarang sekali kami lakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Untuk mengetahui apakah smartphone ini juga mengalami isu tersebut atau tidak adalah dengan mencobanya bermain dengan rentang waktu yang lama. Sebelum makin jauh, smartphone ini bisa bertahan hingga 14 jam 57 menit dalam pengujian PCMark Battery Life.
Saya memainkan gim PUBG Mobile dan COD Mobile bergantian. Pengaturan grafis PUBG mobile saya atur pada Smooth (Graphics) – Ultra (Frame Rate). Sementara pengaturan grafis COD Mobile secara default di set pada Medium. Bagaimana pengalamannya?
Bermain gim di Reno3 saya rasakan cukup nyaman. Dalam artian, saya dapat bermain dengan lancar selama 6 jam dari kapasitas baterai penuh sampai tersisa 19 persen. Saat pengujian pertama ini saya belum mengaktifkan Competition mode dan Reno3 mendukung Gyroscope dalam gim.
Selama bermain saya tidak terganggu gejala lag, layar tetap responsif, minim frame drop, dan peningkatan suhu relatif kecil sekali atau bahkan tidak terasa.
Pengujian selanjutnya, saya atur grafis pada pengaturan tertinggi, PUBG mobile HD - High, sedangkan COD Mobile menjadi High. Kemudian Competition Mode saya aktifkan. Bagaimana pengalamannya?
Secara visual, dengan mengatur grafis tertinggi memang memberikan tampilan visual yang lebih baik, detail. Ditambah, dukungan Competition Mode membuat pergerakan layar saat bermain menjadi mulus dan responsif.
Namun, kenyamanan itu mulai menghilang ketika saya mulai merasakan adanya perubahan suhu pada sisi belakang smartphone, tepatnya di area atas, berarti di tangan kiri jika orientasi memegang smartphone saya di mana slot pengisian daya ada di sebelah kanan.
Pada saat memasuki menit ke 30, pengalaman bermain gim masih cukup nyaman. Layar masih tetap responsif, namun sesekali terjadi frame drop. Peningkatan suhu meningkat, namun masih tergolong wajar. Hanya saja, ketika memasuki 1 jam bermain, pengalaman bermain gim sudah berkurang, karena sering sekali terjadi penurunan frame, dan peningkatan suhu ,mulai menjalar ke sisi layar sebelah kiri. Meski tidak masuk dalam kategori panas, bagi orang yang mudah berkeringat hal ini akan membuat pengalman bermain gim akan menjadi kurang seru.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, smartphone yang dibanderol seharga Rp5.499.000 ini kembali memberikan kemampuan yang cukup solid di semua aspek. Mulai dari performa, kemampuan fotografi, serta daya tahan baterainya yang didukung pengisian cepat. Oppo Reno3 juga menawarkan ekosistem yang bisa memenuhi kebutuhan pengguna muda dengan fitur-fitur serta beberapa aplikasi ekslusif untuk mengajak penggunanya lebih kreatif.
Meski skor perolehan kinerja benchmark dari prosesor MediaTek Helio P90 tidak terlalu menonjol, saya cukup puas dengan pengalaman pemakaian standar sehari-harinya. Dukungan RAM 8GB rasanya sudah cukup memenuhi kebutuhan penggunaan multi-aplikasi harian.
Sektor fotografi harus diapresiasi. Reno3 mempertahankan citra Reno sebagai smartphone dengan kemampuan fotografi yang baik. Di sini, pemilihan Helio P90 sebagai otak kompputasi AI-nya dirasa tepat. Hasil fotonya tergolong apik, tampak natural namun tetap detail. Jika kalian lebih suka warna yang nge-pop, Oppo juga menawarkan fitur Dazzle Color yang bisa kalian aktifkan kapan saja kalian mau.
Pengalaman bermain gim juga tak kalah baik, namun saya menyarankan untuk menggunakan grafis pada pengaturan Medium untuk mendapatkan pengalaman bermain terbaik.
Terlepas dari itu semua, saya menyukai smartphone ini. bentuknya yang lebih ramping di genggaman serta lebih ringan menjadi salah satu aspek yang saya suka. Meski bentuk housing kamera utama bukan desain favorit saya, kesan menonjol bisa dihilangkan dengan memasankan soft case bawaan.