sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id wd
Selasa, 11 Des 2018 16:01 WIB

Review ZenFone Max Pro M2 Indonesia, lebih bagus dari Mi 8 Lite?

Asus sudah resmi merilis ZenFone Max Pro M2 di Indonesia. Bagaimana hasil review-nya? Apa kekurangan dan kelebihannya?

Review ZenFone Max Pro M2 Indonesia, lebih bagus dari Mi 8 Lite?
ZenFone Max Pro M2

Asus secara resmi merilis Zenfone Max Pro M2 di Indonesia hari ini, Selasa (11/12). Smartphone mid-range ini hadir sehari sesudah Realme merilis U1 yang menggunakan prosesor Helio P70. Saya sudah menguji Zenfone Max Pro M2 dan berikut kesan-kesan saya.

Desain membosankan

Tak ada yang menggugah dari desain Zenfone Max Pro M2. Bahkan, menurut saya, ia membosankan.

Asus masih mempertahankan desain pendahulunya, yakni Max Pro M1. Perbedaan yang paling mencolok hanya satu, yakni munculnya notch di bagian layar. Sisanya, hanya ukurannya yang mengecil beberapa milimeter saja.

Tekstur di tombol daya M2 pun dihilangkan. Mengapa? Saya pun tak tahu. Padahal, saya sangat menyukai adanya guratan di tombol daya M1. Dengan mudah saya dapat membedakan apakah tombol yang akan saya pencet tombol daya atau tombol volume.

Tingkat kemiripannya pun sangat membuat saya kesal. Mulai dari penempatan kamera ganda di sebelah kiri atas yang dijajarkan secara vertikal, pemindai sidik jari di bagian tengah belakang, bagian jack audio 3,5 mm di sebelah kiri bawah dan speaker di bagian kanan bawah perangkat. Semua di posisi yang sama.

Perubahan juga tak terlihat di bagian pengisian daya. Ada satu hal lagi yang berubah dari desain perangkat tersebut. Alih-alih kembali menggunakan warna mate, M2 menggunakan finishing glossy yang untungnya cukup kebal dari tanda sidik jari. Mereka pun ‘mewarnai’ logo Asus di bagian belakang menjadi warna silver. Yay!

Meski begitu, saya lebih menyukai tampilan casing belakang M2 dibandingkan M1. Garis antena di bagian belakang menghilang, yang membuat bagian belakang perangkat tersebut lebih elegan.

Setidaknya, dengan desain ini M2 tetap akan terasa nyaman digenggam. Meski begitu, finishing glossy membuat perangkat ini lebih licin saat digenggam, apalagi mereka yang tangannya sering berkeringat, seperti saya.

Tapi, hal ini bisa diakali kok: gunakan softcase.

Layar terasa lebar, namun tak lebar

Asus memutuskan untuk menyematkan notch di bagian atas layar Max Pro M2. Beberapa orang, termasuk saya, kurang menyukainya. Walaupun, tak sedikit juga yang menyukainya.

Meski mengganggu, tapi harus diakui bahwa screen-to-body ratio Max Pro M2 menjadi lebih besar. Menggunakan layar 6,3 inci, screen-to-body ratio dari perangkat ini mencapai 83 persen. Baik, tapi kurang mengesankan, mengingat semakin banyak smartphone dengan screen-to-body ratio yang kini mencapai 90 persen.

Untuk menjaga harga perangkat ini tetap terjangkau, perusahaan asal Taiwan ini menggunakan panel IPS. Mereka juga menggunakan resolusi 2280 x 1080 pixel alias Full HD+. Oh iya, layar ini memiliki rasio layar 19:9, yang membuat konten YouTube akan menghadirkan ‘pilar hitam’ di kedua sisi layar.

Pada saat saya mencubit layar untuk menghilangkan pilar hitam tersebut, gambar tidak terpotong oleh notch. Asus masih melindungi video dari potongan notch.

Perlindungan layar ZenFone Max Pro M2 semakin canggih. Asus menggunakan Gorilla Glass 6. Teknologi ini digadang-gadang memiliki ketahanan yang lebih baik dari generasi sebelumnya.

Menggunakan Max Pro M2 di luar ruangan pun tidak masalah. Layar yang memiliki kontras 1500:1 ini berhasil memanjakan mata saya, meski berada di bawah sinar matahari. Harus diakui, layar ini tak sebagus layar OLED lain.

    Share
    ×
    tekid
    back to top