Samsung Galaxy A80: seri Galaxy paling aneh!
Samsung belum lama ini merilis Galaxy A80 dengan konsep kamera putar. Apa benar kualitas foto depan dan belakang akan sama?
Hasil kamera kok beda?
Kamera menjadi salah satu fitur yang menjadi fokus utama smartphone ini. Galaxy A80 hadir dengan konfigurasi tiga kamera, 48 MP kamera utama, 8 MP ultra wide dan kamera ToF (Time of Flight).
Mengandalkan konsep putar seperti ini berarti juga bahwa Samsung memperlakukan kamera belakang sebagai kamera depan. Harusnya pula, tidak ada perbedaan di hasil foto maupun video keduanya. Mari kita lihat satu persatu hasil fotonya.
Kamera belakang tentu tidak diragukan lagi kemampuannya. Hasil foto mampu menampilkan detail yang sangat baik. Warna yang dihasilkan juga terlihat natural. Tidak seperti smartphone kebanyakan yang dengan sengaja mendongkrak warnanya. Oh iya, meski tanpa menggunakan mode Live Focus, background gambar ternyata sudah bisa diburamkan oleh sistem kamera Galaxy A80. Coba lihat hasil foto di bawah ini!
Reproduksi warna rambut dan pakaian objek yang saya foto terlihat sangat natural. Tidak tampak upaya untuk melebih-lebihkan warna foto yang dihasilkan. Atau lihat warna merah pada foto selanjutnya. Tampak sangat natural. Detailnya pun diakomodir dengan baik. Meski hasilnya saya perbesar sampai maksimal, detailnya masih tetap terlihat. Bahkan garis-garis kecil yang ada di bawah mata tetap bisa terlihat. Sementara bagian belakang tampak blur meski saya menggunakan mode auto.
Kamera Galaxy A80 menawarkan opsi pengambilan gambar dengan sudut yang lebih lebar. Sayangnya, detailnya berkurang drastis ketika saya mengambil foto wide. Kemudian ada beberapa distorsi yang terjadi, terutama ketika berada di area sudut dan mendekati pinggiran foto. Hal ini terjadi lantaran foto wide hanya akan menggunakan lensa wide yang resolusinya jauh di bawah kamera utamanya. Namun harus diakui, sudut pengambilan gambarnya bertambah sangat drastis.
Saatnya beralih ke foto bokeh menggunakan mode Live Focus. Di sini saya bisa mengatur seberapa bokeh hasil yang saya inginkan. Hasil foto bokeh terlihat sangat rapi. Kamera Galaxy A80 dapat dengan cerdas membedakan foreground dan background. Bahkan sela-sela objek pun berhasil diburamkan dengan baik. Pinggiran objek pun dieksekusi dengan mulus oleh kamera Galaxy A80. Rupanya kehadiran kamera ToF membawa pengaruh besar dalam hasil foto bokeh ini. Kalau kurang puas karena kurang bokeh, bisa kok diatur setelah foto diambil.
Saat saya hendak melakukan selfie, kamera Galaxy A80 akan terangkat dan berputar ke bagian depan. Fancy sih, tapi prosesnya cukup memakan waktu. Gerakannya terbilang tidak secepat beberapa vendor lain yang juga menerapkan desain kamera pop up.
Di sinilah beberapa ketidaknyamanan saya temui. Menaikkan modul kamera seperti ini pasti membutuhkan motor penggerak di dalamnya. Dan motor penggerak itu pasti memiliki usia pakai sampai batas tertentu. Sayangnya, Samsung tidak blak-blakan, berapa kali proses naik turun yang dapat diakomodir oleh motor penggerak itu sampai akhirnya harus ganti dengan yang baru.
Desain kekuatan kamera pop up-nya saya uji dengan menggoyangkan modul kameranya dan mengangkatnya dari posisi terlipat. Well kameranya dapat ditarik secara paksa meski akan kembali terlipat secara otomatis. Anehnya, ketika smartphone diguncangkan ke kanan dan ke kiri dengan cepat, maka akan terdengar desain kamera yang goyah.
Sejauh ini, modul kameranya menjadi hal yang sangat mengganjal bagi saya, meski begitu saya tidak bisa menilai hanya dari desain kameranya saja bukan.
Sekarang ke foto selfie. Idealnya, karena menggunakan kamera yang sama, hasil fotonya tidak akan berbeda. Tapi ternyata ekspektasi saya meleset. Hasilnya memang bagus, namun detail terlihat dipangkas di bagian ini. Hasil foto tampak ditingkatkan brightness-nya sehingga cukup mengurangi kontras foto.
Ada menu Beautify yang bisa diaktifkan. Well, seperti kebanyakan kamera selfie, tampilan memang bisa diperhalus, tetapi harus mengorbankan detail gambar.
Karena menggunakan modul yang sama, artinya selfie pun bisa dilakukan dengan sudut lebar. Setali tiga uang, hasil foto tetap kehilangan detailnya. Kalau mau dibandingkan dengan selfie smartphone lain, ya pasti tetap unggul. Tetapi mengingat foto ini menggunakan modul yang sama, rasanya agak aneh saja.
Untuk diketahui, ini merupakan seri A pertama yang hadir dengan fitur Super Steady seperti di Galaxy S10 series. Yup. Hasilnya memang sangat memukau. Saya mengujinya sambil mengendarai sepeda motor bersama rekan saya. Super Steady terbukti mampu menjaga video tetap stabil, meski dalam beberapa kesempatan saya sengaja memilih lintasan yang tidak rata.
Hal itu berbanding terbalik dengan merekam video tanpa Super Steady. Meski melintasi lintasan yang sama, hasil video jauh berbeda. Mudah goyang, dan makin parah ketika saya melewati lintasan yang tidak rata.
Tidak punya Face Unlock
Urusan keamanan, Samsung memberikan opsi untuk menggunakan fingerprint sensor di layar, yang menurut saya sangat lama dalam membaca sidik jari. Sekiranya ada waktu kurang lebih 1 detik sampai akhirnya kunci layar bisa dibuka dengan sidik jari saya. Dibanding smartphone lain yang menawarkan teknologi serupa, ini merupakan yang paling lambat yang pernah saya coba.
Yang sangat disayangkan lagi, dengan harga yang cukup menguras kantong, saya tidak mendapati adanya Face Unlock. Ya itu tadi, proses transisi kamera dari belakang ke depan cukup memakan waktu. Rasa-rasanya akan menjadi sangat tidak nyaman menunggu modul kamera berbalik hanya untuk membuka kunci layar. Meski begitu, mereka memilih tidak menyematkannya pada Galaxy A 80. Wow.
Oh iya, Samsung Galaxy mengandalkan fitur fast charging untuk mengisi baterai berkapasitas 3700 mAh. Dari pengalaman saya, butuh waktu sekitar 1 jam 15 menit untuk mengisi penuh baterai dari kapasitas 24 persen. Namun, ketika diisi ternyata suhu ponsel meningkat. Suhu itu berangsur-angsur akan kembali normal ketika proses charging selesai. Untuk smartphone dengan harga Rp9.499.000 tetapi tidak mendukung wireless charging agaknya sangat disayangkan sekali.
Kesimpulan
Galaxy A80 memang eye catching, terutama dari konsep kamera putarnya. Tetapi faktor unggulan itu justru membawa beberapa 'keunikan lain' seperti harus menghilangkan fitur face unlock yang sampai saat ini masih saya gunakan dan cukup bermanfaat. Seharusnya dengan adanya kamera ToF ini, Face Unlock bisa dibawa ke level yang lebih tinggi, misalnya dengan memindai wajah pengguna dalam perspektif tiga dimensi.
Kualitas material sepertinya tak perlu diragukan lagi. Perlindungan Corning Gorilla Glass ada pada sisi depan dan belakang Galaxy A80. Smartphone ini pun enak digenggam dan tidak licin saat dipakai.
Terakhir, hasil kamera ternyata tidak semanis kelihatannya. Hasil kamera belakang mampu menunjukkan performa terbaik modul kamera Galaxy A80. Sementara detail pada foto selfie tampak berkurang. Padahal masih menggunakan model yang sama. Sayang sekali.