The Division 2, gim yang berhasil membuat saya lupa waktu
Jalan cerita yang menarik digabungkan dengan mencari bahan-bahan upgrade senjata di lorong-lorong kecil membuat saya lupa waktu saat memainkan The Division 2.
Saya masih belum bisa berhenti memikirkan akhir cerita dari gim Tom Clancy’s The Division. Meski telah berulang kali menamatkan gim tersebut, rasanya sulit untuk melupakan jalan cerita yang kompleks dari gim ini.
Kini, sekuel gim tersebut, yakni The Division 2 juga sudah meluncur. Sekali lagi, saya kembali terhanyut dalam alur cerita yang dalam. Kali ini, The Division memiliki misi untuk merebut kembali Gedung Putih dan memulihkan negara tersebut setelah ‘kiamat’ menyerang.
Dalam jalan cerita kali ini menurut saya lebih menitikberatkan cerita untuk membangun komunitas. Hal ini wajar, mengingat setelah kehancuran dunia, membangun komunitas merupakan sebuah hal mendasar.
Kita pun harus menghadapi berbagai macam kelompok yang berusaha untuk menjatuhkan The Division. Mereka akan melakukan berbagai cara untuk menggagalkan misi The Division untuk kembali merebut Gedung Putih.
Untuk melakukan hal tersebut, kita pun bisa memakai puluhan jenis senjata. Mulai dari pistol, shotgun, SMG, rifle, hingga minigun bisa dipilih pengguna. Seiring berjalannya misi, saya pun dapat membuat aksesoris untuk senjata yang saya pilih. Mulai dari scope dan aksesoris lain yang dapat membantu mengalahkan musuh.
Untuk melakukan upgrade, saya harus mencari material yang dibutuhkan. Ada dua cara untuk mengumpulkan material ini. Salah satunya adalah dengan menyelesaikan misi sampingan. Sedangkan satu cara lagi adalah dengan menelusuri gang-gang kecil, dan memeriksa setiap tas yang ada.
Kalau boleh jujur, hal inilah yang sering kali membuat saya tak sadar sudah memainkan gim tersebut selama empat jam non stop.
Selain senjata, saya pun diberi dua slot skill. Ya, dari enam keahlian yang ada, kita hanya dapat memilih dua keahlian saja. Beberapa keahlian bisa dipilih, mulai dari drone dan RC yang bisa menyerang, tameng untuk melindungi, dan lainnya. Jadi, menurut saya, memilih skill adalah sebuah hal yang penting untuk menyelesaikan gim tersebut.
Selain melakukan misi utama dan misi sampingan, saya pun banyak menghabiskan waktu untuk mengambil wilayah yang sebelumnya milik musuh. Kebanyakan, saya menyelesaikan misi ini secara solo, dan beberapa kali saya ditemani AI yang berpatroli.
AI yang ada di dalam gim tersebut, baik musuh dan juga kawan terasa cukup pintar. Jujur, saya pun berkali-kali mati saat melawan AI ini. Selain AI yang pintar dalam melakukan tracking pergerakan saya, hal yang membuat saya sering mati adalah saat menghadapi musuh. Mereka biasanya bergerak dalam gerombolan besar.
Begitu juga pada saat menjalankan misi, saya harus menghadapi beberapa tingkat bos. Tingkat kesulitannya pun cukup berbeda. Bahkan, salah satu bos biasanya menggunakan armor tebal, yang terasa sangat sulit untuk ditembus.
Oh iya, bagi Anda yang sudah terbiasa memainkan gim The Division pertama, jangan harap anda bisa bertahan lebih dari lima menit dalam memainkan gim tersebut. Anda harus melindungi diri dengan bersembunyi di balik objek, mulai dari mobil, pembatas jalan, tembok, dan lainnya. Percayalah, Anda akan banyak mati jika bermain seperti di The Division versi sebelumnya.
Tapi, saya memiliki banyak keluhan pada saat sedang bersembunyi di balik benda. Saat saya ingin keluar dari persembunyian, terkadang karakter utama saya tidak ingin bergerak. Sedangkan saat saya ingin bergeser sedikit ke kiri atau ke kanan, karakter saya malah keluar dari persembunyian.
Untungnya, selama bermain gim ini, saya tidak menemukan bug yang berarti. Grafis yang dihadirkan pun cukup fenomenal. Meski belum mendukung Ray Tracing, namun pencahayaan yang ada di gim tersebut sangat baik.
Jalan cerita yang dihadirkan pun sangat menarik untuk diikuti. Jadi, Anda harus menyiapkan waktu yang sangat lama untuk memainkan gim tersebut, karena saya yakin Anda pasti akan ketagihan. So, bagi Anda yang ingin memainkan gim tersebut, siapkan dana Rp800 ribu-an untuk menebus The Division 2.