Vivo S1 cocok buat gaya, tapi selfie-nya kenapa nih?
Vivo menghadirkan segmen baru bertajuk S. Smartphone ini sengaja didesain untuk para generasi muda. Bagaimana kesan saya selama menggunakan vivo S1 ini?
Zaman sekarang, siapa sih yang tidak punya smartphone? Hampir semua, khususnya millennial, pasti paling tidak punya satu smartphone untuk dipakai sehari-hari. Bicara soal smartphone, mau tak mau pasti akan menyinggung soal kualitas foto, main gim termasuk segmen yang mau disasar.
Nah, vivo kali ini menghadirkan smartphone tipe baru di Indonesia. Saat bertemu dengan Yoga Samiaji, Product Manager Vivo Indonesia, katanya Indonesia menjadi negara pertama yang kedatangan seri ini. Yup, Vivo S1 namanya. Seri ini dibuat untuk menyasar anak muda.
Bagaimana rasanya menggunakan Vivo S1 ini sehari-hari? Simak ulasan berikut ini!
Katanya mirip Y17
Begitu mendengar vivo S1, saya langsung browsing untuk sedikit mencari referensi. Di linimasa media sosial, banyak netizen yang bilang kalau desain vivo S1 mirip dengan Y17. Apa iya?
Sekilas memang iya, mirip. Tetapi kalau dicermati lebih jauh lagi, ada beberapa perbedaan di antara keduanya. Desain layar masih serupa, penempatan notch-nya juga sama persis. Secara kasat mata, keduanya juga punya AI Triple kamera. Namun vivo S1 hadir dengan housing yang berbeda. Housing kamera itu ditempati tiga kamera dan sebuah LED Flash. Tak hanya itu, balutan aksen emas menjadi pembeda yang jelas di antara keduanya.
Perbedaan lain akan tampak kalau cover belakangnya terkena cahaya. Kebetulan unit yang saya pegang berwarna cosmic green. Ada pantulan cahaya diagonal yang menambah manis tampilan vivo S1. Ini berkat teknologi pelapisan nano-ion.
Seperti sudah disebutkan, penempatan notch-nya belum berubah dari vivo Y17, yakni di tengah atas bagian layar. Di sini terdapat sebuah kamera untuk urusan selfie.
Layarnya hadir dengan panel Super AMOLED berukuran 6,38 inci. Berkat layar AMOLED ini pula sistem pengaman biometrik sidik jari juga bisa disematkan di layar. Otomatis, cover belakangnya bersih dari sensor sidik jari. Versi ini juga mendukung pemindaian wajah. Waktu membukanya juga relatif cepat.
Secara keseluruhan, desain bagian depan memang serupa dengan vivo Y17, namun bagian belakangnya tampil baru. Yang jelas, nggak akan malu-maluin. Paduan lapisan nano-ion dan aksen emas di bodi belakang sukses bikin baju vivo S1 tampil keren, mewah dan pas dipakai buat nongkrong.
Smartphone ini bisa menggunakan dual SIM Card sekaligus dengan slot khusus untuk MicroSD Card. Pada sisi bawah, ada speaker, jack audio 3,5 mm dan slot Micro USB untuk kebutuhan charger. Entah kenapa sampai saat ini Vivo belum memberikan slot USB Type-C untuk produknya di Indonesia. Padahal ada banyak brand lain yang sudah mulai mengadopsi USB Type-C bahkan untuk kelas menengah mereka.
Meski begitu, desain cover belakang vivo S1 patut diacungi jempol. Terlebih lagi, bentuknya kompak, nyaman digenggam dan tidak licin di tangan.
Lebih gesit dari V15 Pro?
Vivo S1 berbekal chipset MediaTek Helio P65 octa-core dengan konfigurasi big.LITTLE 2 ARM Cortex-A75 2.00 GHz dan 6 ARM Cortex-A55 1.70 GHz. Di dalamnya terdapat RAM sebesar 4GB dengan memori penyimpanan 128GB. Sejauh ini, baru ada satu versi RAM saja. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, memorinya bisa ditambah dengan microSD.
Untuk mengetahui performa yang dimiliki vivo S1, saya pun melakukan benchmark sintetis menggunakan aplikasi benchmark. Setidaknya ada tiga aplikasi yang saya gunakan, 3DMark, PCMark dan AndroBench.
AndroBench merupakan aplikasi untuk mengukur performa ruang penyimpanan sebuah smartphone. Pengukuran ini mencakup kecepatan menulis dan membaca smartphone yang diukur. Berikut ini adalah hasil pengukuran menggunakan aplikasi AndroBench:
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kemampuan Sequential Read yang dimiliki vivo S1 adalah 302 MB/s. Menariknya di sini adalah dengan kapasitas ruang penyimpanan yang sama, angka yang berhasil dicatat S1 ternyata lebih tinggi dari vivo V15 Pro. Sebagai pembanding, V15 Pro punya kecepatan sequential read sebesar 299 MB/s.
Hal sama juga terjadi pada beberapa parameter pengukuran di aplikasi ini. Misalnya, sequential write dengan kecepatan 194 MB/s. Hasil pengukuran V15 Pro hanya menunjukkan angka 188 MB/s. Sequential yang dimaksud di sini adalah ketika smartphone melakukan aktivitas baca atau tulis menggunakan sistem yang berurutan. Semakin cepat kemampuan baca atau tulisnya, berarti semakin cocok sebuah media penyimpanan digunakan untuk file multimedia.
Sementara kemampuan random read berada di angka 78 MB/s dan random write yang ternyata anjlok di angka 21 MB/s. Secara keseluruhan, perolehan tes ini berhasil mengalahkan vivo V15 Pro kecuali dalam uji random write.
Selanjutnya, saya menguji kemampuan vivo S1 dalam menangani kebutuhan sehari-hari, mulai dari sekadar browsing hingga editing video. Pengujian dilakukan dengan aplikasi PCMark untuk Android dengan hasil sebagai berikut:
Secara keseluruhan, performa vivo S1 untuk kebutuhan sehari-hari cukup menjanjikan dengan skor 8337. Untuk lebih lengkapnya, skor itu bisa dilihat di tabel yang saya sajikan di atas. Saya kembali membandingkannya dengan vivo V15 Pro. Cukup terkejut saya mengetahui bahwa skornya masih lebih tinggi dari V15 Pro. Aman lah kalau saya sebut vivo S1 ini lebih gesit dari vivo V15 Pro untuk urusan performa. Mulai dari kecepatan membaca memori hingga ke browsing dan edit foto, semuanya bisa dilibas dengan baik.
Pengukuran terakhir menggunakan aplikasi 3DMark untuk melihat seberapa baik performa chipset MediaTek Helio P65 yang digunakan di vivo S1. Hasilnya bisa Anda lihat di bawah ini:
Pengukuran itu menunjukkan bahwa skor yang dimiliki vivo S1 untuk pengujian Sling Shot adalah 1466, sementara untuk Sling Shot Extreme memiliki skor 1088. Pengujian lain adalah Ice Storm. Di sini, vivo S1 berhasil mengantungi skor 21619. Di pengujian menggunakan 3DMark, barulah terlihat kalau vivo S1 tidak dapat mengungguli V15 Pro.
Vivo S1 berbekal baterai berkapasitas 4500 mAh. Secara teori, kapasitas baterainya menawarkan durasi pakai dalam waktu yang lama. Namun hasil pengujian menggunakan PCMark menunjukkan bahwa baterainya hanya sanggup digunakan selama sekitar 7 jam 24 menit. Pengujian dilakukan dengan kondisi mengatur kecerahan layar di tingkat maksimal.
Nah, baterai Vivo S1 didukung juga dengan teknologi pengisian cepat Dual Engine Fast Charging 18 W. Saya pun mengukur berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengisi baterai Vivo S1 sampai penuh. Dari sisa baterai 19%, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke 100% adalah sekitar 1 jam 20 menit. Sebenarnya angka ini tergolong wajar. Pasalnya ada kapasitas jumbo yang harus diisi.
Dalam urusan bermain gim, Vivo S1 ternyata dapat diandalkan. Sayangnya, saya kesulitan untuk mengukur berapa fps yang dihasilkan ketika bermain gim. Ada dua gim yang saya mainkan, PUBG Mobile dan Real Racing 3. Keduanya membutuhkan kerja CPU dan grafis yang lumayan tinggi.
Untuk bermain PUBG Mobile, saya memakai pengaturan grafis medium, seperti yang ditawarkan gim sesuai dengan perangkat yang saya pakai. Grafis ini sebenarnya bisa diubah untuk memaksimalkan fps-nya. Tinggal turunkan ke smooth, fps bisa ditingkatkan menjadi high. Selama bermain, saya tidak mendapati adanya kendala berarti. Gim dapat dimainkan dengan lancar. Gejala lag pun tidak terlihat sama sekali.
Hal yang sama juga berlaku ketika saya memainkan gim Real Racing 3. Gim ini juga dapat dimainkan dengan sangat lancar. Saya tidak menemui gejala lag dalam gim ini. Detailnya juga dapat dieksekusi dengan sangat baik.
Wajar saja hal ini terjadi. Pasalnya vivo membekali S1 dengan fitur ultra gaming mode, terlebih lagi ada eSports mode. Mode ini akan membuat vivo S1 berada di performa puncaknya. Akhirnya gim dapat dijalankan dengan sangat baik walaupun harus sedikit mengorbankan suhu vivo S1. Tetapi masih tetap nyaman dimainkan.
Kameranya bagus sih, tapi...
Bicara soal vivo, tampaknya kurang afdol kalau tidak menjajal kameranya. Pasalnya sektor ini menjadi salah satu andalan vivo untuk berjualan di Indonesia. vivo S1 dibekali dengan AI Triple kamera dengan resolusi 16 MP kamera utama, 8 MP super wide angle, dan 2 MP untuk menghadirkan efek bokeh.
Kalau mau dicermati, fitur kamera yang dihadirkan vivo di S1 ini sebenarnya sama dengan yang ditawarkan vivo di seri V. Ada super wide angle, Ai Beauty, Panorama, Pro, Ai Sticker. Bedanya, di vivo S1 ada fitur Fun video.
Sesuai namanya, fitur ini hanya dapat digunakan untuk mengambil video saja. Sekilas pandang, hampir semua efek yang dihadirkan sangat mirip dengan efek di Instagram Story. Misalnya, efek bumerang hadir dengan nama berbeda, yakni loop. Meski begitu ada juga efek headlines yang membuat objek video seperti termuat dalam koran. Well, saya sebenarnya menikmati juga fun video ini, sekadar untuk seru-seruan.
Kualitas kameranya sebenarnya tidak diragukan lagi. Di mode auto (photo), kamera vivo S1 mampu menangkap gambar dengan baik. Untuk ukuran kamera utama 16 MP, detailnya terbilang sangat baik. Dalam kapasitas tertentu, hasilnya patut diandalkan.
Tapi sayang, saya mendapati bahwa kamera vivo S1 ini kurang tanggap dalam menangkap fokus. Kameranya tidak langsung mengenali objek dalam frame. Walhasil, saya harus berkali-kali mengetuk layar untuk mendapatkan fokus yang diinginkan, yang mana hal ini buat saya kurang nyaman. Kesan yang terbangun adalah kamera vivo S1 ini kurang tangkas seperti besutan vivo yang sudah-sudah.
Hal itu akhirnya mempengaruhi hasil foto yang saya ambil. Perlu beberapa kali pengambilan sampai saya puas dengan hasilnya.
Ternyata hal ini juga berlaku ketika saya mencoba merekam video. Lagi-lagi saya harus menghadapi fokus kamera yang melempem. Ketika kamera diarahkan ke objek lain, fokusnya tidak langsung bereaksi. Cara satu-satunya adalah dengan mengetuk layar untuk mendapatkan fokus tersebut. Ya, kalau ada yang tidak masalah dengan itu, kameranya masih layak untuk dimiliki.
Soal fokus memang saya kurang puas, tetapi hasil kamera seperti detail dan reproduksi warnanya bisa mengikis sedikit kecewa saya soal fokus tadi. Hasil foto vivo S1 dari segi warnanya cukup memuaskan. Cerah dan kalau diperhatikan, tanpa efek bokeh pun kameranya sudah mampu membedakan background dan foreground dengan baik. Detail objek utamanya juga berhasil ditampilkan dengan sangat baik. Secara umum, saya puas dengan mode auto kendati fokusnya terkadang suka lelet.
Oh iya, seperti saya sebutkan sebelumnya, vivo S1 ini juga memiliki mode bokeh. Bukaan diafragmanya juga bermacam-macam, tentunya secara digital. Bukaan itu berada dari f/16 hingga f/0.95. Hasil bokehnya pun bervariasi. Sayangnya, bokeh yang dihasilkan tidak terlalu rapi. Saya maklum, pasalnya kamera depth sensor-nya hanya 2 MP. Makin besar bukaannya, makin berantakan bokehnya. Pinggiran objek yang saya ambil bahkan diburamkan begitu saja. Padahal objek yang saya foto punya pinggiran yang terbilang solid, bukan helaian rambut atau pakaian. Tak hanya itu, bagian yang seharusnya diburamkan justru tidak terlihat buram dalam efek bokeh ini.
Bicara soal vivo, tak lengkap rasanya kalau tidak membahas kamera depan. Kamera depan vivo S1 punya resolusi 32 MP. Harusnya sih hasilnya tidak jauh beda dengan seri V. Benar saja, hasil fotonya hampir identik. Kecuali satu, hasil foto dari V15 lebih sedikit menguning ketimbang S1. Soal detail dan lainnya, bisa dipastikan sama persis.
Itu perbandingannya, terus bagaimana dengan hasil kameranya itu sendiri?
Yang menyenangkan dari kamera selfie vivo adalah detail gambar bisa dihasilkan dengan sangat baik. Guratan-guratan kecil pada dahi dan di sekitar mata bisa terlihat dengan baik. Tekstur kulit juga terpampang dengan jelas. Titik-titik hitam dan bekas jerawat pun ditampilkan dengan sangat presisi.
Hasil serupa juga bisa ditemui ketika saya menjajalnya untuk berfoto portrait. Efek buram yang dihasilkan ternyata malah lebih rapi daripada efek bokeh kamera belakang. Sejujurnya, saya puas menggunakan kamera depan vivo S1. Tak lupa ada beberapa efek menarik seperti rainbow light, monochrome background dan efek portrait lainnya. Pengalamannya masih sama seperti seri V.
Ketika menggunakan mode AI Beauty, saya mendapati adanya keanehan yang terjadi. Beberapa foto yang diambil menunjukkan garis hitam di area wajah. Itu terjadi ketika parameter Beauty diatur hingga maksimal. Bukan sekali atau dua kali, dalam beberapa kali percobaan, garis tersebut kerap muncul. Untuk diketahui, saya sudah menggunakan versi OS terbaru dari Vivo. Ya, semoga saja di update selanjutnya, masalah ini bisa mereka atasi dengan baik. Supaya lebih jelas, saya tampilkan keanehan di foto selfie itu di bawah ini:
Super-wide angle nya pun tak diragukan. Gambar tertata dengan baik meskipun saya tetap mendapati adanya distorsi pada setiap sudut gambar yang diambil. Dan efek menguning masih tampak ketika saya mengambil foto wide di dalam ruangan.
Di versi ini, saya tidak menemui adanya AI Scene Recognition. Artinya optimalisasi gambar yang dipotret tidak akan bisa dikustom secara otomatis oleh sistem. Meski begitu, seperti yang saya ulang-ulang di atas, hasilnya tidak mengecewakan kok.
Satu hal lagi, untuk mengambil video, saya juga mendapati absennya stabilizer semacam OIS atau EIS. Well, hasilnya bisa ditebak. Video yang saya ambil cenderung goyang. Sebenarnya bisa disiasati dengan berjalan perlahan atau menggunakan gimbal untuk mendukung kestabilan gambar.
Oh iya sebagai penutup pembahasan kamera ini, saya bisa melakukan zoom 10x dengan kamera belakang vivo S1. Memang sih itu digital zoom, tapi hasilnya ternyata tidak mengecewakan. Gambarnya ternyata tidak pecah-pecah amat! Masih bisa kok dinikmati hasilnya.
Kesimpulan
Menyasar segmen generasi muda, vivo S1 ini terbukti bisa mengakomodasi kebutuhan para generasi muda. Mulai dari desain, kamera hingga performanya dapat diandalkan. Dijual dengan harga Rp3.599.000, rasa-rasanya masih layak lah smartphone ini dimiliki. Nyaman pula lagi digenggaman. Hanya saja, kurangnya fitur stabilizer di video dan fokusnya yang lambat patut menjadi perhitungan juga kalau mau memiliki smartphone ini.