Vivo X50 Pro: bikin motret dan rekam video jadi lebih menyenangkan
Vivo cukup berani menawarkan smartphone dengan harga yang cukup "wow" di Indonesia. Salah satu keunggulannya adalah dukungan stabilisasi gimbal OIS. Apakah fungsinya se-wow harganya?
Kamera bukan lagi jadi pelengkap sebuah ponsel. Kamera bahkan sudah menjadi salah satu strategi jualan utama dari vendor-vendor tertentu. Ada yang pakai resolusi besar, pengolahan gambar untuk hasil foto yang baik, hingga penggunaan lensa teleskop untuk memotret objek yang jauh.
Nah, salah satu yang mencoba muncul sebagai inovator di antara vendor-vendor itu adalah vivo dengan produk X50 Pro-nya. Perusahaan ini membanggakan betul kualitas gimbal kamera yang dibawa di produk ini. Lantas bagaimana ya kemampuan gimbal kameranya?
Spesifikasi vivo X50 Pro |
||
SoC |
Qualcomm Snapdragon 765G 1 x 2.4 GHz Kryo 475 Prime 1 x 2.2 GHz Kryo 475 Gold 6 x 1.8 GHz Kryo 475 Silver |
|
GPU |
Adreno 620 |
|
Layar |
AMOLED 6,56 inci 1080 x 2376 piksel HDR10+ Refresh Rate 90Hz |
|
RAM |
8 GB |
|
Memori Internal |
256 GB UFS 2.1 |
|
Kamera Belakang |
Kamera Utama |
48MP f/1.6 Gimbal OIS |
|
Portrait |
13MP f/2.46 2x Optical zoom 50mm equivalent |
|
Ultra Wide |
8MP f/2.2 120 derajat 16mm equivalent |
|
Periskop |
8MP f/3.4 5x Optical zoom 135mm equivalent |
Fitur Kamera |
Extreme Night Mode, Astro Mode, Pro Sports Mode, Portrait, AR Sticker, Slow Motion, Live Photo, Time-Lapse, Supermoon, gyro-EIS, Supermoon Mode, DOC, Panorama,Pro Mode |
|
Kamera Depan |
32MP f/2.45 |
|
Baterai |
4315 mAh FlashCharge 2.0 33W |
|
I/O |
USB Type-C |
|
Sistem Operasi |
Android 10; FunTouch OS 10.5 |
|
Harga |
Rp9.999.000 |
Tampil fresh
Sebelum masuk ke pembahasan gimbal, lebih baik kenalan dulu dengan desainnya. Jujur saja, menurut saya, X50 Pro ini seolah mencoba keluar dari desain pakem vivo -setidaknya di Indonesia-. Desainnya terlihat flagship-able. Layarnya menggunakan AMOLED 6,56 inci dengan bagian sisi kiri dan kanan yang dibuat melengkung.
Kamera depan punch hole ditempatkan di sisi kiri atas layar. Sementara tombol power dan volume yang cukup clicky ditempatkan di sisi kanan. Sisi kirinya polos. Berpindah ke bawah, ada slot USB Type-C, speaker dan slot SIM Tray. Seri ini tidak pakai jack 3,5mm. Padahal kalau mau sih, sebenarnya masih ada banyak tempat di bagian atasnya.
Oh iya, yang cukup menarik, bagian atas dan bawah smartphone ini ternyata datar. Tentu saja, hal ini membuatnya bisa berdiri sendiri tanpa bantuan penyangga. Engga penting-penting amat, tapi cukup menarik untuk diketahui.
Di bagian belakang, desain yang diberikan juga jauh dari kesan glossy yang muncul di beberapa produk vivo beberapa waktu belakangan ini. Saya suka dengan desain matte seperti ini, karena tidak meninggalkan cap jari ketika digunakan. Desain kameranya juga terlihat segar.
Meski memakai bingkai kotak, seperti pada smartphone lainnya, namun susunanya terlihat berbeda. Satu kamera memiliki ukuran paling besar di posisi paling atas. Inilah kamera gimbal yang kerap disebut-sebut saat peluncuran lalu. Resolusinya 48MP. Sementara dua kamera lainnya ditempatkan sejajar dan paling bawah ada kamera periskop.
Bagi saya, desain ini menjadi salah satu nilai plus bagi vivo. Tampilannya segar, walaupun dalam beberapa kesempatan mengingatkan saya pada beberapa produk lain, baik di depan maupun di bagian belakangnya.