Vivo X50 Pro: bikin motret dan rekam video jadi lebih menyenangkan
Vivo cukup berani menawarkan smartphone dengan harga yang cukup "wow" di Indonesia. Salah satu keunggulannya adalah dukungan stabilisasi gimbal OIS. Apakah fungsinya se-wow harganya?
Anti goyang goyang club
Saatnya membahas performa kamera. Bila dibilang ini merupakan senjata pamungkas yang ditawarkan vivo di produk ini, apalagi kalau bukan gimbalnya. Meski begitu, kemampuan kameranya untuk memotret juga tidak bisa diabaikan begitu saja.
Vivo menerapkan teknologi pixel binning untuk kamera utamanya. Jadi normalnya, ketika memotret kita akan mendapatkan foto dengan ukuran resolusi 12MP saja. Ada mode tersendiri untuk mengaktifkan resolusi 48MP-nya. Ini hal biasa untuk smartphone dengan resolusi kamera yang besar.
Tidak main-main, vivo menjejali produk ini dengan banyak fitur, terutama di sektor video. Mari kita bahas satu persatu.
Hasil foto kamera utamanya patut diacungi jempol. Secara default, AI scene recognition dan HDR akan aktif. Hasilnya cukup memuaskan. Kamera vivo X50 Pro mampu menampilkan detail dengan baik. Lihat saja bagaimana smartphone ini mampu menampilkan detail kereta api dan daun pada pohon yang berada di sekitarnya. Tidak hanya itu, komposisi warnanya, walaupun sedikit meningkat karena AI scene recognition, namun masih dalam batas toleransi. Namun dalam beberapa kondisi, terjadi over exposure pada langit, yang membuatnya hanya terlihat berwarna putih.
Oh iya, hasil foto vivo X50 Pro juga dapat dibuat dengan output 48MP. Caranya bisa dilakukan melalui menu more di antarmuka kamera. Hasilnya tentu saja, mode 48MP mampu memberikan detail dengan lebih baik ketimbang 12MP, apalagi jika hasil gambarnya diperbesar.
Kamera ultrawide-nya juga terbilang prima dalam mengambil gambar. Fitur Super wide-angle correction akan langsung aktif ketika menggunakan modul superwide-nya. Berkat fitur ini, distorsi yang biasanya terjadi pada foto wide angle berhasil diminimalisir dengan baik. Paling mudahnya, bisa lihat pada garis di trotoar. Tanpa Super wide-angle correction, trotoar itu tampak melengkung. Hasilnya kemudian bisa diperbaiki dengan fitur koreksinya.
Perlu diketahui, vivo X50 Pro tidak dibekali dengan lensa makro. Pada akhirnya, proses memotret makro akan dilakukan oleh lensa ultra widenya. Hasilnya tentu tidak seprima jika dilakukan dengan lensa khusus untuk makro. Namun, kemampuan makro ini patut diapresiasi. Detailnya masih dapat ditampilkan dengan baik walaupun tidak setajam kalau menggunakan modul makro tersendiri.
Beralih ke mode bokeh, vivo memberikan dua opsi untuk mengakses bokeh, melalui pilihan lensa pada menu foto utama dan melalui mode khusus. Perbedaannya, ketika menggunakan mode portrait, posisi default berada pada zoom 2x. Sementara jika diakses dari menu foto utama, gambar akan tetap berada pada zoom 1x. Pada dasarnya keduanya memungkinkan pengguna untuk mengatur aperture secara manual. Pada aperture standar yang ditawarkan, yakni f/2.0, hasil keduanya terbilang baik. Namun, saya mendapati bahwa hasil foto dari mode portrait menyajikan efek pemisahan yang lebih baik dan merata.
Meski begitu, hasil foto bokeh yang diakses dari menu utama kamera menyajikan detail gambar yang lebih baik dan efek bokeh yang terkesan lebih real.
Aperture kameranya dapat diatur hingga f/0.95 untuk hasil yang paling buram. Tentu saja, ini terjadi di level software, bukan hardware. Hasilnya, background tampil lebih buram lagi. Menariknya, efek pemisahan ini tetap terjaga sebagaimana ketika digunakan dalam posisi defaultnya.
Kemampuan HDR di smartphone ini juga tampil dengan prima. Saat saya memotret dengan menghadap cahaya, mode HDR-nya mampu meningkatkan kualitas gambar menjadi lebih baik. Cahaya matahari berhasil ditekan dengan baik, demikian pula dengan detail pada deretan bangunan di bagian bawah. Tekstur dedaunan yang sebelumnya tidak terlihat karena gelap, juga dapat ditampilkan dengan baik.
Beralih ke kamera periskopnya, zoom 60x menjadi salah satu jargon yang ditawarkan vivo. Perlu diketahui, zoom 60x ini tercipta dari gabungan zoom optical dan digital. Semakin tinggi angkanya, maka detailnya semakin berkurang. Saat dilakukan zoom 5x, kualitas gambar masih terjaga, setidaknya dari zoom 1x. Namun pada zoom 10x, kualitas warna dan eksposurnya langsung berubah. Tampilan warna menjadi lebih baik, detail pada gambar juga tampak lebih baik. Zoom 60x menyajikan gambar dengan detail yang berkurang dari pada sebelumnya. Meski begitu, tidak ada perubahan warna yang terjadi di area pinggiran gambar.
Ada satu hal yang cukup menarik perhatian. Biasanya, lensa teleskop mendukung optical zoom 5x. Artinya, saat memasuki zoom 5x, baru lensa teleskopnya akan digunakan. Namun setelah diamati, rupanya lensa teleskop ini baru akan aktif ketika memasuki zoom 10x. Artinya, dari zoom 1 hingga 9.9x, semuanya masih mengandalkan kamera utamanya. Pantas saja, eksposur dan warna dari zoom 5x dan 10x tampak sangat berbeda.
Oh iya, ada sebuah mode yang bernama supermoon. Singkatnya ini mode yang akan memudahkan pengguna untuk memotret bulan di malam hari. Mode ini juga mendukung penggunaan lensa periskop. Idenya mungkin begini, daripada susah-susah motret bulan, vivo menyediakan mode khusus yang mempermudah segalanya. Tak perlu lagi menentukan fokus untuk menyesuaikan eksposure dengan cahaya bulan. Semuanya sudah otomatis. Hasilnya cukup memuaskan.
Beralih ke foto malam, lagi-lagi AI Scene Recognition di smartphone ini dapat mengenali kondisi di malam hari. Hasilnya cukup bagus, mengingat tidak menggunakan mode night. Kendati kurang terang, namun tidak terlalu terganggu oleh banyak noise. Gangguan itu hanya terjadi pada area-area gelap saja. Namun, ini masih wajar. Detail tekstur juga kurang baik, misalnya pada bagian tembok batu bata. Detail lampu pun tidak terlalu tajam.
Tidak terlalu banyak perbedaan antara mode night dan extreme night. Keduanya mampu memberikan hasil memuaskan untuk foto malam. Kendati begitu, extreme night mampu memberikan detail yang lebih tajam. Gangguan noise pun dapat diredam dengan sangat baik pada kedua mode malam ini.
Oh iya, salah satu skenario yang didukung gimbal ini adalah foto malam. Namun pada faktanya, bukan hal mudah untuk mempertahankan posisi ponsel selama night mode sekalipun menggunakan gimbal di kameranya. Nyatanya, beberapa percobaan tanpa mengandalkan tripod justru berujung pada foto yang blur.
Nah, sekarang saatnya masuk ke ranah video. Sebagaimana sudah disebut, kamera gimbal menjadi jualan utama vivo di produk ini. Karenanya, saya menguji gimbal kamera ini pada berbagai skenario, berjalan, berlari, bersepeda hingga mengendarai sepeda motor.
Saat digunakan untuk berjalan seperti biasa, stabilisasi gimbalnya bisa meredam getaran dengan cukup baik. Memang pada dasarnya tidak bisa dibandingkan dengan gimbal eksternal, namun untuk sebuah smartphone, kualitasnya patut diacungi jempol. Detail gambar juga bisa ditampilkan dengan sangat baik. Namun, white balanced di smartphone ini tampak kurang akurat. Hal ini terlihat dari warna langit yang sedikit berbeda dari kondisi pengambilan gambar sebenarnya.
Kualitas stabilisasi yang sama juga saya dapatkan ketika merekam sambil berlari. Guncangan ketika berlari cukup diredam dengan baik. Dalam perekaman Full HD 30fps dan 60fps, stabilisasinya mampu bekerja dengan baik. Kendati saya berlari, hasil gambar tetap terjaga dengan guncangan yang sangat minim.
Salah satu keunggulan menggunakan modul stabilisasi pada level hardware adalah stabilisasinya bisa digunakan pada berbagai resolusi dan frame rate. Karena hal itu pula, perekaman 4K baik di 30fps dan 60fps gimbal kamera ini masih tetap dapat digunakan. Salah satu indikatornya adalah adanya gimbal radar di tampilan kameranya.
Selain menawarkan kualitas stabilisasi menggunakan gimbal, vivo x50 Pro juga menawarkan tambahan stabilisasi menggunakan EIS. vivo menyebutnya dengan Ultra Stable. Namun, harus diketahui bahwa video Ultra Stable hanya aktif pada resolusi Full HD 30fps saja.
Hasilnya lebih memuaskan daripada hanya mengandalkan gimbal semata. Pasalnya ada dua stabilisasi yang bekerja. Saat digunakan sambil berlari, stabilisasinya masih bekerja dengan sangat baik. Demikian pula ketika digunakan sambil mengendarai sepeda motor. Singkatnya, stabilisasi yang ditawarkan vivo X50 Pro memang bukan main-main.
Oh iya, di vivo X50 Pro juga ada fitur bernama Movie Camera. Ide dasarnya adalah untuk menyajikan perekaman layaknya kamera profesional. Mode ini akan melakukan zoom secara otomatis pada subjek yang dipilih, kemudian melakukan zoom out secara otomatis juga. Bersamaan dengan itu, fitur 3D Sound Tracking juga akan aktif.