Xiaomi Mi 8 Lite, layak atau tidak?
Meski hanya mendaratkan Mi 8 versi Lite yang lebih sederhana dari versi premiumnya, Mi, 8 ke Indonesia, ada alasan kenapa ponsel pintar ini patut kita pertimbangkan.
Xiaomi membawa seri ponsel pintar yang cukup menarik ke Indonesia. Perusahaan asal China itu mendaratkan Mi 8 versi Lite atau versi sederhana dari Mi 8 yang premium. Kendati begitu, bukan berarti smartphone ini tak layak masuk pertimbangan calon pembeli. Menyasar kelas menengah, Mi 8 Lite tampil premium dengan bodi kekinian. Bagaimana performa dan keandalan fitur lainnya? Simak ulasan berikut.
Desain menawan
Xiaomi Mi 8 Lite tampil premium dengan case polycarbonate yang memberikan efek kilau. Warnanya juga kekinian dengan gradien biru keunguan. Lapisan bodi belakangnya memang membuatnya terasa licin ketika dalam genggaman. Selain itu meninggalkan bercak jari yang mengotori warnanya yang kece itu.
Layar Xiaomi Mi 8 Lite berukuran 6,26 inci. Ponsel ini juga mengadopsi notch, namun dalam ukuran yang cukup kecil. Bezelnya cukup tipis sehingga layarnya terlihat luas dan nyaman digunakan menonton konten video. Akan tetapi, pada saat memainkan gim, PUBG misalnya, pengaturan tombol di bagian kiri memang menyisakan spasi yang mengganggu di bagian notch tersebut.
Berbagai penempatan tombolnya sama seperti smartphone Xiaomi yang lain dimana tombol power dan volume berada di sisi kanan. Sementara port USB-C ditempatkan di bawah ponsel, berdampingan dengan speaker. Perlu jadi perhatian, di sini Mi 8 Lite tidak punya lubang jack audio 3,5mm untuk mengakomodir headphone atau earphone. Smartphone ini juga tak menyediakan slot khusus untuk microSD. Pengguna harus memilih menggunakan kartu SIM atau memori eksternal di slot kedua.
Performa
Ada dua versi Xiaomi Mi 8 Lite. Satu dengan penyimpanan internal 128 GB serta RAM 6 GB, dan satu lagi dilengkapi penyimpanan internal 64 GB dengan kombinasi RAM 4 GB.
Di Indonesia kebetulan Mi 8 Lite yang beredar resmi adalah versi ROM 64 GB dan RAM 4 GB. Dengan demikian otomatis saya mengulas versi yang ada di Indonesia.
Smartphone teranyar milik Xiaomi ini diperkuat dengan chipset Snapdragon 660, yang mana prosesor mobile memiliki delapan inti. System on Chip (SoC) ini memanfaatkan 8 inti Qualcomm Kryo 260 64 bit. 4 inti berjalan di 2,2GHz dan 4 inti x 1,84GHz. Namun perlu diketahui, Kryo 260 merupakan chip kostum dari ARM Cortex-A73. Dari sisi GPU, Snapdragon 660 menggunakan Adreno 512 di kecepatan 850 MHz.
Dari spesifikasi teknis tersebut, Xiaomi mengantungi nilai keseluruhan 6029 pada uji benchmark PCMark. Tolok ukur ini mengukur seberapa unggul smartphone menghadapi produktivitas pengguna sehari-hari.
Selain nilai keseluruhan ada beberapa skor yang diraih oleh Mi 8 Lite seperti pengujian Data Manipulation, Photo Editing, Writing, Video Editing, dan Web Browsing. Menggunakan benchmark yang sama, baterai smartphone tersebut mengantungi ketahanan durasi hingga 8 jam 14 menit. Sebagai informasi, kapasitas baterai Mi 8 Lite adalah 3.350 mAh.
Sebelumnya saya sempat menyinggung bahwa unit yang saya ulas menggunakan penyimpanan internal sebesar 64 GB. Nah, benchmark selanjutnya yang saya jalankan adalah AndroBench. Aplikasi ini dibuat khusus untuk mengukur performa penyimpanan smartphone.
Setelah menjalankannya, skor yang Mi 8 Lite adalah 292 MB/s untuk Sequential Read, 165 MB/s untuk Sequential Write, 84 MB/s untuk Random Read, dan 15 MB/s untuk Random Write.
Jika diperhatikan dengan seksama, kemampuan baca (read) mengantungi kecepatan lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan menulisnya (write). Ini sangat wajar dan seluruh jenis penyimpanan akan mengalami hal yang sama. Kemampuan read pada kartu memori memang relatif lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan write-nya. Analoginya adalah kita sendiri lebih cepat membaca tulisan ketimbang menulis tulisan.
Sedangkan performa Sequential memiliki angka lebih tinggi dibandingkan dengan Random karena akan lebih mudah melakukan baca/tulis data secara berurutan (sequential) ketimbang secara acak (random).
Tidak ketinggalan kami menginstal aplikasi 3DMark. Aplikasi ini mampu mengevaluasi kinerja rendering grafik 3D dan kemampuan pemrosesan beban kerja CPU. Ketika menghadapi Sling Shot Extreme, Mi 8 Lite mengumpulkan skor 1363 poin.
Selanjutnya, pengujian Sling Shot dapat menciptakan skor 2068 poin. Sebagai catatan, Mi 8 Lite beberapa kali mengalami gangguan lagging ketika menjalani kedua uji coba tersebut.
Kabar baiknya, ponsel ini mampu menghadapi rintangan Ice Storm dan Ice Storm Extreme dengan sangat lancar sehingga meraih skor maksimal (Max). Awal sebelum menjalankan kedua pengujian tersebut sebenarnya sudah ada peringatan bahwa smartphone ini “terlalu unggul” untuk menjalankannya. Tetapi karena saya penasaran, jadi tetap saya jalankan.
Hasil uji lainnya adalah pengujian dengan aplikasi benchmark GameBench. Saya memainkan gim PUBG selama 30 menit. Hasil yang saya dapatkan selama durasi tersebut adalah, frame rate rata-rata di Mi 8 Lite mencapai 26 fps.
Besaran fps tersebut terbilang cukup, meski ada beberapa kali patah-patah selama saya memainkan gim battle royal tersebut. Gangguan patah-patah dalam gameplay itu akibat dari turunnya frame rate. Memang frame rate terendah menurut hasil uji di GameBench adalah 11 fps. Pada angka frame rate 26 fps, kestabilan yang bisa dicapai Mi 8 Lite pun hingga 98 persen.
Untuk bermain gim seperti PUBG Mobile secara terus-menerus, smartphone ini mampu bertahan selama 4 jam 5 menit. Daya baterai yang digunakan dalam sesi gim yang saya mainkan adalah 654 mA. Rata-rata penggunaan RAM selama saya berperang melawan musuh adalah 943 MB, dengan penggunaan puncaknya sampai memakan RAM 1,05 GB. Ukuran tersebut tidak menjadi masalah karena Mi 8 Lite memiliki RAM 4 GB.
Gim selanjutnya adalah salah satu favorit saya, Asphalt 9: Legends. Pada gim balapan ini Mi 8 Lite menampilkan rata-rata frame rate 27 fps dengan kestabilan 92 persen. Karena masih di atas 80 persen maka performanya pun terbilang lancar.
Kendati begitu, kestabilan yang belum menyentuh angka 100 persen, mengindikasikan ada beberapa kali penurunan frame rate. Frame rate terendah saat bermain Asphalt 9 selama setengah jam adalah 19 fps. Betul saja, gameplay yang saya rasakan beberapa kali mengalami sendatan (lagging).
Rata-rata kapasitas RAM yang digunakan adalah 949 MB, dengan penggunaan RAM maksimal menyentuh angka 1,17 GB. Jika dibandingkan ketika bermain PUBG Mobile, penggunaan RAM tersebut hampir sama.
Di lain sisi, penggunaan daya baterai saat bermain Asphalt 9 adalah 458 mA, lebih irit dibandingkan dengan bermain PUBG Mobile (654 mAh). Padahal durasi pengujiannya sama-sama 30 menit.
Sayangnya entah kenapa penggunaan GPU tidak tertera di aplikasi tersebut, hanya tertulis “Not Available”. Sebagai gambaran, saya baru-baru ini menguji smartphone Galaxy A7 (2018) dengan memainkan gim Asphalt 9. Hasilnya adalah penggunaan CPU 18,86 persen dan GPU 86,08 persen. Maka sudah pasti bahwa performa GPU pada Mi 8 Lite akan terpakai lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan CPU. Oiya, penggunaan performa CPU milik Mi 8 Lite adalah 7,92 persen.
Kameranya Instagramable
Kamera Xiaomi Mi 8 Lite memiliki fitur Artificial Intelligence (AI), baik pada kamera utamanya maupun di kamera depan. FItur ini jugalah yang menjadi nilai jual Mi 8 Lite untuk bersaing dengan kompetitor.
Kamera utamanya mengusung dua lensa. Masing-masing beresolusi 12 megapiksel (f/1.9) dan 5 megapiksel (f/2.0). Xiaomi juga menempatkan lampu LED flash tepat disamping kamera, guna membantu menambah pencahayaan untuk mengambil objek dalam gelap.
Selama saya memotret menggunakan kamera ganda ini, saya mendapati hasil foto yang bagus. Khususnya ketika cahaya yang menerpa objek cukup optimal, seperti pencahayaan di luar ruangan (outdoor). Detil gambarnya tajam, kontras warna yang nyaman dipandang mata, dan fokusnya yang pas. Blur yang dihasilkan kameranya pun terlihat baik serta natural.
Saat kamera digunakan di dalam ruangan (indoor), sekilas fotonya tak jauh berbeda dengan foto outdoor. Namun setelah saya teliti lagi, ada sedikit noise pada hasil tangkapan kameranya. Itu terlihat khususnya ketika gambar saya coba perbesar.
Noise ini tak selalu muncul pada semua hasil foto indoor, melainkan hanya sesekali saja. Kemungkinan hal tersebut muncul karena pencahayaan di sekitar objek kurang merata. Sementara ketika cahayanya tersebar dengan rata, hasil fotonya bagus tanpa kemunculan noise.
Sebagaimana digembar-gemborkan Xiaomi, Mi 8 Lite menggunakan AI untuk mempercantik hasil jepretannya. Namun selama saya mencobanya, perubahan efek AI dengan foto tanpa AI tak begitu kentara. Hanya saja yang saya dapati ada pada kontras warnanya. Terdapat sedikit ketajaman kontras pada mode AI dibanding mode foto biasa.
Begitu pula ketika AI aktif saat saya selfie. Perubahannya tak begitu terlihat, kecuali kontras warna yang sedikit lebih jelas. Dalam mode normal maupun potrait, jepretan kameranya menghasilkan gambar yang menawan dan memanjakan mata. Baik dalam kondisi outdoor maupun indoor, hasil foto selfie-nya sama-sama bagus.
Kenapa saya sebut kameranya Instagramable? Mi 8 Lite menyediakan beberapa mode baik untuk kamera depan maupun belakang. Salah satunya mode Square, dimana frame-nya berbentuk persegi. Ukuran gambar tersebut kerap digunakan untuk konten di Instagram karena lebih proporsional.
Mode lainnya yang Instagramable adalah "Short Video" atau video pendek. Mode ini mirip dengan fitur stories di Instagram. Bedanya, video pendek di Mi 8 Lite hanya mampu menampung durasi 10 detik saja.
Saya juga mencoba fitur slow-mo. Sayangnya saya tak mendapati efek yang "wah" atau mengagumkan sebagaimana video slow-mo pada smartphone lain. Hasil slow-mo Mi 8 Lite tampak biasa saja karena Xiaomi hanya memperlambat pemutaran video dari awal hingga akhir. Detil gambarnya sendiri saya nilai lumayan mengingat smartphone ini mendukung resolusi full HD.
Sejumlah mode lainnya yang melengkapi kamera Mi 8 Lite yaitu time lapse, panorama, manual, hingga beberapa fitur edit gambar selfie. Fitur selfie ini mampu mengatur wajah pengguna menjadi mancung, pipi menjadi tirus, atau memperbesar mata.
Fitur keamanan lengkap, tapi...
Seperti mayoritas smartphone mid-end lainnya, Mi 8 Lite memiliki fitur keamanan yang langkap. Ada pemindai sidik jari dan Face Unlock. Sayangnya, tekstur pemindai sidik jari Mi 8 Lite bertekstur selicin bagian belakang Mi 8 Lite. Memang, ada pembatas berbentuk lingkaran di bagian belakang bodi Mi 8 Lite. Namun posisi pemindai sidik jarinya saya rasa kurang menjorok sehingga sulit untuk diraba jari tanpa melihatnya langsung. Secara fungsional, fitur keamanan ini memang bisa dioperasikan dengan baik dan cepat.
Face Unlock-nya juga bisa berjalan dengan baik dan mampu membuka perangat dalam waktu cukup singkat. Sayangnya, saya harus menghidupkan layar terlebih dulu, untuk memindai wajah. Tak ada opsi untuk memindai wajah saat layar dalam mode ‘tidur’.
Keribetan ini akan memakan lebih banyak waktu, apalagi ketika saya harus buru-buru membuka ponsel.
Fitur lainnya yang layak diulas adalah audio. Speaker Xiaomi Mi 8 Lite ditempatkan di bawah ponsel, berdampingan dengan port USB-C. Pengalaman audio yang rasa dengarkan yakni, suaranya cukup nyaman di telinga. Audionya tidak sember, meski volume tertinggi aktif. Namun smartphone ini tak punya lubang jack audio 3,5mm. Kalau mau menyambung earphone atau headphone, saya harus menggunakan perangkat tambahan.
Soal baterai, smartphone berdaya 3.350 mAh ini memang mendukung fitur fast charging. Namun tampaknya pengguna harus membeli charger yang mendukung fitur itu. Pasalnya, saat saya mengisi ulang baterai Mi 8 Lite dengan charger bawaannya, durasi isi penuhnya memakan waktu sekitar dua jam. Durasi pemakaiannya pun terbilang standar. Baterai terkuras 7% ketika saya ajak menonton tayangan Youtube dan streaming selama 35 menit.
Kesimpulan
Performanya Mi 8 Lite terbilang baik dan layak dipakai main gim meski bodinya terasa hangat ketika bermain gim berat, meski baru main 10 menit saja. Baterainya juga lumayan untuk menopang aktivitas, namun durasi charge-nya cukup lama. Kameranya menghasilkan gambar yang tampak menawan. Berharga Rp3,7 juta, Mi 8 Lite layak dipertimbangkan bagi Anda yang mencari smartphone kelas menengah andal.