2018, ekonomi Asia Pasifik bergantung pada teknologi
Kawasan Asia Pasifik dan Jepang akan jadi pusat teknologi baru seperti, AI, AR, VR, IoT dan cloud.
Perubahan komunikasi dengan pelanggan
Index Digital Transformation Dell Technologies menunjukkan 52 persen perusahaan di wilayah Asia Pasifik dan Jepang, berpendapat perusahaan mereka akan bangkrut dalam 3-5 tahun. Sementara 83 persen perusahaan merasa terancam oleh perusahaan rintisan digital.
Dalam satu tahun ke depan, berkat analitik prediktif, teknologi machine learning dan AI yang menjadi fitur utama, akan membantu perusahaan untuk memahami dan melayani pelanggan lebih jauh. Bahkan mereka akan mampu memprediksi kebutuhan pelanggan, sebelum permintaan itu muncul.
Konsumen kini mulai menuntut interaksi digital yang cerdas dan berbasis mobile. Konsumen juga telah mengadopsi interaksi berbasis teknologi seperti, metode pembayaran alternatif. Bahkan sebagian besar inovasi pembayaran dalam skala global muncul karena desakan pemimpin industri sekaligus permintaan pelangan yang meningkat drastis. Pada 2018, berbagai merek dagang akan dipaksa untuk memenuhi ekspektasi konsumen tersebut.
Berkembangnya e-sports
Pada 2018, kita akan menemukan jumlah pemain e-sports lebih banyak lagi. Bahkan pada tahun ini, kompetisi gim akan menambahkan unsur dan perangkat VR nantinya.
Dengan ratusan juta pemain dan penonton yang menyaksikan, e-sports akan menjadi permainan mainstream. Wilayah Asia Pasifik dan Jepang sudah mulai merealisasikan hal tersebut. E-sports menjadi salah satu ajang olahraga resmi di Asian Games 2022 nanti.
Tiongkok, Hong Kong dan Korea Selatan sudah mulai memperkenalkan e-sport dengan berbagai pertandingan dan investasi yang dilakukan. Singapura juga sudah mulai membidik para profesional e-sport lokal dengan mendirikan akademi pelatihan untuk melahirkan juara-juara e-sports masa depan.
Fondasi “mega-cloud”
Mulai 2018, semakin banyak perusahaan yang beralih ke pendekatan multi-cloud. Mereka mulai mengeksplorasi dan memanfaatkan kelebihan dari semua model cloud yang ada, mulai dari publik hingga privat, hosted, managed dan SaaS.
Tetapi, seiring meningkatnya perpindahan aplikasi dan beban kerja ke berbagai jenis cloud, pertambahan silo cloud sudah pasti akan terjadi.
Hal tersebut juga bisa membuat aplikasi dan penempatan data di cloud yang salah yang akan mengakibatkan hasil yang tidak memuaskan.
Kondisi yang disebut sebagai “mega cloud” akan muncul. Kondisi dimana perusahaan akan menjalin berbagai private dan private cloud untuk dapat bertindak sebagai suatu sistem yang koheren dan holistik dalam satu tampilan.
2018, perusahaan harus memperhatikan hal detail
Akibat hubungan yang semakin terjalin erat antara manusia dan mesin, kegagalan kecil dapat berubah menjadi kegagalan besar. Oleh karena itu, pada 2018 ini akan menjadi tahun penuh aksi bagi perusahaan-perusahaan multinasional, terlebih dengan berlakunya berbagai peraturan baru seperti Peraturan Perlindungan Data Umum (General Data Protection Regulation).
Bagi organisasi di kawasan Asia Pasifik dan Jepang, mereka akan memprioritaskan implementasi perangkat dan teknologi keamanan siber untuk melindungi data secara efektif. Tentu ini berdampak pada meningkatnya anggaran keamanan. Keamanan IoT juga akan berada di urutan teratas daftar prioritas pengeluaran keamanan TI di Asia Pasifik dan Jepang.