Bank-bank besar rugi miliaran dolar usai pinjamkan dana untuk akuisisi Twitter oleh Elon Musk
Elon Musk, yang mengakuisisi Twitter pada tahun 2022 dengan total nilai transaksi $44 miliar, meminjam dana dari tujuh bank besar, termasuk Morgan Stanley dan Bank of America.
Sejumlah bank besar yang menyediakan pinjaman senilai USD13 miliar kepada Elon Musk untuk mendukung akuisisi Twitter, yang kini telah berubah nama menjadi X, menghadapi kenyataan pahit. Kesepakatan yang awalnya dilihat sebagai peluang menguntungkan ini kini berubah menjadi salah satu kesepakatan pembiayaan merger terburuk sejak krisis keuangan global 2008-2009.
Elon Musk, yang mengakuisisi Twitter pada tahun 2022 dengan total nilai transaksi USD44 miliar, meminjam dana dari tujuh bank besar, termasuk Morgan Stanley dan Bank of America. Pinjaman ini digunakan untuk menutup sebagian besar biaya akuisisi, yang kemudian diharapkan dapat segera dilunasi atau setidaknya dikurangi risikonya melalui penjualan utang tersebut kepada investor lain. Namun, hal ini terbukti sulit dilakukan karena kondisi keuangan X yang semakin melemah.
Menurut laporan dari Wall Street Journal (21/8), bank-bank tersebut saat ini terjebak dengan utang yang tidak dapat dijual, yang dalam industri keuangan dikenal sebagai "hung deals." Situasi ini sangat tidak menguntungkan karena bank-bank tersebut biasanya akan mendapatkan keuntungan melalui biaya transaksi dari penjualan utang tersebut kepada pihak ketiga. Namun, dengan lemahnya performa keuangan X, penjualan ini menjadi tidak mungkin, dan utang tersebut kini menjadi beban berat yang harus ditanggung oleh bank-bank tersebut.
Mengapa ini terjadi? Keputusan bank-bank untuk memberikan pinjaman kepada Musk sebagian besar didorong oleh keinginan untuk berhubungan dengan salah satu orang terkaya di dunia. Bagi banyak bank, kesempatan untuk bekerja sama dengan Musk dianggap sebagai peluang emas yang tidak bisa dilewatkan. Namun, seiring dengan semakin memburuknya kinerja X di pasar, kesepakatan ini mulai terlihat sebagai langkah yang sangat mahal dan berisiko tinggi.
Situasi ini membawa konsekuensi serius bagi bank-bank tersebut. Mereka kini harus menghadapi tantangan besar untuk menarik pembayaran bunga dari X dan, yang lebih penting, mendapatkan pengembalian pokok pinjaman ketika jatuh tempo. Jika kondisi keuangan X tidak membaik, bank-bank ini mungkin harus menghadapi kerugian yang signifikan, yang dapat mempengaruhi stabilitas keuangan mereka dalam jangka panjang.
Lebih jauh lagi, situasi ini menambah tekanan pada bank-bank di tengah ketidakpastian ekonomi global yang meningkat. Dengan tantangan seperti inflasi yang tinggi, suku bunga yang fluktuatif, dan potensi resesi di beberapa negara besar, bank-bank yang terlibat dalam kesepakatan ini mungkin harus mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi dampak negatif dari keputusan yang kini tampak sebagai kesalahan besar.
Sebagai kesimpulan, akuisisi Twitter oleh Elon Musk yang pada awalnya disambut dengan optimisme oleh pasar keuangan, kini berubah menjadi sebuah pelajaran berharga bagi bank-bank besar tentang risiko besar yang menyertai keputusan bisnis yang ambisius. Seiring berjalannya waktu, akan menarik untuk melihat bagaimana bank-bank ini berusaha mengatasi tantangan yang mereka hadapi, serta dampak jangka panjangnya terhadap industri keuangan secara keseluruhan.