Baterai nuklir radiokarbon bisa bertahan hingga ribuan tahun
Ilmuwan kembangkan baterai nuklir radiokarbon yang aman, tahan lama, dan lebih efisien dari desain sebelumnya

Para peneliti tengah mengembangkan baterai nuklir berbasis radiokarbon yang dapat bertahan hingga ribuan tahun tanpa perlu diisi ulang. Profesor Su-Il In dari Daegu Gyeongbuk Institute of Science & Technology akan mempresentasikan hasil penelitian ini pada pertemuan American Chemical Society (ACS) Spring 2025.
Baterai lithium-ion (Li-ion) yang banyak digunakan saat ini memiliki keterbatasan daya tahan dan berdampak buruk bagi lingkungan. Sementara itu, baterai betavoltaik berbasis radiokarbon menawarkan solusi yang lebih ramah lingkungan dan berumur panjang.
Radiokarbon, yang merupakan produk sampingan dari pembangkit listrik tenaga nuklir, menghasilkan beta ray yang dapat dikonversi menjadi listrik tanpa memancarkan radiasi berbahaya.
Dilansir dari laman acs (8/4), Dengan menggunakan semikonduktor berbasis titanium dioksida yang disensitisasi dengan pewarna berbasis rutenium dan perlakuan khusus dengan asam sitrat, tim peneliti dapat meningkatkan efisiensi konversi energi dari 0,48% menjadi 2,86%.
Meskipun masih kalah dari baterai Li-ion dalam hal daya output, baterai ini berpotensi merevolusi berbagai industri. Misalnya, alat pacu jantung yang menggunakan baterai radiokarbon dapat bertahan seumur hidup tanpa perlu penggantian.
Peneliti kini berupaya meningkatkan bentuk dan material penyerap beta ray guna meningkatkan kinerja baterai lebih lanjut. Seiring meningkatnya kesadaran terhadap energi ramah lingkungan, inovasi ini berpotensi membawa energi nuklir ke perangkat sehari-hari dalam skala kecil dan aman.