E-Skin Magnetoreseptif, kulit buatan canggih untuk robot dan manusia

Kulit elektronik (e-skin) telah lama dikembangkan untuk meniru fungsi kulit manusia, baik untuk robot maupun aplikasi medis. Teknologi ini memungkinkan robot memiliki indera peraba dan membantu manusia yang kehilangan kemampuan sensorik.

Namun, keterbatasan e-skin konvensional terletak pada kebutuhan akan sensor dan baterai yang besar. Tim peneliti dari Helmholtz-Zentrum Dresden-Rossendorf (HZDR) mengatasi masalah ini dengan menciptakan e-skin yang lebih tipis, ringan, dan hemat energi.

Dengan menggunakan membran transparan yang sangat tipis dan dapat ditembus udara, e-skin ini lebih nyaman dipakai manusia dibandingkan versi sebelumnya. 

Dilansir dari laman HZDR (8/4), Teknologi baru ini menggunakan lapisan fungsional magnetosensitif sebagai sensor global daripada banyak sensor individu. Lapisan ini mengubah resistansi listriknya terhadap medan magnet, dan unit pemrosesan pusat mengidentifikasi lokasi sinyal.

Sistem ini mengirimkan sentuhan ke otak melalui jaringan saraf seperti kulit manusia. E-skin ini dapat secara akurat merekonstruksi sinyal magnetik dengan menggunakan teknologi tomografi, yang juga digunakan dalam MRI dan CT scan.

Pengenalan pola digital, interaksi tanpa sentuhan di dunia virtual, dan menggunakan perangkat dalam kondisi ekstrem seperti di bawah air atau di musim dingin dengan sarung tangan adalah beberapa manfaat teknologi ini.

Selain itu, e-skin memiliki sensor medan magnet yang lebih tahan terhadap kerusakan dibandingkan dengan elektronik konvensional. Ini memungkinkan robot untuk mendeteksi gerakan bahkan dalam lingkungan yang rumit.

Berbeda dengan navigasi berbasis kompas, teknologi ini juga dapat membangun jalur komunikasi baru antara manusia dan mesin melalui magnetoresepsi.

Penemuan ini membawa e-skin selangkah lebih dekat ke pengalaman sensorik yang hampir mirip dengan kulit manusia, membuka jalan bagi inovasi lebih lanjut dalam robotika dan teknologi yang digunakan pada tubuh.