Elon Musk gugat OpenAI, pertarungan hukum untuk masa depan AI
Elon Musk baru-baru ini mengajukan permohonan injeksi di pengadilan federal untuk mencegah OpenAI berubah menjadi perusahaan berprofit.
Elon Musk baru-baru ini mengajukan permohonan injeksi di pengadilan federal untuk mencegah OpenAI berubah menjadi perusahaan berprofit. Dalam permohonan tersebut, Musk, bersama dengan pengusaha AI startupnya, xAI, dan mantan anggota dewan OpenAI, Shivon Zilis, mengklaim bahwa OpenAI dan Microsoft melakukan praktik anti kompetitif.
Musk pertama kali menuntut OpenAI di pengadilan negara bagian San Francisco pada Maret 2024, mengklaim bahwa OpenAI telah melanggar misi pendirian mereka untuk membangun AI "untuk keuntungan manusia". Meskipun dia menarik keluhan tersebut beberapa bulan kemudian, Musk kemudian mengajukan gugatan baru di pengadilan federal di California pada Agustus.
Dalam gugatan terbaru, Musk dan pengacaranya, Marc Toberoff, mengklaim bahwa OpenAI telah melanggar hukum antimonopoli dan RICO (Racketeer Influenced and Corrupt Organizations Act) dengan meminta investor mereka tidak mendanai kompetitor OpenAI, termasuk xAI. Dilansir dari Engadget (2/12), Musk juga mengklaim bahwa OpenAI dan Microsoft telah memanfaatkan informasi sensitif secara kompetitif yang diperoleh secara salah.
OpenAI, yang telah menjadi salah satu startup terbesar dalam beberapa tahun terakhir dengan kesuksesan ChatGPT, mengumumkan rencana untuk berubah menjadi entitas berprofit pada September 2024. Namun, Musk berpendapat bahwa perubahan ini akan merugikan publik dan kompetitornya.
Dalam pernyataan resmi, juru bicara OpenAI menyebutkan bahwa gugatan Musk adalah "tanpa makna" dan hanya mengulang keluhan yang sama. Meskipun demikian, pengadilan akan mempertimbangkan permohonan injeksi ini dan memutuskan apakah OpenAI harus diperbolehkan untuk melanjutkan rencana berubahnya menjadi perusahaan berprofit.