Peneliti gunakan gelombang otak untuk pantau kemajuan rehabilitasi pasien stroke
Dengan menggunakan robot yang dapat membantu membaca gelombang otak, pasien stroke akan mendapatkan motivasi dengan melihat kemajuan dari rehabilitasi yang mereka lakukan.
Salah satu tantangan bagi penderita stroke adalah melakukan rehabilitasi untuk dapat kembali hidup dengan normal. Tapi, menentukan metode yang sesuai untuk setiap pasien stroke tidak mudah dan harus dipersonalisasi.
Namun, para peneliti dari VITALISE menemukan sebuah metode yang dapat digunakan untuk melakukan rehabilitasi dengan lebih efektif. Para peneliti menyebut mereka menggunakan pembacaan sinyal otak untuk rehabilitasi penderita stroke dan cedera otak.
Proyek yang didanai Uni Eropa ini dipimpin oleh para peneliti dari Robotarium Nasional Inggris dan dikembangkan dalam kemitraan dengan Institut Teknologi AIT Austria. Mereka telah melakukan uji coba selama tiga bulan di Wina dan mendapatkan hasil yang cukup efektif.
Dilansir dari laman Thenextweb (21/8), pengujian ini dilakukan kepada individu dengan gangguan pada anggota tubuh bagian atas. Gangguan ini memengaruhi sekitar 80% penderita stroke akut dan merupakan efek samping umum dari cedera otak.
Mereka menyebut, memang dengan melakukan gerakan khusus untuk rehabilitasi merupakan hal yang bagus. Namun, sering kali pasien tidak merasakan motivasi karena tidak bisa melihat indikator kemajuan secara visual, yang menyarankan latihan yang dilakukan ada dampak ke tubuh mereka.
"Kami tahu bahwa latihan yang berkelanjutan dan berulang sangat penting untuk pemulihan pasca-stroke atau cedera otak. Namun, tanpa pengawasan, para pasien mungkin akan kesulitan untuk tetap termotivasi," kata peneliti utama proyek VITALISE, Lynne Baillie.
Kegunaan dari alat ini adalah dengan membuat sistem dimana terdapat sebuah robot yang dapat berkomunikasi dengan pasien menggunakan headset yang memantau sinyal otak. Robot tersebut kemudian memproses data untuk menginterpretasikan gerakan yang diinginkan pasien selama berbagai latihan.
Hal ini memungkinkan mereka untuk memberikan motivasi dan umpan balik secara langsung, dan bahkan meniru gerakan untuk memperagakan latihan.
Tim tersebut juga menguji teknologi ini dengan 16 pasien stroke dan cedera otak untuk mengevaluasi kemudahan penggunaan sistem dan kemampuan robot untuk memotivasi latihan dan membangun kepercayaan pengguna.
"Robot tersebut dengan cepat mempelajari bagaimana setiap individu bereaksi dan sangat efektif dalam memahami maksud dan meniru gerakan. Semua pasien mengatakan bahwa berinteraksi dengan robot merupakan pengalaman yang memotivasi," jelas Baillie.
"Harapannya adalah kami dapat menyelenggarakan uji coba di rumah sakit Skotlandia untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan teknologi ini. Kami tengah melakukan pembicaraan yang sangat positif dengan NHS terkait hal ini."