Gojek rebranding, dan kalahkan Grab soal pengguna aktif bulanan
Logo baru Gojek menyimbolkan ekosistem dan apresiasi kepada pengguna dan mitra. Dalam tempo tiga tahun jumlah transaksi yang diproses dalam platform Gojek melesat hingga 1.100%.
Gojek memperkokoh posisi sebagai platform teknologi di Asia Tenggara. Untuk itu, pada Senin (22/7) lalu mereka mengganti logo (rebranding) mereka. Perubahan logo ini merupakan penanda evolusi Gojek, dari layanan ride-sharing, menjadi sebuah ekosistem terintegrasi yang menggerakkan orang, barang, dan uang.
“Pencapaian Gojek sejak aplikasi kami meluncur lima tahun lalu merupakan bukti kepercayaan mitra, konsumen, partner, bisnis, dan investor terhadap visi dan model bisnis yang kami kembangkan. Kami tidak mungkin ada di sini tanpa dukungan jutaan mitra kami beserta keluarga mereka, sekaligus ratusan juta konsumen kami yang telah mempercayakan berbagai kebutuhan (transaksi) sehari-hari kepada layanan di platform Gojek,” ujar Kevin Aluwi, Co-Founder Gojek
Pertumbuhan Gojek sangatlah pesat sejak aplikasi ini meluncur. Dari Juni 2016 hingga Juni 2019,jumlah transaksi yang diproses dalam platform Gojek, melesat hingga1.100%, atau 12 kali lipat.
Data yang dilansir Nikkei, menyebutkan jumlah pengguna aktif bulanan Gojek di Indonesia paling banyak dibandingkan dengan aplikasi on-demand lainnya, seperti Grab. Pengguna aktif bulanan Gojek menurut penelitian mencapai hampir 22 juta pengguna per bulan. Sementara Grab mencapai angka pengguna 18 juta per bulannya.
Data yang sama juga menyebutkan bahwa jumlah pengguna aktif bulanan Gojek di Indonesia setara dengan jumlah pengguna aktif bulanan aplikasi ride-sharing Uber di Amerika. Data ini juga diperkuat dengan hasil survei terbaru dari Alvara Research Center yang mengatakan bahwa tiga layanan Gojek yaitu transportasi, pesan-antar makanan, dan pembayaran digital menjadi pilihan milenial nusantara.
"Pertumbuhan signifikan ini didorong oleh peningkatan permintaan konsumen akan layanan terintegrasi dari Gojek,” kata Kevin.
Gojek bermula dari 20 mitra pengemudi, kini telah memiliki lebih dari 2 juta mitra pengemudi, 400 ribu mitra merchant dan 60 ribu penyedia jasa di Asia Tenggara. Gojek, tambah Kevin, telah berevolusi dari sebuah call center menjadi sebuah ekosistem teknologi yang menawarkan cara pintar untuk mengurangi masalah yang masyarakat hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Di sisi aplikasi konsumen, mengawalinya dengan menyediakan 3 layanan. Kini mereka telah berevolusi menjadi 22 layanan on-demand untuk berbagai kebutuhan. Bahkan, aplikasi Gojek juga menjadi platform sosial saat memperkenalkan fitur chat antar pengguna bulan April lalu. Selain itu, konsumen Gojek dapat dengan mudah memberikan tip secara cashless melalui fitur tipping. Tercatat total tip yang diberikan melalui aplikasi Gojek hingga saat ini mencapai Rp285 miliar.
Guna memastikan pengalaman terbaik, Gojek terus memanfaatkan teknologi terkini termasuk teknologi machine learning danartificial intelligence untuk membangun sistem alokasi pintar. Dengan sistem alokasi yang canggih dan pintar ini, terjadi peningkatan signifikan di sisi pengalaman driver dan juga konsumen, mulai dari penurunan tingkat pembatalan hingga utilisasi, serta peningkatan dispatch time.