Google akhirnya akan labeli gambar AI di hasil pencarian
Setelah lama ditunggu, Google akhirnya akan labeli gambar yang dibuat atau diedit menggunakan AI di hasil pencarian mesin pencari Google. Sayangnya, fitur ini baru akan hadir beberapa bulan mendatang.
Gambar hasil buatan AI saat ini semakin mendominasi internet. Bukan hanya di media sosial, kini hasil pencarian Google juga semakin banyak menunjukkan hasil gambar yang dibuat oleh AI dalam beberapa bulan terakhir ini.
Hal ini membuat para pengguna sulit untuk menemukan gambar yang mereka ingin cari. Menanggapi hal tersebut, Google mengumumkan bahwa mereka akan mulai memberi label pada hasil pencarian gambar yang dihasilkan dan diedit AI.
Namun, fitur yang satu ini baru akan hadir beberapa bulan mendatang. Google berencana untuk menandai konten berbasis AI melalui jendela "Tentang gambar ini" dan akan diterapkan pada fitur Search, Google Lens, dan Circle to Search yang tersedia di Android.
Google juga menerapkan teknologi tersebut pada layanan iklannya dan mempertimbangkan untuk menambahkan tanda serupa pada video YouTube. Namun sebagai gantinya mereka akan memberikan informasi lebih lanjut mengenai hal itu di akhir tahun, seperti lapor Digital Trends (18/9).
Perusahaan anakan Alphabet tersebut akan mengandalkan metadata Coalition for Content Provenance and Authenticity (C2PA) untuk mengidentifikasi gambar yang dihasilkan AI. Fitur ini adalah kelompok industri yang diikuti Google sebagai anggota komite pengarah di awal tahun.
“Metadata C2PA” ini akan digunakan untuk melacak asal gambar, mengidentifikasi kapan dan di mana gambar dibuat, serta peralatan dan perangkat lunak yang digunakan dalam pembuatannya.
Sejauh ini, sejumlah tokoh besar industri telah bergabung dengan C2PA, termasuk Amazon, Microsoft, OpenAI, dan Adobe. Akan tetapi, standar itu sendiri kurang mendapat perhatian dari produsen perangkat keras dan saat ini hanya dapat ditemukan pada beberapa model kamera Sony dan Leica.
Beberapa pengembang perangkat AI terkemuka juga menolak untuk mengadopsi standar tersebut. Beberapa diantaranya seperti Black Forrest Labs, yang membuat model Flux yang dimanfaatkan Grok untuk pembuatan gambarnya.
Jumlah penipuan daring yang memanfaatkan deepfake buatan AI telah meningkat pesat dalam dua tahun terakhir. Pada bulan Februari, misalnya, seorang pemodal yang berbasis di Hong Kong ditipu untuk mentransfer USD25 juta kepada penipu yang menyamar sebagai CFO perusahaan selama panggilan konferensi video.
Pada bulan Mei, sebuah studi oleh penyedia verifikasi Sumsub menemukan bahwa penipuan yang menggunakan deepfake meningkat 245% secara global antara tahun 2023 dan 2024, dengan peningkatan 303% khususnya di AS.
“Aksesibilitas publik terhadap layanan ini telah menurunkan hambatan masuk bagi penjahat dunia maya,” kata David Fairman, kepala petugas informasi dan kepala petugas keamanan APAC di Netskope kepada CNBC pada bulan Mei. “Mereka tidak perlu lagi memiliki keahlian teknologi khusus.”