Google akui aksi turun ke jalan, minta data wajah masyarakat
Pihak Google mengatakan, mereka akan menghapus data wajah yang sudah mereka kumpulkan apabila diminta oleh para pengguna dan akan terhapus secara otomatis setelah 18 bulan.
Google baru saja mengumumkan fitur pemindai wajah untuk perangkat terbaru mereka, Pixel 4. Mereka mengklaim, perangkat tersebut akan memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi dibandingkan para pesaingnya.
Tapi, hal tersebut tidak dapat mereka lakukan sendirian. Kabarnya, Google harus membayar masyarakat umum untuk melakukan pemindaian wajah untuk memperkaya database mereka, dan memberikan imbalan gift card sebesar USD5 atau sekira Rp90 ribu. Lantas, bagaimana cara mereka melakukan hal tersebut?
Berita yang kami lansir dari The verge (30/7) telah mendapatkan konfirmasi dari Google bagaimana cara mereka dapat melakukan hal tersebut. Pihak Google mengatakan, mereka menempatkan karyawannya untuk menjelajah kota-kota di Amerika.
Seorang juru bicara Google mengkonfirmasi bahwa tujuan pemindaian ini adalah untuk memastikan bahwa Pixel 4 bekerja dengan beragam wajah. Fitur biometrik, termasuk pengenalan wajah, kabarnya banyak melakukan kesalahan dalam menentukan gender dan ras.
Mereka tidak ingin merasakan apa yang Amazon telah lalui. Mereka mendapat kecaman karena salah mendeteksi ras dalam algoritma pencocokan wajah milik mereka.
“Tujuan kami adalah membangun fitur dengan keamanan dan kinerja yang kuat. Kami juga membangun fitur ini dengan mempertimbangkan inklusif, sehingga sebanyak mungkin orang dapat memperoleh manfaat, "kata juru bicara Google.
Google perlu melatih algoritma barunya pada beragam wajah. Hanya dengan melakukan pengetesan pada karyawan mereka masih belum cukup. Jadi pendekatan yang mereka lakukan adalah mendekati orang-orang di jalanan, membayar mereka, dan mendapatkan persetujuan untuk setiap pemindaian.
Mereka juga menyebut, mereka mengumpulkan data inframerah, warna, dan kedalaman dari masing-masing wajah bersamaan dengan waktu, tingkat cahaya sekitar, dan beberapa informasi lain yang terkait, seperti mengangkat telepon dari meja.
Perusahaan asal Amerika tersebut pada awalnya mengumpulkan informasi lokasi juga, tetapi mereka kemudian tidak lagi melakukan hal tersebut karena tidak memerlukan informasi yang cukup sensitif tersebut.
Saat ditanya bagaimana mereka akan memperlakukan data tersebut, mereka mengatakan, "meskipun sampel wajah secara inheren tidak bisa anonim, setiap peserta diberi nomor identitas abstrak. Kami secara terpisah menyimpan alamat email masing-masing peserta, untuk menghapus data berdasarkan permintaan,"
Bagian pernyataan terakhir ini cukup penting. Hal ini berarti, mereka yang berpartisipasi dapat meminta pihak Google untuk menghapus data mereka. Namun, tanpa diminta pun mereka akan tetap menghapusnya dalam kurun waktu 18 bulan.
Ternyata, Apple juga melakukan hal yang sama untuk perangkat iPhone X mereka 2017 silam. Cynthia Hogan, Wakil Presiden Apple untuk kebijakan publik dan urusan pemerintah, telah mengkonfirmasi hal tersebut.
“Aksesibilitas produk kepada orang-orang dari berbagai ras dan etnis sangat penting bagi kami. Face ID menggunakan jaringan saraf pencocokan wajah yang kami kembangkan menggunakan lebih dari satu miliar gambar, termasuk IR dan gambar mendalam yang dikumpulkan dalam studi yang dilakukan dengan persetujuan para peserta. Kami bekerja dengan peserta dari seluruh dunia untuk memasukkan sekelompok orang yang mewakili gender, usia, etnis, dan faktor lainnya,” kata Cynthia.
“Kami menambah studi sesuai kebutuhan untuk memberikan tingkat akurasi yang tinggi untuk beragam pengguna. Selain itu, jaringan saraf yang dilatih untuk mengenali dan menahan spoofing bertahan terhadap upaya membuka kunci ponsel Anda dengan foto atau topeng.”