Google latih AI agar paham orang dengan gangguan bicara
Cara ini masih dalam proses, dan untuk sementara Google sedang berupaya menghadirkannya ke orang-orang yang berbicara bahasa Inggris dan memiliki gangguan bicara.
Asisten digital memang dapat diandalkan dan praktis, karena dapat kita perintahkan via suara. Tetapi bagi orang dengan gangguan bicara oleh sebab kondisi sarafnya, asisten digital dapat menjadi tantangan lain yang tidak lagi praktis. Dilansir dari Engadget (8/5), pada konferensi pengembang I/O hari ini ,Google mengungkapkan pelatihan AI untuk lebih memahami berbagai pola bicara, seperti gangguan bicara yang disebabkan oleh cedera otak atau kondisi seperti sklerosis lateral amiotrofik (amyotrophic lateral sclerosis / ALS).
Melalui Project Euphoria, Google bermitra dengan ALS Therapy Development Institute (ALS TDI) dan ALS Residence Initiative (ALSRI). Tujuannya adalah, saat teman dan keluarga penderita ALS dapat memahami orang yang mereka sayangi, maka Google dapat melatih komputer untuk melakukan hal yang sama. Hanya perlu menunjukkan sistem AI-nya dengan contoh-contoh pola bicara yang terganggu.
Dengan demikian Google mulai merekam ribuan sampel suara. Seorang sukarelawan, Dimitri Kanevsky, peneliti suara di Google yang belajar bahasa Inggris setelah menjadi tuli sejak kecil di Rusia, mencatat 15 ribu frasa. Selanjutnya frasa tersebut diubah menjadi spektogram – representasi visual dari suara – dan digunakan untuk melatih AI untuk memahami Kanevsky.
Cara ini masih dalam proses. Untuk sementara Google sedang berupaya menghadirkannya ke orang-orang yang berbicara bahasa Inggris dan memiliki gangguan terkait ALS, Proses ini memanggil sukarelawan, yang dapat mengisi formulir singkat dan merekam serangkaian frasa. Google juga ingin AI-nya menerjemahkan suara dan gerakan menjadi tindakan, seperti mengucapkan perintah ke Google Home atau mengirim pesan. Intinya, mereka ingin mengembangkan AI yang dapat memahami siapapun.