Grab PHK 360 karyawan akibat pandemi Covid-19
Grab mem-PHK atau merumahkan sekitar 360 orang karyawan yang setara kurang dari 5%, dari total karyawannya.
Grab mem-PHK atau merumahkan sekitar 360 orang karyawan yang setara kurang dari 5%, dari total karyawannya. Hal ini juga telah diumumkan oleh Co-founder dan CEO Grab Anthony Tan dalam surat yang ditujukan kepada karyawan hari ini.
Kendati demikian, PHK Grab ini tidak akan serta merta menutup kantor perusahaan. Startup yang bersaing dengan Gojek ini pun memastikan keputusan ini adalah PHK terakhir yang akan dilakukan di tahun ini.
"Kami tidak menghadapi masalah kapitalisasi. Kami melakukan PHK untuk menjadi organisasi yang lebih ramping dan lebih efisien, dan kami melakukan ini dengan memangkas proyek non-inti, mengonsolidasikan tim dan beralih fokus pada pengiriman," kata juru bicara perusahaan kepada TechCrunch (16/6).
"Kami tetap fokus pada bisnis inti kami dalam transportasi, pengiriman, pembayaran dan layanan keuangan untuk mengatasi tantangan dan peluang New Normal."
Selanjutnya Grab akan melakukan pembicaraan dengan karyawan yang terdampak PHK selama beberapa hari ke depan.
Karyawan yang terdampak PHK akan menerima pesangon serta tambahan gaji terpisah yang ditingkatkan jumlahnya, asuransi kesehatan hingga akhir tahun, pencairan cuti tahunan yang tidak digunakan serta kredit GrabFlex.
Selain itu, karyawan PHK Grab dapat mencairkan tunjangan hamil baik untuk karyawan laki-laki yang istrinya sedang hamil atau karyawan perempuan pada hari terakhir kerja. Grab juga memberikan Waiver of annual cliffs untuk pemberian ekuitas dengan tujuan agar lebih banyak Grabbers yang terdampak PHK sebagai pemegang saham.
Grab sendiri bukan startup pertama yang terdampak pandemi. Perusahaan seperti Airbnb, Uber dan Airy Rooms juga terdampak oleh pandemi sehingga menutup layanannya di Indonesia. Dalam pengumumannya, Anthony Tan mengatakan "Sejak Februari, kami telah melihat dampak nyata Covid-19 terhadap bisnis secara global, termasuk (bisnis) kami. Di saat yang sama, semakin jelas bahwa pandemi kemungkinan akan mengakibatkan resesi berkepanjangan dan kami harus mempersiapkan hal yang mungkin di periode pemulihan yang panjang".