×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

IDC Infobrief ungkap pentingnya distributed database di perbankan Indonesia

Oleh: Nur Chandra Laksana - Rabu, 26 Februari 2025 07:59

Dalam sebuah data terbaru, IDC Infobrief bersama TiDB ungkap pentingnya Distributed Database di perbankan Indonesia.

IDC Infobrief ungkap pentingnya distributed database

IDC Infobrief baru saja mengungkap sebuah data menyangkut transformasi digital di Indonesia, terutama di industri keuangan dan perbankan. Kali ini, mereka berkolaborasi dengan TiDB untuk membuat laporan tersebut.

Mereka membuka laporan ini dengan mengungkapkan bahwa 48% bank di Asia Tenggara saat ini memprioritaskan ketahanan infrastruktur, namun 50% data mereka masih tidak terstruktur, yang menghambat efektivitas inovasi dan skalabilitas. Pergeseran prioritas ini didorong oleh kebutuhan akan teknologi yang mampu meningkatkan ketahanan, skalabilitas, efisiensi biaya, dan kecepatan. 

Pasar Asia Tenggara semakin siap untuk menerapkan konsep connected finance, di mana survei PricewaterhouseCoopers (PwC) menunjukkan bahwa 68% bank di kawasan ini tengah menjalankan digitalisasi guna meningkatkan pengalaman perbankan nasabah. 

Selain itu, 56% responden menyoroti kebutuhan transformasi digital untuk meningkatkan efisiensi operasional, sementara 41% melihatnya sebagai cara untuk memperluas basis nasabah.

Di Indonesia, tren serupa terjadi dengan transformasi digital yang semakin berkembang, didukung oleh peningkatan kenyamanan nasabah serta optimalisasi sistem internal. Banyak institusi keuangan telah mengadopsi solusi terintegrasi, seperti penggabungan rekening bank dengan e-wallet untuk mempermudah akses perbankan. 

Connected finance menuntut adanya ekosistem dan teknologi yang mampu mendukung integrasi tersebut, salah satunya adalah distributed database. Teknologi ini menawarkan skalabilitas tinggi, respons analitik yang lebih cepat, serta ketahanan yang dapat mengurangi risiko dari arsitektur terdistribusi. 

Dengan fleksibilitasnya, distributed database dapat menggerakkan core processing, mendukung sistem peripheral, serta memfasilitasi connected banking, yang secara signifikan meningkatkan efisiensi proses dalam skala besar.

IDC mencatat bahwa 68% Chief Information Officer (CIO) di Asia mengidentifikasi analitik data sebagai prioritas utama mereka. Distributed database menjadi solusi utama karena dapat mengelola volume data yang terus meningkat secara real-time dengan kecepatan, skalabilitas, dan fleksibilitas tinggi. 

Seiring dengan pergerakan industri perbankan menuju ekosistem yang lebih terhubung dan berbasis data, teknologi ini menjadi elemen penting dalam memastikan kecepatan dan keandalan sistem perbankan modern. 

Meski demikian, 44% CIO di Asia mengakui bahwa risiko migrasi merupakan tantangan besar dalam transformasi digital mereka. Dalam hal ini, migrasi dari MySQL ke distributed database dianggap sebagai langkah yang tetap aman dan cepat.

Arwinto P. Nugroho, Country Head of PingCAP Indonesia, menjelaskan bahwa distributed database memainkan peran penting dalam mempercepat pertumbuhan bisnis dengan meningkatkan efisiensi operasional hingga 58% serta mengatasi kendala performa dan kapasitas. 

Teknologi ini juga mampu menurunkan total biaya kepemilikan lebih dari 30% melalui arsitektur backend yang lebih efisien, sehingga bank dapat lebih fokus pada operasional inti mereka. Dengan meningkatnya efisiensi, siklus pengembangan produk pun lebih cepat, sehingga nilai bisnis secara keseluruhan dapat dimaksimalkan.

Di Indonesia, distributed database berpotensi meningkatkan efisiensi dan demokratisasi data, memungkinkan bank untuk mengoptimalkan kapabilitas digital mereka. Namun, adopsinya masih menghadapi berbagai tantangan, seperti kurangnya tenaga kerja terampil (70%), masih adanya infrastruktur lama (63%), risiko operasional selama migrasi (47%), ketahanan operasional (40%), resistensi dari manajemen tingkat atas (23%), serta ketidakcocokan vendor (23%). 

Oleh karena itu, bank di Indonesia perlu menggandeng mitra dalam perjalanan transformasi mereka, memperbaiki akses terhadap data historis untuk memungkinkan hyper-personalization, serta memilih opsi migrasi yang minim risiko guna memastikan transisi ke distributed database berjalan lancar. Selain itu, struktur lisensi yang ditawarkan oleh teknologi ini juga memungkinkan penghematan biaya layanan.

Laporan IDC menyebutkan bahwa connected finance membuka peluang pertumbuhan besar bagi sektor perbankan, dengan estimasi pendapatan mencapai US$57 miliar, melibatkan lebih dari 102 miliar transaksi API. Namun, untuk mencapai pertumbuhan ini, bank harus mampu mengatasi tantangan dalam manajemen data, yang menjadi hambatan bagi 52% responden dalam survei IDC. 

Popularitas connected finance semakin meningkat di Asia dan menjadi prioritas utama bagi lembaga keuangan karena berpotensi meningkatkan pendapatan melalui model bisnis digital, memperkuat ketahanan dan skalabilitas operasional, serta mendorong efisiensi dan penghematan biaya. Keunggulan ini juga memungkinkan integrasi ekosistem yang lebih luas, yang pada akhirnya meningkatkan layanan nasabah dan pengembangan produk baru.

IDC menegaskan bahwa distributed database bukan sekadar pilihan, melainkan keharusan bagi sektor keuangan yang ingin berkembang di era ekonomi digital saat ini. Dengan mengadopsi solusi data terdistribusi, bank di Indonesia dapat membuka peluang efisiensi baru, meningkatkan pengalaman nasabah, serta mencapai pertumbuhan berkelanjutan dalam sistem perbankan yang semakin terhubung.

×
back to top