Indonesia jadi salah satu pasar untuk penipuan di Instagram
Studi yang dilakukan oleh A Good Company dan HypeAuditor mengungkapkan bahwa pasar Asia menjadi pasar terkenal untuk penipuan di Instagram.
Baru-baru ini terdapat studi yang mengungkapkan bahwa pasar Asia, seperti India, Indonesia, dan Jepang menjadi pasar yang memiliki persentase potensi penipuan di Instagram yang cukup besar. Dilansir dari Mumbrella Asia (15/7), Startup Swedia A Good Company dan HypeAuditor, melakukan studi terhadap 1,84 juta akun di seluruh dunia dan memperkirakan terdapat USD744 juta kerugian dari bot dan akun yang disiapkan untuk kasus tertentu.
Source: Mumbrella Asia
Diungkapkan bahwa AS dan Brasil berada di urutan teratas dalam daftar negara-negara yang terkena dampak penipuan Instagram. Sedangkan India dan Indonesia berada di posisi ketiga dan keempat, menyusul Jepang yang berada di urutan selanjutnya. Di antara negara-negara yang disurvei, diklaim pasar Asia menyumbang 58 juta pengguna yang merupakan bot atau akun kedua.
Source: Mumbrella Asia
Studi ini juga menyebutkan kehadiran "engagement pods", di mana para pengguna Instagram terutama micro-influencers bersatu untuk saling membantu meningkatkan keterlibatan dalam konten mereka. Ini dapat dilakukan melalui like, komentar, atau follow.
Studi ini juga menemukan bahwa micro-influencers memiliki tingkat anomali tertinggi terkait follower dan automatic like yang berasal dari bot. Diketahui studi ini ditugaskan oleh CEO dan co-founder A Good Company’s, Anders Ankarlid setelah memperhatikan bahwa strategi yang didorong oleh micro-influencers perusahaan tidak memberikan hasil yang diinginkan dalam hal penjualan.
Studi ini juga menghadirkan empat kesimpulan lain, yakni data pengguna aktif bulanan Instagram kemungkinan dibesar-besarkan sekitar 45 persen. Kedua ukuran pasar bersih pada tahun 2019 mencapai USD956 juta, yang mengalami penurunan 45 persen dari laporan sebelumnya. Selain itu, juga terdapat banyak merek yang mengeluarkan uang besar ke dalam keterlibatan likes dan keterlibatan. Terakhir, konten yang paling menarik adalah hasil dari micro-influencers yang melakukan kecurangan.