Injeksi dua kali setahun tunjukkan keberhasilan total dalam mencegah infeksi HIV
Semua peserta yang menerima injeksi lenacapavir tidak mengalami infeksi HIV selama periode studi, sementara 55 infeksi tercatat di kelompok yang mengonsumsi pil harian.
Sebuah studi fase 3 yang dilakukan di Afrika menunjukkan bahwa injeksi dua kali setahun dari obat lenacapavir dapat memberikan perlindungan total terhadap infeksi HIV. Data dari penelitian yang dipublikasikan dalam *New England Journal of Medicine* ini menyoroti efektivitas lenacapavir sebagai metode pencegahan yang menjanjikan, terutama bagi wanita muda dan remaja.
Dilansir dari CNN (27/7), studi ini, yang dikenal dengan nama PURPOSE 1, melibatkan lebih dari 5.000 wanita dan remaja perempuan di Afrika Selatan dan Uganda. Semua peserta yang menerima injeksi lenacapavir tidak mengalami infeksi HIV selama periode studi, sementara 55 infeksi tercatat di kelompok yang mengonsumsi pil harian.
“Ini adalah hasil yang luar biasa dan menunjukkan bahwa lenacapavir dapat menjadi pilihan pencegahan yang sangat efektif dan mudah diakses,” kata Dr. Linda-Gail Bekker, direktur Pusat HIV Desmond Tutu di Universitas Cape Town. Ia menambahkan bahwa jika disetujui, lenacapavir bisa meningkatkan partisipasi dalam program pencegahan HIV di kalangan wanita.
Dalam penelitian tersebut, peserta dibagi secara acak untuk menerima injeksi lenacapavir setiap 26 minggu atau pengobatan harian menggunakan emtricitabine-tenofovir alafenamide atau emtricitabine-tenofovir disoproxil fumarate. Meskipun sekitar 69% peserta yang menerima lenacapavir melaporkan reaksi di tempat injeksi, tidak ada masalah keamanan serius yang ditemukan.
Para peneliti, termasuk Dr. Dan Barouch dari Beth Israel Deaconess Medical Center, menekankan bahwa temuan ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam upaya pencegahan HIV. Namun, ia juga mengingatkan bahwa data tersebut masih terbatas pada wanita dan hasil dari studi tambahan mengenai pria masih dinantikan.
Sementara itu, lenacapavir belum disetujui untuk pencegahan HIV secara global. Gilead, perusahaan farmasi yang mengembangkan obat ini, berencana untuk mengajukan permohonan persetujuan dengan memasukkan hasil dari studi PURPOSE 1 dan PURPOSE 2, yang akan menilai efektivitas lenacapavir pada pria, wanita transgender, dan individu non-biner.
Kendati hasil studi ini menjanjikan, ada kekhawatiran terkait biaya dan aksesibilitas lenacapavir. Saat ini, obat tersebut diperkirakan memiliki harga lebih dari $40.000 per tahun. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa versi generik dari lenacapavir dapat diproduksi dengan biaya kurang dari $100 per orang per tahun.
Aktivis kesehatan telah mendesak Gilead untuk memastikan akses yang sama terhadap lenacapavir bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Mereka berpendapat bahwa dengan hanya dua injeksi per tahun, lenacapavir berpotensi menjadi terobosan penting dalam pengendalian HIV, terutama bagi mereka yang paling terpinggirkan.
Hasil studi ini diharapkan akan memicu diskusi lebih lanjut mengenai persetujuan lenacapavir sebagai alat pencegahan HIV, yang dapat menyelamatkan banyak nyawa di seluruh dunia.