JaWAra Internet Sehat, lawan hoaks lewat pendekatan kultural
JaWAra Internet Sehat merupakan inisiasi antara WhatsApp dan ICT Watch dalam mengedukasi masyarakat tentang bahaya hoaks, lewat relawan yang tergabung.
Hoaks merupakan salah satu tantangan terbesar bagi ketahanan digital nasional. Terlebih di era pandemi ini, penyebaran berita hoaks semakin menjadi, dalam konteks kesehatan. Namun, menurut tenaga ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika Devi Rahmawati, hoaks tidak hanya seputar kesehatan tapi juga bisa berdampak pada kerusuhan sosial, kerugian ekonomi, dan bahkan kematian.
Lewat gerakan JaWAra Internet Sehat, ICT Watch dan WhatsApp berusaha mengedukasi masyarakat tentang bahaya penyebaran berita hoaks melalui 60 relawan muda yang tersebar di 28 provinsi. Para aktivis yang tergabung memimpin lebih dari 100 sesi pelatihan lokal untuk melawan misinformasi selama pandemi dan juga membantu masyarakat meningkatkan keamanan digital dan privasi mereka.
Dalam konferensi pers “JaWAra Internet Sehat: Gerakan Anak Muda Se-Indonesia Melawan Misinformasi dengan Cara Beragam”, koordinator Program ICT Watch, Indriyatno Banyumurti menjelaskan bagaimana program ini membebaskan para aktivisnya untuk merancang caranya sendiri dalam mengedukasi masyarakat setempat.
“Mereka yang harus menyiapkan menunya sendiri, karena mereka yang tahu lidah atau selera di daerah masing-masing. Itu yang penting. Jadi, kita serahkan betul kebebasan buat teman-teman JaWAra internet sehat yang tersebar di 48 kota dan 28 provinsi ini untuk mencoba merangkum sendiri menunya, mencoba untuk bisa meracik sendiri edukasi literasi digital apa yang cocok buat masyarakat di daerahnya masing-masing,” kata Banyumurti.
Banyumurti menyebutkan cara ini sebagai pendekatan kultural yang berguna agar dapat menyentuh masyarakat sampai ke lapisan paling dalam. Selain itu, pemilihan relawan dengan usia cenderung muda juga ditujukan agar lebih mudah mengedukasi para orangtua yang sulit menyerap pemahaman teknologi masa kini.
“Anak-anak muda ini bisa lho menjangkau begitu banyak orang bahkan lebih dari apa yang kita ekspektasikan. Ini berarti dalam kehidupan sehari-hari bisa berdampak kecil-kecil,” kata Esther Samboh, Manajer Kebijakan Publik WhatsApp untuk Indonesia. “Jadi, WhatsApp dari sisi private center ini mendukung pemerintah juga civil society dalam membuat program-program atau mengimplementasikan program-program literasi digital yang sangat amat kita butuhkan, terutama di masa pandemi ini, di mana penggunaan teknologi dan digital platform semakin meningkat.”