sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id acer
Selasa, 31 Des 2024 14:20 WIB

Kehadiran robot bedah otonom semakin dekat, haruskah kita khawatir?

Universitas Johns Hopkins dan Stanford telah menciptakan model pelatihan berbasis rekaman video, membuat kehadiran robot bedah otonom semakin dekat dengan kenyataan.

Kehadiran robot bedah otonom semakin dekat, haruskah kita khawatir?

Kecerdasan buatan (AI) telah mulai mengubah bidang medis, dari analisis data hingga pembuatan ringkasan kunjungan pasien. Kini, penelitian menunjukkan bahwa teknik AI yang serupa dengan pelatihan model ChatGPT dapat digunakan untuk melatih robot bedah yang mampu beroperasi secara mandiri. 

Para peneliti dari Universitas Johns Hopkins dan Stanford telah menciptakan model pelatihan berbasis rekaman video, di mana robot belajar meniru tindakan bedah yang dilakukan manusia. Robot ini tidak hanya mampu meniru tetapi juga memperbaiki kesalahan sendiri, seperti mengambil jarum yang terjatuh.

Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah mengintegrasikan berbagai keterampilan bedah untuk melakukan operasi lengkap pada mayat hewan. Tentu saja, ini menjadi sebuah kemajuan teknologi yang sangat mutakhir, namun tetap ada sisi baik dan sisi buruk dari sebuah teknologi.

Berbicara mengenai robot dalam dunia kesehatan, sebenarnya robot bedah telah lama digunakan di ruang operasi. Saat ini, setidaknya sudah ada sekitar 876.000 kasus operasi yang menggunakan robot dilakukan pada 2020 saja.

Dilansir dari laman Gizmodo (31/12), ada beberapa manfaat penggunaan robot di dunia bedah, seperti memiliki presisi yang tinggi sehingga lengan robot mampu menghindari tremor yang dialami manusia dan bekerja dengan ketelitian yang sulit dicapai oleh tangan manusia.

Nah dengan presisi yang tinggi ini, lengan robot dapat menjangkau area yang sulit diakses dalam tubuh, membantu mencegah kerusakan saraf. Selain itu, teknologi ini memungkinkan dokter melakukan prosedur kompleks melalui sayatan kecil (laparoskopi), mempercepat pemulihan pasien.

Tapi, teknologi ini umumnya digunakan sebagai alat bantu, dengan dokter bedah memegang kendali penuh selama prosedur. Oleh karena itu, ada juga beberapa kekhawatiran yang ditimbulkan dari teknologi yang satu ini.

Sebenarnya, tantangan utama dari teknologi ini adalah masih kurangnya pemahaman kontekstual AI. Model AI, termasuk robot otonom, tidak benar-benar "memahami" situasi. Mereka hanya meniru data yang telah dilatih. 

Dalam dunia medis, setiap pasien memiliki variasi anatomi dan patologi yang unik. Jika terjadi situasi tak terduga yang tidak terdata dalam pelatihan AI, konsekuensinya bisa fatal. Di sisi lain, mendapatkan persetujuan dari pihak regulator juga sulit karena kesalahan dalam robot bedah dapat berujung pada risiko tinggi, seperti cedera atau kematian.

Lalu, ada juga kekhawatiran dari sisi hukum. Jika terjadi kesalahan fatal, siapa yang akan bertanggung jawab? Model AI tidak memiliki lisensi medis, dan kesalahan teknologi tidak dapat dihukum seperti dokter manusia. Hal ini menciptakan celah dalam akuntabilitas hukum.

Ada juga kekhawatiran dengan lebih seringnya operasi dengan menggunakan robot, keberadaan manusia dengan tingkat skil bedah yang baik juga ditakutkan menurun. Jadi, jika nantinya ada saat robot tidak bisa digunakan, akan meningkatkan resiko saat penanganan bedah.

Tapi, tetap saja kehadiran robot otonom diharapkan dapat mengurangi beban kerja dokter yang sering kali kewalahan. Namun, ini juga menyoroti masalah sistemik, yaitu kekurangan dokter di AS. Diperkirakan, pada 2036 negara ini akan mengalami defisit antara 10.000 hingga 20.000 dokter bedah, menurut Asosiasi Sekolah Kedokteran Amerika. Solusi jangka panjang mungkin lebih efektif jika fokus pada meningkatkan akses ke pendidikan medis dan memperbaiki kondisi kerja dokter.

Yah, meski robot bedah otonom menawarkan potensi untuk merevolusi dunia medis dengan presisi dan efisiensi yang luar biasa, teknologi ini masih menghadapi tantangan besar, mulai dari aspek teknis, regulasi, hingga etika. Meskipun penelitian ini menarik dari sudut pandang inovasi, risiko yang terkait dengan operasi otonom terlalu besar untuk diabaikan.  

Pada akhirnya, teknologi seperti ini harus dianggap sebagai alat bantu, bukan pengganti dokter. Kehati-hatian dalam mengintegrasikan AI di dunia medis adalah kunci untuk memastikan keselamatan pasien, menjaga kemampuan dokter, dan mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan.

Share
×
tekid
back to top