Kesan kami setelah menjajal Galaxy S10 Plus
Samsung akhirnya memperkenalkan trio Galaxy S10 di Indonesia. Bagaimana rasanya menggunakan salah satu dari ketiga ponsel tersebut?
Samsung Indonesia akhirnya memperkenalkan trio Galaxy S10 di tanah air. Lini Galaxy S10 dipastikan akan menjadi flagship terbaru Samsung. Untuk diketahui, Samsung Galaxy S10 baru saja diperkenalkan secara global dalam acara bertajuk Galaxy Unpacked yang berlangsung di San Francisco.
Kebetulan, saya mendapatkan kesempatan untuk mencicipi manisnya menggunakan Galaxy S10 Plus. Smartphone ini merupakan varian tertinggi dari trio Galaxy S10. Samsung mengklaim banyak menyematkan upgrade jika dibandingkan dengan seri sebelumnya.
Pertama kali menggenggam Galaxy S10, saya cukup terkejut karena bobotnya yang terbilang ringan. Menariknya, smartphone ini terasa sangat kokoh dalam genggaman tangan saya. Di sisi kanan ada tombol power, sementara pada sisi kiri terdapat tombol volume dan tombol untuk mengaktifkan Bixby di bawahnya.
Sayang, posisi tombol powernya terlalu tinggi bagi saya. Butuh sedikit usaha ekstra untuk menggapainya menggunakan ibu jari. Atau kalau mau sedikit repot bisa menggunakan jari telunjuk
Ada opsi lain yang ditawarkan, yakni menggunakan fingerprint sensor. Sensor biometrik di Galaxy S10 series sudah menggunakan ultrasonic fingerprint. Berbeda dengan fingerprint optical biasa, saya harus agak sedikit menekan layar agar sidik jari saya dapat terbaca. Jujur saja, secara kasat mata fitur ultrasoniknya tidak akan bisa dilihat.
Ukuran layarnya 6,4 inci dengan panel Dynamic AMOLED. Layarnya sangat nyaman dipandang berlama-lama. Warnanya tidak berlebihan. Layar melengkungnya membuat Galaxy S10 Plus yang saya pegang tampil dengan sangat mewah.
Panel belakang berbahan metal dengan frame aluminium. Saya senang dengan kualitas bodi Samsung Galaxy S10 Plus ini. Saat diketuk, tidak ada kesan kopong di sana. Padat dan kokoh. Di bagian ini juga terdapat tiga kamera belakang dengan konfigurasi 12 MP lensa wide, 12 MP telefoto dan 16 MP ultrawide. Tak ketinggalan dua kamera depan masing-masing dengan sensor 10 MP dan 8 MP. Asal tahu saja, Samsung membenamkan banyak mode di kamera Galaxy S10 Plus.
Untungnya, saya sempat menjajal beberapa mode yang dimiliki Galaxy S10 Plus. Setidaknya, saya berhasil mencicipi fitur Live Focus, Smart Recognition, dan memotret di kondisi minim cahaya. Hasilnya cukup impresif. Kamera Galaxy S10 Plus mampu mereproduksi warna dengan baik, tidak berlebihan. Detail yang dihasilkan pun sangat baik menurut saya. Padahal kondisi pengujian saat itu sedang mendung dan menjelang gelap.
Setali tiga uang, hasil foto di kondisi minim cahayanya juga cukup baik. Noise masih dapat dikontrol dengan baik. Detail foto tidak serta merta terjun bebas. Masih dapat diterima dengan baik oleh mata saya. Nah, kamera Galaxy S10 Plus punya mode khusus untuk memotret makanan. Fokusnya dapat digeser sesuka hati. Hasilnya, foto makanan akan menjadi fokus, sementara obyek lainnya akan diburamkan secara otomatis.
Sebenarnya saya ingin menjajal bagaimana teknologi reverse charging yang dimiliki Galaxy S10 Plus. Sayangnya fitur ini belum bisa saya gunakan. Pasalnya kapasitas baterai smartphone yang saya gunakan sudah hampir habis. Walhasil, ketika fitur ini diaktifkan, muncul notifikasi bahwa fitur tersebut tidak bisa digunakan dalam kondisi baterai lemah. Akhirnya saya harus mengurungkan niat saya.
Secara keseluruhan, Samsung Galaxy S10 Plus sangat nyaman digunakan. Desainnya cukup mewah dengan frame aluminium yang membuatnya terkesan kokoh. Hasil foto kameranya pun mampu menghasilkan warna yang sangat baik. Performanya gegas berkat chipset Exynos 9820 dengan konfigurasi RAM 12 GB dan memori internal 1 TB. Kalau tertarik memiliki Galaxy S10 Plus, Anda harus menyiapkan dana sebesar Rp23.999.000. Untuk diketahui, Samsung menggelar masa preorder dari 22 Februari hingga 29 Februari 2019.