Kontroversi seputar upaya penetrasi Google ke China
Proyek Dragonfly merupakan langkah Google untuk kembali melakukan penetrasi ke China. Mengapa mereka kembali?
Keputusan Google untuk membuat mesin pencari dan aplikasi berita khusus China menuai kontroversi. Proyek bernama Dragonfly tersebut ditolak lebih dari 1.400 karyawan Google dalam sebuah surat terbuka.
Proyek Dragonfly merupakan salah satu cara Google untuk bisa kembali ke China. Melalui proyek ini, Google membangun sebuah mesin pencari agar kompatibel dengan sensor ketat yang diberlakukan China.
PCMag UK (29/11) melaporkan bahwa proyek Dragonfly bukan sekadar mesin pencari dengan sensor khusus China. Ia pun dikabarkan akan memantau aktivitas penggunanya. Caranya, dengan menghubungkan nomor ponsel pengguna dengan kata kunci yang mereka masukkan dalam mesin pencari tersebut.
Secara teori, praktik tersebut akan memungkinkan pemerintah China untuk memonitor pergerakan pengguna yang kedapatan mencari kata-kata yang dilarang di China. Sesuai dengan peraturan pemerintah China, Dragonfly akan menyensor situs, seperti Wikipedia dan beberapa situs lain yang memuat informasi mengenai kebebasan berpendapat, hak asasi manusia, demokrasi, agama dan beberapa isu lain yang dianggap sensitif oleh pemerintah China.
Untuk diketahui, tahun 2010 Google menutup layanannya di China dan mengarahkan pengguna ke Google Hongkong. Hal ini terjadi lantaran Google –dan beberapa perusahaan Amerika lainnya—menerima serangan siber yang berasal dari China.
Serangan itu terbukti secara rutin mengakses akun Gmail puluhan aktivis HAM yang terhubung dengan China. Tak hanya itu, beberapa platform terkenal, seperti Facebook, Twitter, YouTube, Google Docs bahkan Blogger diblokir aksesnya oleh China.
Proyek Dragonfly akhirnya memicu perdebatan di internal Google sendiri. Sebagian menganggap bahwa proyek Dragonfly tidak sejalan dengan nilai-nilai yang diusung Google, sementara pihak lain menyatakan bahwa langkah Google untuk melakukan penetrasi di China sangat diperlukan. Tak hanya itu, beberapa lembaga HAM seperti Amnesty International juga diketahui menolak proyek ini untuk dilanjutkan.
Perlu diketahui, dengan status negara dengan penduduk terpadat di dunia, menjadikan China sebagai negara dengan pengguna internet paling masif di dunia. Faksi yang menyatakan mendukung proyek Dragonfly pun ikut membuat surat terbuka lengkap dengan tanda tangan.
Google dilaporkan menolak untuk menanggapi pernyataan protes yang dilakukan karyawannya secara langsung. Raksasa teknologi ini justru menyatakan bahwa proyek Dragonfly masih dalam tahap ‘pengembangan’ dan belum akan diluncurkan dalam waktu dekat.
Belum ada yang mengetahui bagaimana dampak yang akan muncul setelah Google merampungkan proyek ini. Yang pasti, proyek Dragonfly Google bagai dua sisi koin yang berbeda. Di satu sisi, proyek ini akan membantu Google mempelajari pendekatan yang berbeda untuk dapat masuk ke China. Namun, di sisi lain muncul kekhawatiran bahwa proyek Dragonfly justru akan memperburuk situasi.