MediaTek berhasil libas Qualcomm dalam prosesor 5G
Qualcomm yang telah lama mendominasi pasar karena popularitasnya di ponsel flagship, telah dikalahkan oleh MediaTek.
Teknologi 5G semakin meluas dari hari ke hari. Apa yang dulunya hanya terlihat pada ponsel flagship beberapa tahun yang lalu, kini dapat ditemukan di ponsel kelas menengah dan bahkan entry-level saat ini. Tentu saja, pasar yang berkembang pesat juga memicu persaingan antar berbagai perusahaan. Misalnya, Qualcomm dan MediaTek bersaing ketat untuk mengamankan tempat mereka di lebih banyak model ponsel pintar.
Dilansir dari Gizmochina (10/7), sebuah studi yang dilakukan Omdia mengungkap pabrikan chipset mana yang lebih sukses di pasar 5G. Menurut laporan tersebut, Qualcomm yang telah lama mendominasi pasar karena popularitasnya di ponsel flagship, telah dikalahkan oleh MediaTek.
Pada kuartal pertama tahun 2023, jumlah ponsel yang menggunakan prosesor 5G MediaTek hanya sebanyak 34,7 juta, namun jumlah ini meningkat sebesar 53% menjadi 53,0 juta pada kuartal pertama tahun 2024. Selama periode yang sama, perangkat berbasis Snapdragon tetap relatif stabil, dengan pengiriman sedikit berubah dari 47,2 juta unit pada Q1 2023 menjadi 48,3 juta pada Q1 2024.
Jika melihat pangsa pasar, MediaTek memimpin dengan 29,2%. Tepat di belakangnya adalah Apple dengan 27% dan Qualcomm dengan 26,5%. Produsen chipset lain seperti Samsung, Google, Huawei, dan UniSoC secara kolektif menyumbang 17% dari pengiriman.
Pangsa ini meningkat karena pertumbuhan Kirin yang didorong oleh seri Huawei Mate 60 Pro dan Nova 12. Tentu saja kebangkitan MediaTek bukan tanpa alasan. Keuntungan terbesar perusahaan dibandingkan Qualcomm adalah harganya.
Jika ada vendor yang berencana menjual ponsel dengan harga sekitar $250 dan ingin menggunakan chipset 5G, maka MediaTek adalah mitra yang tepat. Namun, terlepas dari kesuksesan MediaTek yang tak terbantahkan, profitabilitas tetap menjadi isu yang signifikan.
Ya, MediaTek menjual lebih banyak prosesor daripada Qualcomm. Namun, Qualcomm menghasilkan lebih banyak keuntungan per unit yang terjual. Hal ini berdampak pada budget untuk faktor-faktor seperti penelitian dan pengembangan dan pertumbuhan. Situasi serupa telah terjadi antara Apple dan Samsung selama bertahun-tahun.