sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id acer
Kamis, 19 Agst 2021 18:25 WIB

Mengenal lebih dekat robot AGV yang dipakai pabrik JD.com

Automated Ground Vehicles (AGV) adalah robot pintar yang digunakan warehouse fully-automatic terbesar milik JD.com di Beijing, Tiongkok.

Mengenal lebih dekat robot AGV yang dipakai pabrik JD.com

Tingginya minat terhadap belanja online telah mendorong ecommerce untuk terus meningkatkan kemampuan logistiknya agar dapat lebih maksimal dalam menjangkau dan melayani kustomer. Hal yang sama dialami oleh JD.com, parent company dari JD.ID sekaligus salah satu ecommerce terbesar di Asia.

Berawal dari penjual mesin CD-burning di Beijing, China pada 1998, Richard Liu berhasil mendirikan JD.com hingga menjadi perusahaan berbasis internet Tiongkok pertama yang terdaftar dalam Global Fortune. Berdasarkan laporan dari Senior Manager of Global Corporate Affairs JD.com Yuchuan Wang, total pendapatan JD.com per 2020 mencapai USD114.3 miliar dengan kustomer aktif tahunan sebanyak 500 juta.

Pertumbuhan perusahaan yang merujuk ke arah positif ini tidak lepas dari teknologi yang dihadirkan para insinyur di JDX, pusat inovasi logistik JD.com. JDX merupakan divisi atau tempat para insinyur JD.com meneliti dan mengembangkan robot logistik pintar, termasuk AGV.

AGV atau Automated Ground Vehicles merupakan salah satu robot pintar yang berperan penting di pusat logistik JD.com di Beijing. Robot ini berfungsi untuk memindahkan tumpukan rak berisi produk ke area working station untuk proses selanjutnya oleh pekerja manusia. AGV secara efektif menghemat waktu proses logistik, di mana dapat memenuhi 250 pesanan dalam satu jam, yang mana 3x lebih efisien daripada pemindahan manual.

Kemampuan dan cara kerja AGV

AGV tidak hanya berfungsi sebagai kaki rak. Sejak pesanan dari kustomer dari aplikasi JD.com masuk ke sistem manajemen, AGV akan mencari produk yang dipesan kustomer di pusat logistik, atau tepatnya di area AGV. Robot pintar ini akan memindai QR code di lantai dan di bawah rak, yang menunjukkan letak produk tersebut. Setelah itu, ia akan membawa rak yang berisi produk ke working station, di mana para pekerja manusia akan meneruskan proses.

AGV yang sedang membawa rak ke working station

Jeroan dalam AGV

Seperti yang disebutkan, AGV bekerja dengan memindai barcode. Maka dari itu, robot ini memiliki dua kamera yang diletakkan di bagian bawah dan atas untuk memindai QR code di rak dan lantai.

AGV juga dibekali sensor di bagian depan, untuk membantu menghindari rintangan yang mungkin ditemukan di sekitarnya, termasuk orang. Robot secara otomatis akan berhenti ketika mendeteksi sesuatu di dekatnya dalam radius 3 meter. 

Ketika pengembangan awal di tahun 2016, AGV hanya mampu mengangkat beban dengan berat maksimal 500 kilogram. Namun teknologi ini terus mendapatkan peningkatan, dan kini dapat menahan beban hingga lebih dari 1 ton. 

Di samping itu, AGV dapat bekerja selama 9 jam non-stop. Robot ini dibekali baterai yang dapat diisi ulang di charging station-nya sendiri. Secara otomatis, AGV akan pergi ke charging station ketika mulai merasa ‘lapar.’

Perbedaan AGV dengan sweeping robot

Sekilas, AGV memiliki cara kerja yang sama dengan sweeping robot di rumah. Namun, Yuchuan menjelaskan keduanya teknologi ini berbeda. Sweeping robot dan AGV sama-sama dapat berjalan secara otomatis. Namun bedanya, sweeping robot hanya mempelajari rute dalam pemakaian pertama dan akan mengulanginya di pemakaian selanjutnya.

Sedangkan AGV, secara khusus menggunakan teknologi yang real-time dan on-time, di mana sistem mempelajari rute setiap beroperasi. Robot ini tidak menetapkan satu rute pasti, melainkan selalu memperbaruinya berdasarkan pesanan yang diterima sistem.

Ekspansi teknologi AGV ke Indonesia

Hadirnya teknologi AGV tentu sangat memudahkan proses logistik di warehouse dan menghemat banyak waktu, sehingga pesanan bisa cepat diterima kustomer. Namun teknologi tidak bisa diimplementasikan begitu saja di pasar lain, termasuk Indonesia. Harus ada supply dan demand yang seimbang. Dengan kata lain, teknologi baru akan berfungsi lebih optimal apabila jumlah pesan.

“Jadi kalau kita bertanya tentang otomatisasi itu semuanya tergantung dengan order. Dan khususnya di Indonesia, karena order (pesanan) di Indonesia ini masih sangat jauh dibandingkan dengan China, makanya kita tidak langsung membuat warehouse kita untuk fully automatic sama seperti di China. Tapi warehouse kita sudah semi automatic,” kata Sendy Sopacua, Head of Warehouse of JD.ID dalam media virtual tour ke warehouse robotik JD.com di Beijing.

Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan dan potensi apabila JD.com mengekspansi teknologi warehouse-nya ke Indonesia di waktu yang akan datang dan JD.ID akan dengan terbuka menerimanya. Sendy juga menuturkan, warehouse JD.ID kini menampung 10 juta unit dengan kapasitas produksi 100 ribu pesanan per harinya. Warehouse-nya pun kini tersebar di Medan, Pontianak, Palembang, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar sebagai Front Distribution Center (FDC). Sedangkan 5 Regional Distribution Center (RDC) terletak di Jakarta.

Share
×
tekid
back to top