OpenAI luncurkan model AI o1 yang mampu memverifikasi fakta secara mandiri
Model OpenAI o1 merupakan keluarga dari beberapa model, termasuk o1-preview dan o1-mini, model yang lebih kecil dan efisien untuk menghasilkan kode.
OpenAI, perusahaan pengembang ChatGPT, telah mengumumkan peluncuran produk terbaru mereka, model kecerdasan buatan generatif yang diberi nama OpenAI o1. Model ini diklaim mampu melakukan pengecekan fakta secara mandiri, sebuah kemampuan yang menjadikannya berbeda dari model AI generatif lainnya.
Dilansir dari Tech Crunch (13/9), model OpenAI o1 merupakan keluarga dari beberapa model, termasuk o1-preview dan o1-mini, model yang lebih kecil dan efisien untuk menghasilkan kode. Kedua model ini kini tersedia di ChatGPT dan API OpenAI. Namun, pengguna harus berlangganan ChatGPT Plus atau Team untuk mengaksesnya, sementara pengguna Enterprise dan institusi pendidikan akan mendapatkan akses awal pekan depan.
Meski menjanjikan, model o1 masih memiliki keterbatasan. Tidak seperti pendahulunya, GPT-4o, model o1 saat ini belum dapat melakukan browsing web atau menganalisis file. Fitur analisis gambar yang dimiliki juga dinonaktifkan sementara untuk pengujian lebih lanjut. Model ini juga memiliki batasan penggunaan, yakni 30 pesan per minggu untuk o1-preview dan 50 pesan untuk o1-mini.
Selain itu, biaya penggunaan o1 melalui API terbilang mahal. Biaya penggunaan o1-preview mencapai $15 per satu juta input token dan $60 per satu juta output token—tiga kali lipat lebih mahal dibandingkan GPT-4o. Meski OpenAI berencana untuk menyediakan akses o1-mini bagi semua pengguna ChatGPT gratis, belum ada tanggal rilis yang ditetapkan.
Menurut OpenAI, o1 dapat menghindari beberapa kesalahan penalaran yang biasanya terjadi pada model AI generatif karena mampu memeriksa fakta secara mandiri dengan mempertimbangkan setiap bagian dari pertanyaan. Model ini dirancang untuk "berpikir" sebelum merespons, membuatnya cocok untuk tugas yang membutuhkan analisis mendalam dan penalaran kompleks.
Dalam serangkaian posting di platform X, Noam Brown, peneliti dari OpenAI, mengungkapkan bahwa o1 dilatih menggunakan pembelajaran penguatan (reinforcement learning). Model ini diajarkan untuk "berpikir" melalui rangkaian pemikiran privat dan diberikan penghargaan saat memberikan jawaban yang benar serta penalti saat salah.
Pablo Arredondo, Wakil Presiden Thomson Reuters, yang telah menguji model ini, menyebutkan bahwa o1 lebih unggul dibandingkan model sebelumnya, GPT-4o, terutama dalam menganalisis dokumen hukum dan menyelesaikan masalah dalam permainan logika LSAT. Dalam ujian kualifikasi untuk International Mathematical Olympiad (IMO), o1 berhasil memecahkan 83% masalah, jauh lebih baik dibandingkan GPT-4o yang hanya berhasil menyelesaikan 13%.
Meskipun demikian, OpenAI o1 tidak sepenuhnya sempurna. Model ini dapat memerlukan waktu yang lebih lama untuk menjawab beberapa pertanyaan, dan terkadang membuat kesalahan atau menghasilkan jawaban yang salah. Ethan Mollick, profesor di Wharton, mengungkapkan bahwa model ini masih menunjukkan kesalahan dan "halusinasi" dalam beberapa kasus.
OpenAI menghadapi persaingan ketat dari perusahaan lain yang juga mengembangkan metode penalaran untuk meningkatkan akurasi model AI mereka. Para peneliti Google DeepMind, misalnya, telah mempublikasikan studi yang menunjukkan bahwa memberikan lebih banyak waktu dan panduan kepada model AI dapat meningkatkan performa mereka tanpa memerlukan perubahan tambahan.
Ke depan, tantangan terbesar OpenAI adalah membuat model o1 tersedia secara luas dan dengan harga yang lebih terjangkau. OpenAI berencana untuk terus mengembangkan model o1 agar dapat melakukan penalaran selama berjam-jam, berhari-hari, atau bahkan berminggu-minggu untuk meningkatkan kemampuan reasoning-nya.
Dengan peluncuran o1, OpenAI tidak hanya menjadi pelopor dalam pengembangan model AI yang mampu memverifikasi fakta secara mandiri, tetapi juga membuka jalan baru bagi evolusi teknologi kecerdasan buatan di masa depan.