Operator telah terapkan konsep Fixed Mobile Convergence (FMC) untuk bisnis baru
Dengan menggunakan FMC, pengguna akan dapat menggunakan layanan internet secara terus-menerus, kapan pun dan di mana pun.
Dilatarbelakangi terus menurunnya Average Revenue Per User (ARPU) lantaran perang harga dan saturasi di layanan seluler, operator telekomunikasi Indonesia kini dapat mendulang keuntungan terbaru lewat Fixed Mobile Convergence (FMC). FMC sendiri adalah sebuah konsep yang menggabungkan jaringan mobile dan fixed broadband. Menggunakan FMC, pelanggan akan dapat menggunakan internet secara terus-menerus, kapan pun dan di mana pun.
Kabar tersebut diungkapkan pada acara Indotelko Forum, yang mengungkapkan bahwa FMC bisa menjadi mesin pertumbuhan baru di sisi keuangan bagi operator jika tidak terjebak dengan perang harga.
“FMC harus dijadikan sebagai era baru layanan broadband di Indonesia di mana dari sisi kecepatan pelanggan merasakan true broadband, dari sisi harga terjangkau, dan pelayanan purna jual membuat nyaman pelanggan,” kata Doni Ismanto, Founder IndoTelko Forum.
Sejalan dengan itu, Ahmad Reza, SVP Corporate Communication & Investor Relation Telkom, mengakui bahwa FMC adalah bisnis baru bagi perusahaan operator. Saat ini kondisi industri telekomunikasi selama 10 tahun terakhir pertumbuhannya hanya 2% dengan belanja modal terus meningkat dan Earning Before Interest Tax and Depreciation (EBITDA) yang tertekan.
“Bagi Telkom, harus ada bisnis baru yang menguntungkan masyarakat dan juga negara. Telkom melihat besarnya peluang pasar di fixed broadband karena penetrasinya baru 14% dibanding mobile broadband (wireless). Kalau dengan FMC ini kita bisa dapat next 5 juta pelanggan dalam 1 tahun pertama. Bayangkan kalau kita gabungkan Indihome dengan Orbit nanti yang kick of pemasarannya akan dilakukan pada Agustus mendatang," kata Ahmad.
Pencapaian target 5 juta pelanggan tersebut dilakukan dengan cross selling, baik untuk pengguna Indihome dan pengguna Telkomsel. Pemasarannya juga tidak akan massif karena akan menggunakan skema one on one selling. Serta sasaran utamanya adalah pengguna keluarga. Nantinya akan ada nama produk baru "gabungan" Indihome dan Telkomsel ini. Harga produk baru ini, juga tidak akan di atas ARPU Indihome di Rp 265.000 dan tidak akan di bawah ARPU Orbit Rp 70.000.
Sementara itu, XL Axiata diklaim sebagai pionir FMC di Indonesia saat ini dengan menggabungkan layanan Link Net dalam produk XL Satu. Saat ini XL Satu sudah memiliki 350.000 pelanggan, atau melebihi target 30% pelanggan dari sebelumnya. XL Axiata pun kemudian menargetkan mendapatkan 40% pelanggan baru di tahun ini.
"FMC ini demand-nya ada, dari survei kami pelanggan menyukai layanan XL Satu karena easy to manage, ada single app, single bill, single kuota dan lainnya yang belum ada di layanan operator negara lain," kata Group Head Indirect Channel Management XL Axiata, Junius Koestadi.
Ada pun tantangan terbesar layanan FMC ini adalah integrasi jaringan mobile XL Axiata dengan mitra, bagaimana menyatukannya dengan cepat. “Tantangan lain dari sisi konsumen, yakni bagaimana mengkomunikasikan XL Satu dan benefitnya ke konsumen. Kami selalu bilang ini internet untuk kebutuhan di luar rumah, di rumah dan berbagi ke keluarga," kata Junius.
Sementara itu ada perbedaan antara layanan 5G dan FMC. Saat ini, kebutuhan penggunaan 5G di Indonesia belum banyak, yakni baru untuk segmen enterprise dan fixed wireless.
"Saya lihat ini hal baru karena dulu selalu mobile service, FMC ini baru permulaan. Sementara penetrasi fixed broadband bisa 14 %juga didorong oleh double play konvergensi layanan TV dan internet. FMC ini bisa jadi next double play yang bisa dorong penetrasi fixed broadband jadi 20-30 persen ke depannya," kata Analis BRI Danareksa, Niko Margaronis.