Dilepas dari penjara, Pavel Durov CEO Telegram tidak bisa tinggalkan Prancis
Meski telah dilepaskan dari penjara, CEO Telegram Pavel Durov masih belum bisa meninggalkan Prancis karena harus melakukan pemeriksaan dua kali seminggu.
Setelah sebelumnya ditangkap, bos dan pendiri Telegram, Pavel Durov akhirnya dilepaskan. Sebelumnya, Durov ditangkap oleh pihak berwajib Prancis atas dugaan kriminal dan harus menjalani penyelidikan terkait aplikasi yang dimilikinya tersebut.
Meski telah dilepas dari penjara, namun Durov dikabarkan masih belum bisa pergi dari Prancis. Soalnya, dia masih harus datang ke kantor polisi Prancis dua kali seminggu dan diwajibkan membayar deposit sebesar 5 juta Euro atau sekitar Rp85,7 miliar.
Bagi kalian yang belum tahu, Durov pertama kali ditahan saat tiba di bandara Le Bourget di utara Paris Sabtu lalu berdasarkan surat perintah atas pelanggaran terkait aplikasi tersebut. Pria kelahiran Rusia dan memiliki kewarganegaraan Prancis tersebut langsung dibawa dan diperiksa.
Dalam pernyataan hari Rabu, jaksa penuntut Paris mengatakan bahwa Durov telah diselidiki secara resmi atas dugaan pelanggaran yang mencakup:
- Keterlibatan dalam pengelolaan platform daring untuk memungkinkan transaksi ilegal oleh kelompok terorganisir
- Penolakan untuk berkomunikasi dengan pihak berwenang
- Keterlibatan dalam distribusi gambar seksual anak oleh kelompok kriminal terorganisir
Seperti dilansir dari laman BBC (29/8), di Prancis, penyelidikan formal tidak menyatakan seseorang bersalah atau mesti berujung pada persidangan. Tetapi hal ini menunjukkan bahwa hakim menganggap ada cukup kasus untuk melanjutkan penyelidikan.
Hingga saat ini, Durov belum memberikan komentar publik mengenai perkembangan terkini. Pengacaranya, David-Olivier Kaminski, mengatakan Telegram mematuhi semua peraturan digital Eropa dan dimoderasi dengan standar yang sama seperti jejaring sosial lainnya.
"Tidak masuk akal untuk menyarankan kliennya terlibat dalam tindakan kriminal yang tidak berkaitan dengannya baik secara langsung maupun tidak langsung,” tambah Kaminski.
Menariknya, hingga saat ini belum ada kasus dimana pemilik platform media sosial ditangkap karena cara platform itu digunakan. Hal ini kemudian memicu perdebatan sengit daring tentang kebebasan berbicara dan akuntabilitas.
Padahal, ada banyak media sosial yang memiliki konten yang sensitif dan dapat diakses semua pengguna platform, seperti X misalnya. Hingga saat ini, Elon Musk sebagai pemilik perusahaan tersebut dan Jack Dorsey pemilik sebelumnya (Twitter) tidak dipermasalahkan mengenai konten yang ada di platform tersebut.
Di sisi lain, Musk juga membela Durov, dengan menyatakan bahwa moderasi adalah "kata propaganda" untuk penyensoran. Ia telah menyerukan pembebasan Durov. Selain itu, Chris Pavlovski, pendiri aplikasi berbagi video kontroversial bernama Rumble, mengatakan dia telah meninggalkan Eropa setelah penahanan Durov.