Peneliti kembangkan sensor canggih untuk deteksi kanker paru-paru hanya dari napas
Para peneliti dari Zhejiang University, Tiongkok, telah mengembangkan sensor nanoskala yang dapat mendeteksi kanker paru-paru.
Para peneliti dari Zhejiang University, Tiongkok, telah mengembangkan sensor nanoskala yang dapat mendeteksi kanker paru-paru dengan menganalisis kadar senyawa kimia tertentu yang disebut isoprene dalam napas Anda. Penemuan ini dianggap sebagai metode non-invasif dan murah untuk mendeteksi penyakit ini lebih awal, yang potensial untuk menyelamatkan banyak nyawa. Teknologi ini memberikan harapan baru bagi diagnosis kanker paru-paru yang sering kali terlambat terdeteksi karena kurangnya gejala pada tahap awal.
Dilansir dari New Atlas (20/11), isoprene adalah senyawa yang dilepaskan saat tubuh menguraikan lemak dalam proses metabolisme kolesterol. Penurunan kadar isoprene dalam napas dapat menunjukkan adanya kanker paru-paru. Untuk mencapai sensitivitas yang tinggi, peneliti telah mengembangkan material sensor gas canggih berbasis oksida indium. Sensor ini mampu mendeteksi kadar isoprene dalam rentang parts-per-billion (ppb), yang menunjukkan tingkat akurasi yang sangat tinggi dalam mendeteksi senyawa ini.
Sensor ini, yang dikenal sebagai Pt@InNiOx, menggunakan nanoflakes berbahan platinum (Pt), indium (In), dan nickel (Ni). Sensor ini tidak hanya dapat mendeteksi kadar isoprene sebesar 2 ppb tetapi juga lebih responsif terhadap isoprene dibandingkan senyawa lain yang ditemukan dalam napas manusia. Selain itu, sensor ini menunjukkan kinerja konsisten selama uji yang dilakukan, menandakan keandalannya untuk digunakan dalam aplikasi medis sehari-hari.
Untuk menguji potensi medis dari sensor ini, peneliti mengintegrasikannya ke dalam perangkat portabel dan menggunakan sampel napas dari 13 peserta, lima di antaranya menderita kanker paru-paru. Perangkat tersebut mendeteksi kadar isoprene lebih rendah dari 40 ppb pada sampel dari peserta dengan kanker dan lebih dari 60 ppb dari peserta tanpa kanker. Hasil ini menunjukkan potensi besar untuk mendeteksi kanker paru-paru lebih awal, lebih mudah, dan dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan metode konvensional, seperti biopsi dan pencitraan medis yang sering kali invasif dan mahal.
Dengan adanya teknologi sensor ini, deteksi kanker paru-paru dapat dilakukan lebih cepat dan lebih akurat, meningkatkan peluang untuk perawatan yang lebih efektif dan hasil yang lebih baik bagi pasien. Teknologi ini tidak hanya memberikan kemudahan bagi pasien tetapi juga membuka peluang baru bagi profesional kesehatan untuk melakukan diagnosis lebih dini. Peneliti berharap bahwa teknologi ini dapat dikembangkan lebih lanjut dan diterapkan secara komersial untuk membantu lebih banyak pasien di seluruh dunia.
Penerapan teknologi sensor ini menandai langkah penting dalam penggunaan kecerdasan buatan dan nanoteknologi di bidang kedokteran. Dengan semakin majunya teknologi, diharapkan lebih banyak penyakit dapat dideteksi dan diobati pada tahap yang lebih awal, memberikan harapan baru bagi pasien dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Upaya berkelanjutan dalam penelitian dan pengembangan teknologi seperti ini sangat penting untuk masa depan medis yang lebih baik dan lebih canggih.