Perusahaan Tiongkok mulai tinggalkan NVIDIA
Karena tidak ingin bergantung dengan teknologi asal Amerika, beberapa perusahaan Tiongkok, termasuk ByteDance mulai tinggalkan NVIDIA untuk latih AI mereka.
Perang dagang antara Amerika dan Tiongkok hingga saat ini terus memanas. Mereka saling melakukan pemblokiran impor dan ekspor terkait dengan teknologi, yang dimana dianggap dapat dijadikan alat untuk memata-matai keadaan dalam negeri.
Pembatasan ekspor dan impor ini juga termasuk alat-alat berteknologi yang dapat mempercepat perkembangan teknologi. Salah satunya adalah pengiriman GPU AI yang bisa mempercepat proses pengembangan AI.
Salah satu raksasa yang membuat GPU khusus AI adalah NVIDIA. Saat ini, NVIDIA H100 adalah GPU terkencang untuk urusan pembelajaran AI yang merupakan salah satu contoh yang tidak boleh diekspor ke Tiongkok.
Memang, ada pengganti dari GPU tersebut yang masih dapat diekspor ke Tiongkok yakni NVIDIA H20. Namun, GPU yang satu ini performanya sudah “disunat” untuk dapat masuk ke regulasi agar dapat diekspor ke negara tersebut.
Tapi sayangnya, menurut Techradar (14/10), penggunaan GPU dari luar Tiongkok akan terus menurun. Salah satu contoh yang dikabarkan akan meninggalkan NVIDIA untuk mesin pembelajaran AI mereka adalah ByteDance.
Perusahaan induk TikTok tersebut mengatakan bahwa mereka akan menggunakan hardware milik Huawei untuk server pembelajaran AI mereka. Hal ini akan menjadi pukulan yang sangat besar bagi NVIDIA, karena sebelumnya ByteDance menggelontorkan lebih dari USD2 miliar untuk membeli GPU dari NVIDIA sepanjang 2024 ini saja.
Sebagai gantinya, mereka membeli lebih dari 100 ribu Ascend 910B. Namun, dengan beralih ke chip Ascend Huawei mungkin merupakan langkah strategis bagi pemilik TikTok, tetapi bukan berarti mereka tidak menghadapi tantangan.
Model AI ByteDance yang sudah ada, seperti Doubao dan Jimeng, dibuat menggunakan perangkat keras yang lebih canggih dan digunakan dalam berbagai aplikasi mulai dari chatbot hingga alat konversi teks ke video.
Tujuan utama perusahaan ini adalah mengurangi ketergantungannya pada Nvidia. Akan tetapi peralihan ke chip Ascend Huawei dapat menghambat kemampuannya untuk melatih model yang lebih kompleks karena memiliki spesifikasi yang lebih rendah.
Strategi ByteDance saat ini sepertinya untuk mengatasi pembatasan perdagangan AS sambil mencari pemasok lokal untuk membantunya mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam AI. Perusahaan tersebut baru-baru ini berinvestasi di Xinyuan Semiconductors, produsen chip memori asal Tiongkok, yang dapat mengarah pada pengembangan seperti headset VR untuk bersaing dengan Quest milik Meta dan Vision Pro milik Apple.