sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id wd
Sabtu, 19 Des 2020 11:39 WIB

Sejarah dan evolusi jaringan seluler, dari 1G hingga 5G

Indonesia selangkah lebih dekat dengan jaringan 5G. Lantas bagaimana sejarah terbentuknya jaringan seluler sampai pada generasi kelima ini?

Sejarah dan evolusi jaringan seluler, dari 1G hingga 5G
Source: ITGIC

Korea Selatan merupakan negara pertama yang mendeklarasikan standar nirkabel seluler generasi kelima atau yang dikenal 5G. Hadirnya 5G merupakan kemajuan besar bagi industri seluler sejak pertama kali meluncurkan telepon seluler pertama pada 1973. Setelah Korea Selatan, negara-negara besar mulai mengadopsi jaringan nirkabel ini pada 2020. Dan Indonesia sudah selangkah lebih dekat dengan 5G, dimana Kemenkominfo mengumumkan pemenang lelang frekuensi 2,3 GHz yang dapat digunakan untuk menggelar jaringan 5G. Penerapan 5G sendiri di Indonesia akan dimulai bertahap tahun depan.

Setiap generasi standar nirkabel – atau yang disingkat G – telah memperkenalkan kemajuan. Meskipun standar resminya belum ditetapkan, 5G diharapkan dapat berjalan tiga kali lebih cepat dari standar 4G saat ini. Untuk sampai pada titik ini, jaringan seluler nirkabel telah melewati berbagai generasi, dimana 1G sebagai generasi pembuka.

1G: Awal dari jaringan seluler

Jaringan seluler pertama kali dibesut di Tokyo, Jepang oleh Nippon Telegraph and Telephone (NTT) pada 1979. Lima tahun kemudian, 1G mulai diluncurkan NTT untuk mencakup seluruh daerah di Jepang. Setahun sebelumnya (1983), Amerika Serikat juga sudah menyetujui operasi 1G pertama dengan Motorola DynaTAC sebagai salah satu ponsel seluler pertama yang digunakan. Lalu, negara lain seperti Kanada dan Inggris pun ikut melancarkan jaringan ini beberapa tahun kemudian.

Sebagai jaringan seluler pembuka, kelemahan pasti ada. Saat itu, 1G diklaim memiliki jangkauan yang buruk dan kualitas suara rendah. Dukungan roaming antar operator pun tidak ada karena sistem yang beroperasi dengan rentang frekuensinya berbeda-beda. Dan yang paling buruk jika kita lihat dari sudut pandang masa kini, panggilan 1G tidak dienkripsi, sehingga siapapun yang memiliki pemindai radio dapat melakukan panggilan yang sama.

Terlepas dari kekurangan tersebut, 1G dapat dikatakan berhasil karena telah membuka jalan bagi generasi kedua, yang disebut 2G. DynaTAC pun mengumpulkan 20 juta pelanggan global. Angka yang cukup mencengangkan untuk tahun 1990.

2G: Revolusi budaya

Ini merupakan awal dari dunia digital pertama kali. Teknologi panggilan yang dienkripsi dan panggilan suara digital yang secara lebih jelas lahir pada era ini. Pada 1991, 2G diluncurkan di bawah standar GSM di Finlandia. Lebih dari sekadar telekomunikasi, jaringan seluler kali ini menghasilkan cara berkomunikasi baru, yaitu dengan pesan teks (SMS), pesan gambar, dan pesan multimedia (MMS) di ponsel. Hal ini menyebabkan adopsi massal oleh konsumen dan bisnis dalam skala yang belum pernah ada sebelumnya.

Operator terus mengembangkan jaringan ini hingga mencatat kecepatan 40 kbit/detik dan koneksi EDGE hingga 500 kbit/ detik di akhir era. Meski relatif lambat, namun 2G telah merevolusi industri bisnis seluler dan meninggalkan dunia analog selamanya.

3G: Revolusi Paket Data

NTT DoCoMo meluncurkan 3G pada 2001. Peluncuran ini membawa layanan roaming untuk pertama kalinya. Pengguna dapat mengakses data dari lokasi manapun di dunia berkat paket data yang mendorong konektivitas web distandarisasi.

Pada era ini, layanan baru seperti konferensi video, streaming video, dan voice over IP (contohnya Skype) dilahirkan. Selain itu, Blackberry juga muncul satu tahun setelah 3G diluncurkan. Banyak juga fitur-fitur baru memungkinkan dukungan konektivitas 3G. Saat itu diklaim bahwa kemampuan transfer data 3G 4x lebih cepat dari 2G.

Popularitas 3G terbilang cukup lama. Setelah 6 tahun, kejayaan 3G mulai meredup dengan ditandai peluncuran iPhone.

4G: Era Streaming

Stockholm dan Oslo menjadi kota pertama yang menggunakan 4G dengan standar Long Term Evolution (LTE) pada 2009. 4G menawarkan akses web seluler cepat hingga 1GB/ detik. Kemampuan ini memfasilitasi layanan permainan, video HD, dan konferensi video HQ.

Transisi 3G ke 4G memerlukan perangkat seluler yang berbeda, tidak semudah 2G ke 3G yang hanya tinggal mengganti kartu SIM. Namun demikian, hal ini memberikan keuntungan kepada produsen perangkat. Apple menjadi salah satu merek yang meraih puncak kejayaannya saat itu dengan meraup triliun dolar.

Meskipun 4G menjadi standar nirkabel seluler di seluruh dunia sebelum adanya generasi selanjutnya, beberapa wilayah masih terganggu dengan kelambatan jaringan dan penetrasi 4G LTE yang rendah. Sebut saja di Inggris, menurut platform data seluler Ogury, hanya 53% dari penduduk Inggris yang dapat mengakses jaringan 4G, seperti yang dilaporkan Brain Bridge

5G: Era Internet of Things

Secara keseluruhan, 5G masih dalam pengembangan meskipun beberapa negara sudah ada yang menggunakannya. Namun, rencana penerapan jaringan seluler generasi kelima ini sebenarnya sudah disebut-sebut sejak lama. Dilansir dari Tech Republic, Kevin Ashton menciptakan frasa Internet of Things tahun 1990-an melalui presentasinya.

IoT disebut-sebut sebagai revolusi digital besar berikutnya yang akan membuat miliaran perangkat terhubung dengan mulus dan berbagi data di seluruh dunia. Menurut Ashton, ponsel bukanlah ponsel, melainkan IoT di saku Anda; sejumlah sensor yang terhubung ke jaringan yang membantu Anda menyelesaikan segalanya mulai dari navigasi hingga fotografi hingga komunikasi dan banyak lagi. IoT akan melihat data berpindah dari pusat server dan ke 'perangkat edge' seperti peralatan berkemampuan Wi-Fi.

Pada 2008, NASA membantu meluncurkan Machine-to-Machine Intelligence (M2Mi) Corp untuk mengembangkan teknologi IoT dan M2M, serta teknologi 5G yang diperlukan untuk mendukungnya. Pada tahun yang sama, Korea Selatan mengembangkan program R&D 5G, sementara New York University mendirikan NYU WIRELESS yang berfokus pada 5G pada tahun 2012.

Konektivitas superior yang ditawarkan oleh 5G menjanjikan untuk mengubah segalanya mulai dari perbankan hingga perawatan kesehatan. 5G menawarkan kemungkinan inovasi seperti operasi jarak jauh, telemedicine, dan bahkan pemantauan tanda vital jarak jauh yang dapat menyelamatkan nyawa. Sekarang, tinggal menunggu beberapa bulan lagi hingga jaringan seluler generasi kelima ini mulai dikembangkan di Indonesia.

Share
×
tekid
back to top