Suplemen antioksidan tak efektif untuk performa atlet
Gagasan dasarnya adalah bahwa antioksidan dapat mengatasi kerusakan sel akibat stres oksidatif yang terjadi selama aktivitas fisik intensif.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa suplemen antioksidan mungkin tidak memberikan manfaat yang diharapkan bagi atlet dan bahkan bisa merugikan performa mereka. Temuan ini berpotensi merombak kebiasaan banyak atlet yang mengonsumsi suplemen antioksidan untuk meningkatkan kebugaran dan daya tahan mereka.
Dilansir dair sciencenews.org (3/8), selama beberapa dekade, suplemen antioksidan, seperti vitamin C dan E, telah menjadi pilihan populer di kalangan atlet. Gagasan dasarnya adalah bahwa antioksidan dapat mengatasi kerusakan sel akibat stres oksidatif yang terjadi selama aktivitas fisik intensif. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa dosis tinggi antioksidan dalam bentuk pil dapat mengganggu sistem internal sel yang menangani stres oksidatif secara alami.
Menurut American College of Sports Medicine, sekitar 50 persen atlet elit menggunakan suplemen vitamin dengan harapan meningkatkan performa. Pada tahun 2014, penjualan suplemen vitamin di AS mencapai hampir $25 miliar, dengan vitamin C menjadi salah satu yang paling populer.
Namun, hasil studi terbaru menunjukkan bahwa konsumsi suplemen antioksidan dalam dosis tinggi dapat mengurangi efektivitas latihan dan bahkan memperburuk hasil latihan. Penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Physiology–Endocrinology and Metabolism pada tahun 2012 menyebutkan bahwa pil antioksidan "lebih buruk daripada tidak berguna".
Temuan ini dikonfirmasi oleh studi meta-analisis yang diterbitkan dalam Applied Physiology, Nutrition, and Metabolism, yang menunjukkan bahwa vitamin E tidak melindungi dari kerusakan oksidatif atau meningkatkan performa otot.
Para peneliti menjelaskan bahwa meskipun antioksidan dari makanan tampak bermanfaat, dosis tinggi dari suplemen dapat mengganggu mekanisme internal sel yang membantu adaptasi terhadap stres oksidatif. Penelitian menunjukkan bahwa tubuh mungkin memerlukan tingkat oksidasi tertentu untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot.
Studi yang dilakukan pada atlet triathlon dan pelari ultramarathon menunjukkan bahwa dosis tinggi vitamin E dan C tidak hanya gagal mengurangi stres oksidatif tetapi juga dapat memperburuknya. Salah satu studi menyebutkan bahwa atlet yang mengonsumsi vitamin E menunjukkan tingkat stres oksidatif dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi suplemen.
Para ahli mengingatkan bahwa meskipun suplemen antioksidan menjadi pilihan populer, atlet sebaiknya fokus pada konsumsi makanan sehat yang kaya antioksidan daripada mengandalkan suplemen. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan apakah suplemen antioksidan benar-benar bermanfaat atau justru berisiko bagi atlet.