sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id wd
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id samsung
Jumat, 27 Mei 2022 15:55 WIB

Tekan emisi karbon di Indonesia, ahli sarankan segera beralih ke kendaraan listrik

Sebagai upaya untuk menekan emisi gas karbon di Indonesia, penggunaan moda transportasi listrik menjadi penting untuk segera direalisasikan.

Tekan emisi karbon di Indonesia, ahli sarankan segera beralih ke kendaraan listrik
Pixabay

Penggunaan teknologi transportasi yang ramah lingkungan penting untuk direalisasikan di Indonesia untuk menekan emisi gas karbon di udara yang dapat berdampak pada tidak stabilnya cuaca. Menurut I Gusti Ayu Andani, Anggota Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung (ITB), Indonesia saat ini menjadi salah satu penyumbang emisi gas karbon nomor 10 terbesar di dunia. Hal itu disampaikannya dalam webinar yang diadakan Forum Wartawan Teknologi (Forwat), Rabu, 25 Mei 2022.

"Dan yang perlu diperhatikan, dari tahun ke tahun, tak ada penurunan emisi secara signifikan di Indonesia. Bahkan, peningkatan level emisi karbon Indonesia itu tiap tahun selalu lebih tinggi dari rate global," katanya.

Data World Resource Institute menyebut, Indonesia telah menyumbang 2,03 % emisi gas karbon di dunia. Sektor transportasi tercatat sebagai penyumbang emisi terbesar, yaitu 15 persen terhadap keseluruhan emisi gas rumah kaca di dunia.  

Hal serupa juga diungkap Fabby Tumiwa, Executive Director Institute for Essential Service Reform. Dia menuturkan, emisi dari sektor transportasi menyumbang 27% dari total emisi atau sekitar 160 juta ton emisi karbon di Indonesia pada tahun 2020. Selain itu, penyumbang emisi terbesar lainnya, yaitu berasal dari sektor ketenagalistrikan sebesar 35%. 

Fabby menambahkan, untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) di tahun 2050, perlu adanya dekarbonisasi dari kedua sektor tersebut.

“Khususnya sektor transportasi, salah satunya adalah dengan peralihan kendaraan listrik,” ucap Fabby.

Senada dengan Fabby, Ayu mengatakan, kendaraan listrik dapat dianggap sebagai kendaraan masa depan yang ramah lingkungan. Hal ini karena mampu mengurangi emisi gas karbon yang dibuang ke udara. 

Menurut Ayu, saat ini Indonesia tengah beralih dari kendaraan konvensional menuju kendaraan listrik berbasis baterai secara perlahan. Dia mencontohkan, TransJakarta yang beberapa bulan lalu mulai mengoperasikan 30 kendaraan listrik untuk empat jalur yang berbeda. 

“Hingga akhir tahun ini, ditargetkan ada 100 armada bus listrik TransJakarta,” ujar Ayu. 

Untuk mencapai pembangunan transportasi hijau yang berkelanjutan, Ayu memaparkan konsep transportasi pintar. Empat komponen penting dari sistem transportasi pintar, yaitu shared mobility, automated mobility, electric mobility dan integrated mobility. Shared mobility mencakup penggunaan moda transportasi ride-sharing dan kendaraan yang lebih ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik. 

"Shared mobility adalah ride sharing, seperti yang sudah diterapkan perusahaan, seperti Gojek. Juga mobilitas yang terintegrasi dimana semua angkutan sudah terkoneksi dan terintegrasi satu sama lain. Sedangkan electric mobility adalah menggunakan kendaraan yang lebih ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik," papar Ayu. 

VP Corporate Affairs Gojek, Teuku Parvinanda, yang juga menjadi salah satu pembicara dalam webinar tersebut mengatakan, Gojek menargetkan untuk mencapai nol emisi pada tahun 2030. Selain itu, perusahaan juga menargetkan nol sampah, dan nol hambatan. 

"Ramah Lingkungan juga merupakan isu yang relevan dan perlu menjadi perhatian serta prioritas kita bersama. Niat untuk memberikan yang terbaik bagi para pihak dalam ekosistem kami sudah ada sejak awal, dengan mengatasi tantangan nyata yang dihadapi warga Indonesia setiap harinya, karena itu kami hadirkan beragam inovasi mulai dari kehadiran fitur GoGreener pada aplikasi kami, uji coba kendaraan listrik, hingga GoTransit," papar pria yang kerap disapa Andri itu.

Selain itu, kata dia, Gojek mempercepat proses transisi menuju kendaraan listrik (EV) di Indonesia dengan melakukan uji coba 500 unit EV roda dua di Jakarta Selatan. Guna menjawab tantangan infrastruktur kendaraan listrik, Gojek berkolaborasi dengan Pertamina untuk menyediakan stasiun penukaran baterai, di tujuh (7) pompa bensin Pertamina di Jakarta Selatan. 

Dengan demikian, mitra driver Gojek bisa mencoba motor listrik dengan keuntungan operasional yang lebih murah dibandingkan dengan motor konvensional. 

"Di akhir tahun 2021, Gojek berkolaborasi dengan TBS Energi Utama telah membentuk Electrum untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Kemudian  di Februari 2022, komitmen ini kami perkuat lagi bersama beberapa pihak, yaitu Pertamina, Gesits, Gogoro serta menghadirkan layanan GoRide elektrik. Sehingga, selain menghadirkan moda transportasi ramah lingkungan, kami pun memastikan kemudahan akses bagi konsumen dan juga mitra kami," papar Andri.

Share
×
tekid
back to top