Peneliti temukan teknologi pemindai wajah masih bias antara gender dan ras
Mereka menemukan bahwa alat pemindai Microsoft memiliki lebih banyak melakukan kesalahan dalam membedakan gender dan ras.
Pada saat ini, penggunaan pemindai wajah sudah banyak digunakan di berbagai perangkat. Mulai dari smartphone hingga laptop sudah menggunakan teknologi tersebut untuk mengamankan perangkat.
Tingkat ketepatan dari teknologi ini pun semakin akurat. Namun, belakangan ini, dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh pemerintah Amerika, terdapat sebuah penemuan yang cukup mengejutkan.
Mereka telah menemukan bahwa sistem pengenalan wajah, cenderung memiliki bias terhadap orang kulit berwarna dan jenis kelamin, di mana mereka salah mengidentifikasi orang kulit berwarna lebih terang daripada orang Kaukasia lainnya.
“Untuk pencocokan satu lawan satu, tim melihat tingkat positif palsu yang lebih tinggi untuk wajah orang Asia dan Afrika Amerika, dan relatif terhadap wajah orang Kaukasia. Perbedaannya sering berkisar dari faktor 10 hingga 100 kali, tergantung pada algoritma,” sebut para peneliti, seperti dikutip dari laman Ubergizmo (24/12).
Sebagai contoh, penelitian ini menemukan bahwa teknologi pengenalan wajah Microsoft hampir 10 kali lebih banyak menghasilkan bias dalam menentukan jenis kelamin wanita dengan “kulit berwarna” daripada pria dengan “kulit berwarna”.
Microsoft pun mengatakan bahwa mereka sedang meninjau laporan itu, dan mudah-mudahan melakukan penyesuaian untuk mengatasinya. Namun, masih belum diketahui kapan tepatnya pembaruan tersebut akan tersedia.
Sekedar informasi, ini bukan pertama kalinya teknologi disebut bias terhadap hal-hal mengenai ras dan gender. Misalnya, belum lama ini, algoritma di belakang Apple Card ditemukan menawarkan batas kredit yang lebih tinggi untuk pria daripada wanita.