Tesla setop jual Model S/X di Tiongkok akibat kenaikan tarif
Tesla secara mengejutkan menghentikan penjualan Model S dan Model X di Tiongkok, pasar mobil listrik terbesar dunia.

Tesla secara mengejutkan menghentikan penjualan Model S dan Model X di Tiongkok, pasar mobil listrik terbesar dunia. Keputusan ini diambil menyusul lonjakan tarif impor kendaraan mewah yang diberlakukan pemerintah Tiongkok, membuat harga kedua model tersebut tidak kompetitif dibandingkan mobil listrik lokal, sebagaimana dilansir dari Engadget.
Model S dan X yang dijual di Tiongkok merupakan kendaraan impor dari pabrik Tesla di AS, sehingga terkena tarif impor hingga 15% sejak Januari 2024. Kenaikan ini membuat harga Model S/X melambung ke kisaran ¥800.000 (Rp1,7 miliar), jauh di atas pesaing lokal seperti NIO ET7 atau Xpeng G9 yang dibanderol sekitar ¥500.000 (Rp1,1 miliar). Sementara itu, Model 3 dan Y yang diproduksi di Gigafactory Shanghai tetap terjual karena terbebas dari tarif.
Langkah ini mencerminkan tekanan geopolitik dan persaingan sengit di industri EV Tiongkok. Pemerintah setempat secara agresif mendukung merek domestik melalui subsidi dan regulasi yang ketat terhadap perusahaan asing.
Penghentian penjualan Model S/X berpotensi mengurangi pendapatan Tesla di Tiongkok, meski kontribusi kedua model ini hanya 5% dari total penjualan global perusahaan. Analis memprediksi Tesla akan fokus pada ekspansi Model 3/Y yang lebih terjangkau dan meningkatkan kapasitas produksi di Shanghai.
Namun, keputusan ini juga mengundang kritik. "Model S/X adalah simbol premium Tesla. Menghentikannya bisa melemahkan citra merek di mata konsumen Tiongkok," ujar Li Wei, analis industri otomotif di Beijing.
Tesla belum mengumumkan rencana konkret untuk mengatasi tantangan tarif. Spekulasi beredar bahwa perusahaan mungkin akan memindahkan produksi Model S/X ke Shanghai, tetapi hal ini memerlukan investasi besar dan waktu panjang. Sementara itu, raksasa lokal seperti BYD dan Li Auto terus membanjiri pasar dengan model hemat biaya dan teknologi canggih.
Kebijakan Tiongkok yang protektif terhadap industri EV dalam negeri menjadi tantangan berat bagi Tesla. Meski demikian, perusahaan Elon Musk masih memimpin penjualan kendaraan listrik impor, berkat popularitas Model 3/Y. Ke depan, kemampuan Tesla beradaptasi dengan regulasi dan preferensi konsumen Tiongkok akan menentukan kelangsungan dominasinya di pasar yang menyumbang 30% pendapatan global mereka.
Sementara penghentian Model S/X mungkin langkah pragmatis, ini adalah sinyal bahwa Tesla tidak bisa mengandalkan status "mewah" untuk bersaing di Tiongkok. Inovasi harga dan kolaborasi dengan pemangku kepentingan lokal menjadi kunci bertahan di tengah gelombang proteksionisme.