Uber IPO, raup Rp117 triliun
Uber telah menggelar penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dan berhasil mengumpulkan USD8,1 miliar (Rp117 triliun).
Uber telah menggelar penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dan berhasil mengumpulkan USD8,1 miliar (Rp117 triliun). Uber menjual 180 juta sahamnya, dengan harga masing-masing USD45. IPO Uber juga menjadi salah satu penawaran publik Amerika Serikat (AS) terbesar yang pernah terjadi.
Kendati demikian, harga penawaran sahamnya mencapai titik terendah dari kisaran harga yang semula diusulkan oleh perusahaan, yaitu antara USD44 - USD50 per lembar saham. Dengan harga tersebut, Uber bisa mengumpulkan USD91 miliar.
Fluktuasi harga tersebut muncul ketika kompetitor utama Uber di AS - Lyft mengalami kemunduran di pasar saham sejak melakukan IPO pada akhir Maret lalu. Saham Lyft kini turun sekitar 25% dari harga IPO, setelah melaporkan kerugian lebih dari USD1 miliar dalam tiga bulan pertama 2019.
"Kami melihat penetapan harga konservatif Uber sebagai strategi yang cerdas dan bijaksana karena belajar dari Lyft, dan pengalaman yang telah dialaminya selama sebulan terakhir," kata analis Wedbush Securities Daniel Ives.
Dibanding perusahaan unicorn lainnya yang melakukan IPO, Uber memang tampak mencolok. Dilansir CNN, Uber telah mengumpulkan dana dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga melampaui kompetitor untuk masuk pasar seluruh dunia serta menjadi startup paling berharga di AS.
Meski menjadi perusahaan yang saling bersaing, ada perbedaan yang jelas antara Uber dengan Lyft. Lyft berambisi menjadi perusahaan transportasi bagi konsumen. Lain halnya dengan Uber yang berkeinginan menjadi perusahaan seperti Amazon yang menawarkan berbagai layanan. Selain layanan utamanya, Uber juga menawarkan layanan pengiriman makanan, pengiriman barang hingga menguji program penyewaan ruang dapur.
Sebagaimana Lyft, Uber juga pernah mengalami kerugian yang banyak. Perusahaan yang didirikan Travis Kalanick itu pernah kehilangan USD1,8 miliar pada 2018, bahkan sebelum melakukan IPO sehingga menjadi startup yang pernah kalah sebelum IPO di AS.