Erick Thohir, blak-blakan soal industri olahraga dan startup
Peluang mengawinkan industri olahraga dan startup di mata Erick Thohir.
Ditanya soal kematangan seorang pengusaha muda di lingkungan startup dan cara Erick mementori mereka, Erick menjawab:
"Saya sendiri filosofinya mendukung entrepreneur muda. Kan kita sendiri sudah mulai tua. Kemauan saya itu membuka lapangan kerja sebesar-besarnya. Itu alasannya kenapa saya ingin mendukung entreprenur muda, kita jangan hanya jadi market. Kalau mereka perlu dana, ya kita support, kalau perlu "ini-itu" kita support. Mungkin anak kita jadi pengusaha suatu hari nanti, didukung juga sama mereka nantinya."
"Dari Mahaka Group sendiri, karena sekarang banyak muncul inovasi-inovasi baru dan mungkin sumber daya di Mahaka tidak bisa kita penuhi, kita akhirnya memilih kerja sama. Karena ini eranya seperti itu. Contoh yang punya GoJek sekarang siapa sih? Kan yang punya sahamnya macam-macam. Kita ingin ambil bagian juga di situ."
Erick juga berbagi pandangan soal apa yang harus diperhatikan untuk sukses dalam menjalani bisnis startup.
"Kegagalan startup itu ada dua hal. Satu, founder-nya tidak bisa dipercaya. Kedua, bisnisnya itu tidak sesuai dengan tren saat ini. Itu kan yang gagal. Kebetulan apa yang dilakukan Fauzan (Doogether) ini sesuatu yang menarik. Bisnis modelnya ini sudah ketemu. Saya bilang sama Fauzan, dalam berbisnis itu yang paling mahal itu kepercayaan. kalau reputasinya jelek, kamu selesai. Apalagi di industri ini. Pasti banyak dapat omongan karena pemegang sahamnya banyak, bukan satu. Nah itulah, selain saya mementori terkait industrinya, saya juga gembleng mentalnya. Memperkuat mental itulah hal yang saya percaya. Erick Thohir bisa seperti ini karena satu, saya berusaha punya reputasi baik. Kedua, network."
Erick pun mencontohkan lewat pengalaman pribadinya.
"Beli klub sepak bola di luar negeri itu sudah pasti bukan uang sendiri, uang bank. Tapi sudah pasti bukan bank Indonesia. Bank yang di luar negeri. Kalau pinjamnya dari bank Indonesia ya enggak nyambung, enggak mungkin dikasih. Terus, orang luar negeri bagaimana bisa percaya sama saya, ya karena reputasi."
Mumpung sedang bersama Presiden Inter Milan, sedikit bertanya soal isu pembelian Mesut Ozil pun saya sisipkan. Siapa tahu dapat bocoran menarik. Begini jawabannya.
"Yang lebih mengerti soal pembelian pemain ini Sport Director-nya yang waktu itu saya bilang 'tukang masaknya'. Nanti, Sport Director ini membawa usulan nama pemain yang diburu ke Board of Director. Catatan dari saya, pembelian pemain musim dingin ini sesuatu yang fifty-fifty. Waktu itu, kita membeli Podolsky dan Shakiri yang jelas-jelas bagus. Ternyata tidak bisa beradaptasi dengan Inter. Akhirnya pada musim panas kita lepas lagi. Yang jelas usulan pembelian itu November, sekarang kan masih Oktober. Jadi masih fifty-fifty," ujarnya.