Rade Tampubolon, jeli melihat peluang di industri Selebgram
Konten dan media sosial telah mengubah nasib Rade Tampubolon dari pegawai ke pendiri startup
Posisi SociaBuzz
Aktivitas pemasaran ini cukup unik dan berbeda dengan cara-cara tradisional. Influencer punya ruang untuk berkreasi mempromosikan produk atau layanan, sesuai karakter mereka. Di sinilah SociaBuzz berperan sebagai konsultan penghubung antara klien dan influencer.
“Kita selalu memberi sugesti yang bisa diterima oleh kedua belah pihak. Biasanya brand tetap memegang kontrol dalam aktivitas influencer marketing ini. Namun soal kreativitas, kita bisa berkomunikasi lebih lanjut,” terang Rade.
Menurut Rade, Instagram merupakan platform terbesar bagi aktivitas semacam ini. Sisanya sekitar 10-15 persen ada di YouTube. Industri yang berinvestasi di aktivitas ini biasa industri yang produk atau jasanya mempengaruhi keputusan emosional pengguna.
“Misalnya baju. Kenapa Anda memutuskan membeli baju, dengan warna dan harga seperti ini? Itu keputusan emosional, bukan keputusan yang rasional. Makanan juga sekarang sudah menjadi keinginan daripada kebutuhan. Tapi kalau Anda misalnya menjual asuransi itu susah untuk divisualisasikan di Instagram,” ujar Rade.
Tantangan Industri
Kadang-kadang brand juga datang kepada SociaBuzz dengan solusi yang belum terpecahkan.
“Oleh karena itu kita mencari solusi terbaik. Kita lihat dari target pasarnya. Bahkan yang datang tidak hanya membutuhkan solusi influencer marketing. Kadang mereka butuh solusi digital advertising atau SEO. Marketing plan tidak bisa dijalankan dengan saklek. senjatanya harus beragam agar tepat sasaran,” ujar Rade.
Kedua, aktivitas Influencer Marketing ini bisa jadi susah untuk diukur. Pasalnya, tidak semua kampanye pemasaran berujung ke pembelian. Raden mengakui ada link yang hilang di sini.
“Agak susah untuk mengukurnya. Biasanya yang bisa diukur adalah engagement. Soal reach, kita bisa estimasikan itu di awal. Misalnya kita pakai beberapa influencer untuk mencapai target 10 juta reach. Tolak ukurnya dari engagement. Ada persentase dalam engagement yang kita bisa estimasikan menjadi reach,” ujar Rade.
Bicara soal marketing yang terukur, sebenarnya Facebook Ads dan iklan programatik lainnya jauh lebih terukur daripada influencer marketing. Tapi fungsi influencer marketing ini berbeda di mata Rade. Ia beranggapan, human marketing itu cuma manusia saja yang bisa menyampaikannya.
Klien
Sejauh ini SociaBuzz sudah bekerja sama dengan Oppo, Advan, CDR, Tiki (aplikasi), Uber, Mataharistore.com. Elevenia, Tokopedia, sampai Tiket.com.
Industri sebenarnya sudah familiar menggunakan strategi ini. Hanya saja strategi ini belum menjadi strategi utama. Rade berani menjamin, para pemasar sudah mulai mengadopsi strategi ini sekitar 70 persen di industri.
Justru yang menarik dari pengalaman Rade adalah, klien dari pemilik took online di media sosial. Rade mengatakan, mereka bisa habiskan Rp20 juta sebulan untuk aktivitas influencer marketing ini. Mereka mengenal aktivitas ini sebagai aktivitas endorse.
Jumlah akun yang terdaftar di SociaBuzz pun kini mencapai 15 ribu. Rade mengakui, mereka juga memiliki akun resmi para artis. Kebanyakan mereka lebih banyak influencer mikro sampai yang level Selebgram. Selebgram sendiri menurut Rade adalah orang-orang dengan pengikut di atas 100 ribu.
2018 memang baru masuk lingkaran awal bulan. Tapi Rade, founder SociaBuzz mulai bergegas menelurkan ide-ide barunya. Ada dua platform baru yang tengah ia siapkan, Servolia dan Pixamola.
“Kita tidak mau berhenti hanya di influencer marketing ini, karena sebenarnya kita melihat how to connect with more creative talent,” pungkasnya.